"Dad, maafin Nino. Maaf kalau Nino suka membuat keputusan sendiri. Nino minta maaf dad, daaaad."
Axl terbangun dari tidurnya yang gelisah, keringat dingin mengucur deras di sekujur tubuhnya. Baru saja ia mengalami mimpi buruk.
Sudah beberapa bulan berlalu sejak pertengkarannya dengan Andrew waktu itu. Namun masih menyisakan trauma tersendiri baginya hingga saat ini. Meski mereka sudah berbaikan sejak lama.
Pasalnya saat itu Andrew menjadi benar-benar marah, ketika Axl malah pergi ke kediaman Darren dan tak pulang kerumah. Namun Andrew bukan tipikal orang yang langsung bisa melontarkan kemarahannya begitu saja, jika tidak terpaksa.
Ia malah memendam kemarahan itu, hingga dirinya jatuh sakit. Keadaan Andrew cukup parah saat itu, bahkan ia sempat berada dalam fase kritis.
Dalam kondisi itulah Axl terus menyesali perbuatannya. Ia bahkan menangis sepanjang malam, karena melihat kondisi Andrew yang tak jua menunjukkan kemajuan.
Sampai akhirnya Andrew sembuh lalu mereka pun berbaikan, namun ketakutan Axl masih terus tersisa hingga hari ini. Acap kali ia memimpikan suasana yang pernah dilaluinya tersebut. Dimana ia merasa begitu menyesal sudah membuat Andrew marah dan akhirnya jatuh sakit.
"Nino."
Tiba-tiba Andrew membuka pintu kamar Axl dan masuk kedalam.
"Dad?" Axl menatap ayahnya dengan mata yang masih mengantuk.
"Kamu belum mandi?" tanya Andrew kemudian.
"Kan masih pagi, dad."
Andrew berjalan ke arah kaca dan menyibak gorden.
"Pagi apaan, matahari udah diatas gitu."
"Lah?. Nino telat dong ke sekolahnya?"
Axl buru-buru mengambil handuk. Masuk ke kamar mandi, lalu keluar lagi mengambil sabun yang baru ia beli kemarin. Kebetulan sabun itu ia simpan di laci meja samping tempat tidur.
"Duh mana lagi handuknya tadi."
"Itu di bahu kamu?"
Axl menghela nafas.
"Daddy koq santai gitu sih?. Bukannya tadi Nino dibangunin, udah tau anaknya sekolah."
"Andrew menghela nafas dan sedikit melebarkan bibirnya yang tertutup.
"Nino, ini hari minggu."
"Anjir." Axl menepuk jidatnya, ia benar-benar lupa jika hari ini adalah hari minggu.
Ia lalu meletakkan kembali handuknya, ke atas jemuran kecil di depan kamar mandi.
"Koq diletakin lagi?. Bukannya mandi?"
"Mau mandi juga mau kemana, dad?. Hemat air lah."
"Dibawah temen-temen kamu udah pada dateng loh?"
"Temen-temen?. Ngapain mereka kesini?" tanya Axl seraya menatap Andrew. Andrew mengeluarkan korek api dari dalam saku, lalu menghidupkannya.
"Happy Birthday."
Axl baru ingat jika hari itu adalah ulang tahun nya, ia pun tersenyum penuh haru dan memeluk Andrew. Andrew mematikan korek apinya dan memeluk anak itu erat-erat. Air mata mengalir di kedua sudut matanya.
16 tahun sudah anak itu mengisi hidupnya, anak yang telah menjadikannya seorang ayah. Andrew masih ingat ketika Axl baru saja tiba dirumah, betapa rapuh dan lemahnya ia saat itu.
Saat Andrew sedang bekerja, ia akan menangis sepanjang malam dan tak mau tidur jika belum mendengar suara Andrew. Biasanya Andrew akan meninggalkan pesan suara, yang ia letakkan di dalam boneka beruang. Sebelum ia berangkat untuk bekerja diluar kota. Pada saat itu ia dititipkan pada pengasuh dan diawasi oleh Erwin. Kini dihadapannya, anak itu bertumbuh dengan cepat, 16 tahun seolah terlewatkan begitu saja.
"Dengerin daddy, ya. Udah nambah umur, bandelnya di kurang-kurangin. Tawurannya di udahin, udah mau masuk universitas loh. Rokoknya di stop, masa calon dokter ngerokok."
Axl nyengir lalu mengangguk dan melepaskan pelukan Andrew. Andrew lalu mencium anaknya itu dan menyuruhnya segera mandi.
"Mandi sana, temen kamu udah pada nunggu."
Axl bergegas, ia mengambil kembali handuknya lalu masuk ke dalam kamar mandi. Beberapa saat kemudian Axl turun tangga.
"Happy birthday to you."
"Happy Birthday to you."
"Happy birthday to you, Bambang."
"Happy Birthday, kuyaaang."
"Anj....."
Axl tertawa lalu berlarian ke arah Adrian, Chico-Choki dan juga Jodi. Mereka memeluk Axl bergantian, sementara teman sekolahnya yang lain terus menyanyikan lagu.
"Happy birthday, bro." ujar Adrian dan yang lainnya. Tak lama kemudian Axl pun dianiaya, Adrian mengeplak kepalanya begitu pula dengan Jodi dan si kembar. Mereka lalu tertawa-tawa.
