Villa

Karena Andrew tak menjawab, Darren pun memutuskan untuk pergi ke rumah Andrew. Meskipun harus mengorbankan jadwal tidurnya. Ia sudah tidak mengantuk lagi, yang saat ini ia pikirkan hanyalah Axl. Ia tak ingin bertengkar lagi dengan anak itu.

Sudah banyak kesalahan yang ia lakukan akhir-akhir ini. Mulai dari melupakan janji bertemu, janji mengerjakan pekerjaan rumah, janji menemaninya belajar untuk ujian masuk universitas. Dan hari ini, Darren melupakan ulang tahunnya.

Ia merasa seperti ayah yang tak berguna belakangan ini. Darren mempercepat laju kendaraannya, hingga ia tiba di kediaman Andrew. Kebetulan rekan Andrew baru saja pulang.

"Pak, Axl mana?" tanya Darren ketika ia keluar dari dalam mobil dan langsung menghampiri Andrew, yang tengah berdiri di teras rumah.

"Kenapa kamu baru datang, Darr?"

"Pak saya lupa, karena beberapa hari ini saya sibuk syuting. Saya aja nggak pulang dari lokasi udah hampir seminggu ini."

Andrew menghela nafas, ia berusaha mengerti keadaan Darren.

"Masuk...!" ujar Andrew kemudian.

Darren pun mengikuti langkah Andrew, lalu mereka duduk di meja makan. Andrew menuangkan kopi untuknya.

"Acaranya udah selesai?" tanya Darren sambil memperhatikan sekitar yang masih sedikit berantakan. Beberapa orang yang sepertinya dari catering, mulai membereskan peralatan makan yang ada disana.

"Iya, baru setengah jam yang lalu." ujar Andrew.

"Axl marah nggak, sama saya?"

"Saya nggak tau, Darren. Tapi sepanjang acara tadi, dia keliatan baik-baik aja. Ya walaupun dia selalu ngeliat ke arah pintu, mungkin dia berharap kamu ataupun Mikha datang."

"Mikha juga nggak dateng?" tanya Darren dengan nada tak percaya.

Andrew menggelengkan kepala, Darren menghela nafas lalu mereguk kopi yang ada dihadapannya.

"Saya bener-bener lupa, pak. Saya mau bicara sama dia sekarang."

"Mereka lanjut di beer house keluarga Chico."

"Oh, saya pikir tadi dia diatas."

"Mereka disana sekarang, kamu bisa tunggu disini sampai dia pulang."

"Kayaknya nggak deh, pak. Saya harus kesana, makin lama dia akan makin marah sama saya."

Mau tak mau Andrew pun menyetujui keinginan Darren, ia memperbolehkan Darren untuk menyusul anaknya itu.

"Saya pergi dulu, pak." ujar Darren, setelah sebelumnya meminta izin pada Andrew untuk meletakkan kado titipan Reno ke kamar anaknya.

"Ok." jawab Andrew singkat. Darren pun melangkah ke arah pintu keluar.

"Dar."

Tiba-tiba Andrew menghentikan langkahnya.

"Iya pak?" jawab Darren seraya menoleh.

"Jangan rusak acaranya dengan pertengkaran."

Darren mengangguk, lalu ia pun kembali berbalik dan menghilang dibalik pintu. Darren menuju ke Beer House milik keluarga Chico.

Ia tau dimana tempat itu, karena ia dan teman-temannya sering kesana. Pikirannya sangat kacau saat ini, ia takut jika Axl tak mau bertemu dengannya. Namun disisi lain ia takut pula jika Axl menyalahgunakan kebebasan di hari ulang tahunnya ini. Apalagi posisinya ditempat minum-minuman beralkohol.

Anak itu terkadang tak sadar jika dirinya belum dewasa. Ia suka berbuat seenaknya, seolah dirinya sudah berusia diatas 17 tahun.

Sesampainya ditempat itu, Darren buru-buru masuk. Ia ingin segera menemui Axl, ia menelepon anak itu dan ternyata tersambung.

Dari kejauhan Axl tampak melihat ke arah handphonenya, ia menyadari jika itu panggilan dari Darren. Namun bukannya mengangkat, Axl malah menolak panggilan itu lalu mematikan handphone tersebut.

Dan ia kembali bernyanyi bersama teman-temannya, mengikuti live music dari band yang sedang manggung di tempat itu. Darren hanya terdiam, ia mengurungkan niatnya untuk mendekat ke arah Axl. Ia takut kehadirannya justru akan merusak suasana. Ia memilih duduk ditempat lain, namun tetap bisa memperhatikan anaknya itu.

"Kalian jangan minum alkohol ya."

Axl menginstruksi kan para teman-teman perempuannya, untuk tidak meminum minuman beralkohol. Hal ini pun didukung teman-teman Axl yang laki-laki.

