Queen memilih memendam perasaannya pada Safir, karena tidak ingin merusak hubungan persahabatan mereka berdua. Queen pikir, selama ini Safir juga memiliki perasaan yang sama seperti dirinya. Perasaan itu semakin bersemi di hati Queen karena sikap Safir yang begitu perhatian terhadap dirinya. Meskipun perhatian tersebut tidak terang-terangan di tunjukkan oleh safir karena sikapnya yang pendiam dan juga dingin. Namun, siapa yang bisa menduga jika setelah mereka lulus kuliah, Safir datang ke rumah untuk melamar. Bukan Queen yang di lamar oleh Safir, tapi Divya. Bagaimana kisah selanjutnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nia masykur, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 1 Wisuda
Sudah sejak tadi pagi, prosesi acara wisuda telah dimulai. Segala susunan acara sudah di langsungkan, tanpa hambatan apapun.
Setelah hampir 4 tahun mencari ilmu di sebuah Universitas ternama di kota Malang. Kini seluruh mahasiswa/i telah resmi menyandang gelar S1. Kebahagiaan para peserta wisudawan begitu terlihat jelas terpancar pada air muka semuanya.
Begitu acara selesai, satu persatu para tamu undangan dan para peserta wisuda mulai meninggalkan ruangan acara.
"Selamat ya sayang," ucap Reina dan Hendri saat anak bungsu mereka telah mendekat. Queenza Reindri Anna Wijaya. Kedua orang tua Queen kini mendaratkan kecupan di pipi Queen secara bersamaan.
"Terima kasih, Mama, Papa."
"Akhirnya, salah satu anak kita sudah ada yang wisuda ya Mas," ucap Zantisya. Ia tersenyum bahagia dan begitu bangga saat melihat Safir. Begitu mendekat, tanpa ragu Zantisya memeluk anak keduanya tersebut.
"Alhamdulillah. Tahun depan tinggal By yang mungkin saja akan wisuda," Arjuno bahkan sangat bangga pada anak lelakinya tersebut. Di usia yang masih sangat muda, Safir bahkan sudah sukses mengembangkan usahanya sendiri. Dan sekarang, Safir sudah menjadi sarjana.
"Terima kasih, Ayah, Bunda."
Kedatangan orang tua Queen dan Safir memang sudah janjian agar mereka bisa duduk berdekatan. Kini, Queen bersalaman dengan kedua orang tua Safir. Begitupun sebaliknya.
"Setelah ini, kalian ingin melakukan apa?" tanya Arjuno.
"Lanjut S2 atau ada rencana yang mungkin sudah kalian rancang," tambah Zantisya yang tidak ingin ketinggalan. Bahkan kini, Zantisya tersenyum samar saat melihat wajah Safir dan Queen.
"Mama dan Papa akan dukung keputusan kalian kedelapannya," ucap Reina sambil mengusap punggung Queen.
"Queen sepertinya akan lanjut S2 dulu, Ma."
"Safir," panggil Zantisya. Perempuan paruh baya tersebut merasa aneh karena Safir terlihat tidak fokus.
"Iya Bun."
"Happy graduation, Queen," ucap Divya. Gadis cantik yang baru saja datang dan kini telah mencium pipi kanan dan kiri Queen. Kemudian Divya memberikan sebuket bunga yang di dominasi dari uang berwarna merah. Membuat buket bunga tersebut begitu nampak menarik.
"Terima kasih, Kak."
"Happy graduation, Kak," ucap Arfan sambil memberikan sebuah boneka yang mengenakan toga.
"Terima kasih anak ganteng," ucap Queen. Ia tersenyum manis sambil menerima boneka yang Arfan berikan.
"Buat Kakak mana?" tagih Safir. Lelaki tampan tersebut sepertinya iri. Adiknya sendiri bukannya memberi boneka padanya tapi Arfan justru hanya memberi boneka pada sahabatnya saja.
"Kakak beli saja sendiri. Tabungan Arfan hanya cukup untuk belikan boneka Kak Queen saja."
Semua orang tentu terkekeh, melihat ekspresi Safir yang jadi kesal sendiri.
"Ayah, Bunda. Sepertinya Arfan harus pindah kartu keluarga karena dia lebih sayang Queen ketimbang Safir."
"Kakak," pekik Arfan yang kesal karena ucapan Safir.
"Happy graduation, Safir," ucap Divya sambil memberikan buket yang sama bentuknya seperti milik Queen. Sejak tadi, Divya sedang menunggu celah yang tepat agar dirinya bisa segera memberikan ucapan selamat pada lelaki muda yang tampan tersebut.
"Terima kasih."
Rasanya sangat mendebarkan. Entah sengaja atau tidak, tangan Safir menyentuh tangan gadis yang kini nampak tersenyum manis.
Untuk sejenak, bahkan tatapan Safir nampak terpaku saat melihat cincin yang melingkar di jari manis Divya.
"Kalau begitu, ayo kita ke studio sekarang," ajak Hendri. Sejak awal, dua keluarga tersebut memang sudah membuat janji untuk mengabadikan momen bahagia hari ini.
Secara bersamaan, semua orang menuju ke parkiran mobil.
"Papa sama Mama duluan saja. Queen mau menerima telpon sebentar," tanpa menunggu tanggapan dari kedua orang tuanya, Queen segera menjauhi semua orang. Gadis itu sepertinya tidak ingin membuat orang di seberang sana menunggunya terlalu lama.
"Telpon dari siapa sih? Kenapa harus menjauh?" tanya Divya penasaran.
"Siapa tahu saja itu telpon dari seseorang yang sangat spesial," ucap Reina penuh harapan.
Jujur saja, Reina dan Hendri sangat penasaran dengan dua anak gadisnya. Karena sekalipun, Divya dan Queen tidak pernah sekalipun membawa pulang lelaki untuk mereka kenalkan. Sedangkan anak lelaki satu-satunya entah ada di mana saat ini.
Mendengar ucapan Reina, membuat Zantisya menatap sendu punggung Queen yang semakin menjauh. Entah kenapa, hatinya tidak rela jika apa yang di perkirakan Reina benar adanya.
demo rumah emak guys