Kembalinya Sang Pewaris (Gleen Fernando)
Gleen Fernando, sosok pria yang selalu terlihat ceria, padahal hatinya menyimpan banyak luka. Dari kecil, dia tak pernah mendapatkan kebahagiaan, karena dia adalah korban penculikan saat dirinya masih bayi. Sehingga dia dikira telah mati.
Setelah dewasa, dia tumbuh sebagai seorang penipu ulung, memanfaatkan ketampanannya untuk mendapatkan uang dengan cara menipu para korban. Kemudian dia bergabung dengan seorang detektif dalam mengungkapkan banyak kasus.
Sebuah insiden saat dirinya dalam melakukan sebuah penyamaran, membuat dia akhirnya bertemu dengan keluarganya yang sesungguhnya.
Siapa sangka dia ternyata adalah seorang pewaris yang telah kembali, dia pasti akan menghancurkan siapapun yang telah terlibat ke dalam peristiwa penculikan atas dirinya dan juga pembunuhan terhadap ibunya.
Tiba-tiba Istriku Berubah
Hanna merupakan istri yang sangat manja dan cantik. Kepribadiannya sangatlah ceria dan ramah. Bahkan, orang-orang sekitarnya mengira kehidupan rumah tangga nya sangatlah sakinah mawadah warahmah.
Ternyata, senyuman manis yang ia tunjukkan pada semua orang hanyalah topeng belaka. Ada luka yang menganga lebar karena ulah suami nya.
"Hanna bagaikan noda hitam yang mengotori pakaian ku, sangat sulit di hilangkan karena noda nya permanen. Kalau bukan karena bakti ku pada kedua orang tua, sudah aku tinggalkan dari dulu!" ujar Reza suami Hanna yang tampak sedang mengobrol dengan teman-temannya.
Degg.
Hanna memeluk erat kotak bekal yang ia bawakan untuk suaminya. Air mata wanita itu tumpah begitu saja tanpa bisa di tahan.
Hatinya hancur mendengar fakta kejam yang keluar dari mulut suaminya sendiri. Dia tak menyangka selain dingin dan cuek, suaminya itu menganggapnya seperti noda hitam.
Serendah itukah Hanna di mata Reza?
"Baiklah, Mas. Mulai saat ini aku akan merubah sikap ku padamu. Jangan salahkan aku berubah! Karena kamu sendiri yang telah membuat ku berubah," gumam Hanna pelan dengan hati yang terasa sesak.
***
"Kamu gak masak sarapan?" tanya Reza heran saat melihat meja makan kosong.
"Enggak!" jawab Hanna tak acuh seraya mengecat kukunya.
"Kenapa?"
"Enam bulan kita menikah tidak sekalipun kamu memakan masakan ku. Jadi, buat apa aku masak! Hanya buang tenang dan waktu saja!" balas Hanna dengan nada sarkas.
Degg.
'Kamu? Dia baru saja memanggil ku dengan sebutan kamu' batin Reza terkejut.
***
Tolong jangan tumpuk bab dan lompat baca bab nya. Karena itu akan berakibat buruk pada peforma karya author 🙏🙏
Tolong hargai karya author 🙏
Klik like, coment vote dan beri rating 5 yah kakak 🥰🥰
Ceritanya gak ada pelakor!!! Jadi, aman.
Rumah Di Tengah Sawah
Selama 19 tahun, aku dan keluargaku mendiami rumah ini. Rumah di tengah sawah. Rumah nyaman khas pedesaan, jauh dari hingar bingar kota. Udara sejuk, malam yang tenang membuat aku betah berlama-lama di rumah.
Hingga akhirnya, kejadian-kejadian aneh menimpaku. Semakin lama kehidupanku semakin terusik. Ditambah lagi kisah asmaraku yang tidak semulus pipi Erni, gadis pujaanku. Ah, apa yang sebenarnya terjadi? Semua masih misteri.
Semua akan terbuka dan kalian akan menemukan satu persatu jawaban dari misteri yang ada, jika kalian mengikuti kisahku dari awal sampai akhir . . .
Aplikasi ajaib & adik kecil
2 tahun yang lalu, ada bocah laki-laki yang duduk di bangku SMP kelas 7, ia bernama Alankan Azran. Bocah itu ingin membuat sebuah aplikasi yang hanya bisa digunakan olehnya untuk mengatur seisi
0
3
Kenangan
Ini bukan cerita romansa manis yang semula benci menjadi cinta, bukan juga cerita tentang perpisaha dengan akhir yang menyedihkan, apa lagi cerita tentang seorang antagonis yang menjadi baik. Karena i
0
1
•JARAK YANG MEMISAHKAN•
Dua orang anak perempuan dan laki-laki yang sedang menikmati keindahaan tanam di jam istirahat, dan lewat seorang anak laki-laki dihadapan mereka, yang membuat pada ciwi-ciwi tertarik dan meneriaki k
0
1
Kiat-kiat Mengikuti Event Menulis
// Cerpen ini adalah hasil sharing session di Ruang Author Sabtu 02-12-2023 pukul 19.30 bersama Author Syahz // Teman-teman tahu, ya, di sini setiap rentang waktu tertentu pasti ada event menulis, en
4
82