"Nggak koq sayang, kita minum lemon tea nih sama cola." ujar salah satu teman perempuannya, seraya mengacungkan minuman yang mereka minum.

"Awas lo ya." Chico mengancam.

"Iya Chic, kagak." ujar salah seorang lainnya lagi.

"Yang cowok tapi nggak minum alkohol, jagain yang cewek-cewek. Jangan *****-*****." ujar Adrian.

"Siap, Ad." ujar yang lainnya. Acara pun berlanjut, mereka bernyanyi bergantian. Darren sendiri hampir ketiduran saking mengantuknya.

Acara berlangsung penuh keseruan, hingga Darren pun tak sadar jika ia benar-benar tertidur. Dan ketika bangun, ia mendapati tempat itu telah sepi. Hanya ada satu atau dua orang teman Axl yang masih tersisa.

"Loh, om Darren disini?" tanya salah seorang dari mereka.

"Axl mana?" tanya Darren kemudian.

"Axl, Adrian, sama yang lain baru aja berangkat om."

"Mereka pulang?"

"Hm, katanya sih tadi mereka mau ke villa papanya om. Tadi sih ngajakin kita, tapi kita semua nggak bisa. Karena ada urusan lain."

"Oh ok, makasih ya."

"Iya, om sama-sama."

Darren lalu keluar dari tempat itu dan menuju ke mobilnya, ia pun bergegas menyusul Axl. Di sepanjang perjalanan Darren terus mencoba menelepon anak itu, namun lagi-lagi Axl tak mengangkat. Ia meletakkan handphonenya begitu saja lalu fokus menyetir mobil.

"Bokap lo, bro. Kenapa nggak diangkat?" tanya Jodi.

"Biarin ah, lagian ngapain sih dia."

"Ngambek lo, yak?" tanya Jodi.

"Kagak, males aja gue."

"Kalau kagak ngambek, nggak mungkin nggak lo angkat, bro. Gue tau elu. Bokap lo nggak ada kabar seharian aja, lo WA in mulu."

Axl hanya diam dan memperhatikan jalanan.

"Gue angkat ya."

"Jangan-jangan, udah biarin aja."

"Tuh kan, jangan gitu bro. Umur udah nambah, masih aja kayak bocah."

"Iya ntar gue telpon dia."

Axl makin mempercepat laju kendaraannya, hingga menyusul mobil Adrian yang ada di depannya.

Perjalanan kali ini lumayan jauh, mereka sempat mampir di beberapa tempat untuk ngopi dan makan. Axl dan teman-temannya tiba di villa milik Edward mendekati pukul 11:00 malam, saat itu suasana villa tampak sepi dan gelap.

"Bro, koq serem sih?" tanya Chico dan Choki sambil saling mepet ke arah Adrian.

"Nggak usah mepet-mepet." Adrian menjauhkan kedua temannya itu.

"Serem, Ad." ujar Chico membela diri.

"Tau lo Ad, kayak nggak takut aja." timpal Choki.

"Gue mah kagak penakut kayak lo berdua."

"Ya, tapi kita takut " ujar Choki lagi.

Axl membuka pintu pagar, ia lalu melangkah dengan diikuti keempat temannya. Ia berjalan ke teras villa lalu membuka pintu.

"Nih villa kagak ada yang jaga apa, Ax?" tanya Jodi kemudian.

"Nggak ada, tapi dua minggu sekali grandpa selalu kesini bawa orang buat bersihin ini tempat."

"Oh gitu, berarti kagak bakal ada kecoa kan?" tanya Jodi lagi."

"Kagak, tenang aja." ujar Axl.

Axl melangkah masuk lalu menghidupkan lampu, villa tersebut tampak minimalis dan memiliki dua lantai.

"Nah ini kamar-kamarnya, bro. Lo bebas mau pilih kamar mana aja. Kecuali yang ini, ini kamar gue."

Axl membuka pintu kamar tersebut, sementara temannya yang lain sudah memilih kamar mereka sendiri-sendiri. Axl masuk tanpa menaruh curiga sedikitpun. Namun ketika ia menyalakan lampu, tiba-tiba...

Wuaaaaaa."

Axl berteriak dan langsung mengundang teman-temannya untuk datang. Mereka semua berlarian ke kamar Axl, karena takut akan terjadi apa-apa terhadap anak itu.

"Kenapa, bro?" tanya mereka semua dengan wajah panik. Axl masih memandang ke arah apa yang membuatnya terkejut.

"Axl?"

"Pa, papa?"

Terpopuler

Comments

Defi

Defi

salah paham mulu dan merajok deh jadinya Axl

2023-08-19

0

👁👃👁 adolv 🍆🍆

👁👃👁 adolv 🍆🍆

lanjut

2021-10-30

1

Ati Pct

Ati Pct

🤣🤣🤣🤣🤣suka banget sm novel u thor

2021-10-23

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!