"Sakit bangsat."
Axl membalas perlakuan temannya dan begitulah mereka. Meskipun bercanda kasar, mereka adalah sahabat yang saling menyayangi satu sama lain.
Axl lalu bersalaman dengan teman-temannya yang lain. Beberapa orang siswi memberikan kue padanya, mereka meminta Axl meniup lilin nya. Namun kemudian ia menatap pintu depan.
"Bro, lo nggak lupa kan kalau lo udah nggak lagi sama Selena?" Jodi menggoda Axl dengan pertanyaan bangsatnya, Axl meniup lilin pada masing-masing kue tersebut.
"Gue inget kalau gue sekarang jomblo, bangsat." selorohnya kemudian.
Jodi terkekeh.
Teman perempuannya kini berlalu untuk meletakkan kembali kue ke atas meja, sementara yang lain mulai memberikan selamat pada Axl. Ada pula yang langsung makan tanpa aba-aba.
"Terus tadi ngapain lo ngeliat ke pintu, nungguin siapa coba?"
Adrian mencecar Axl dengan pertanyaan. Bukan apa-apa, ia dan yang lain masih takut jika Axl belum juga move on dari Selena. Mereka menyayangi Axl bukan hanya sebagai teman, tetapi sudah seperti adik mereka sendiri.
"Kagak Bambang, ngapain gue nungguin dia."
Axl beralih pada teman-temannya yang lain dan berinteraksi bersama mereka. Sejujurnya, ia memang tak menantikan Selena sedikitpun. Karena gadis itu kini sudah kuliah di Singapore dan hubungan mereka pun sudah berakhir. Sebab Selena selingkuh dengan temannya sendiri, Axl pernah melihat waktu itu. Yang Axl kini tunggu adalah Darren dan juga Mikha.
Ya, ibu dan ayahnya yang satu lagi, yang sampai saat ini belum kelihatan batang hidungnya. Entah dimana Darren dan Mikha sekarang. Axl sendiri sengaja tak menghubungi, karena ingin tau apakah mereka ingat atau tidak tentang hari ini.
"Kenapa, Drew?"
Erwin memperhatikan Andrew yang sejak tadi mengawasi gerak gerik Axl. Axl sendiri masih tampak memandang ke arah pintu sesekali.
"Biarin aja dia nungguin bapaknya, toh lo sendiri adalah bapak yang selalu ada buat dia. Lo nggak kayak Darren yang suka lupa hari penting anaknya."
"Mungkin juga dia nunggu ibunya." ujar Andrew.
"Ibunya juga sama aja, kan."
Kali ini Andrew tersenyum meski tipis, ia lalu mereguk minumannya.
"Papa."
Rio mendekati ayahnya dengan, didampingi oleh seorang gadis yang seumuran dengan nya.
"Kenapa?" tanya Andrew. Ia dan Erwin lalu menatap gadis yang ada di sisi Rio.
"Ini Nadia, temen Rio."
"Bohong, pacarnya tau dad."
Axl muncul dari belakang, menyembulkan kepala diantara daddynya dan juga Erwin.
"Apaan sih kakak, orang ini temen Rio."
"Halah, pacar juga nggak apa-apa. Iya kan, dad?"
Rio melempar remote AC ke arah Axl, kakak nya itu pun berlari.
"Hai, om." Nadia mengulurkan tangannya, Erwin dan Andrew bergantian menyapa anak itu.
"Nadia, teman sekelasnya Rio?" tanya Erwin kepada gadis itu, sementara Andrew turut menunggu jawaban.
"Kakak kelas, om."
"Oooooo" Erwin dan Andrew saling bertatapan Lau tersenyum.
"Anak lo dua-duanya sama, pada demen sama yang lebih tua."
Andrew tertawa kecil.
"Udah lama pacaran sama Rio?" Kali ini Andrew yang bertanya, membuat Rio terkejut dan gelagapan.
"Nggak gitu, paaa."
"Ah masa?" Axl muncul kembali untuk membuat adiknya sewot.
"Kakaaak."
Nadia tertawa melihat mereka semua.
"Nad, kamu ambil makan aja dulu sana."
Rio mendorong Nadia, lalu secara serta merta Axl meminta tangan Nadia. Nadia bersiap menyambutnya, namun ditepis oleh Rio.
"Aw, sakit tau nggak." ujar Axl.
"Awas ya kak, ntar Nadia malah suka sama kakak."
"Cie, cemburuuu." lagi-lagi Axl menggoda adiknya itu.
"Ih."
Rio kemudian membawa Nadia dengan wajah yang sewot. Axl, Andrew dan Erwin pun tertawa melihat tingkah anak itu.
"Axl, ini kuenya jangan di diemin."
Salah satu teman perempuannya meminta Axl untuk mendekat ke arah meja, dimana semua makanan diletakkan.
"Udah terserah mau diapain, makan aja pada. Abisin juga nggak apa-apa."
"Tapi kita belum bikin Insta story, Axl."
"Iya sama gue jugaaa."
"Gue jugaaa."
"Gue juga."
Axl memperhatikan gadis-gadis teman sekelasnya itu, sambil melebarkan bibir hingga kuping. Sementara Adrian, si kembar, Jodi, serta teman laki-lakinya yang lain kompak menertawakannya.
"Baek-baek di keroyok, bro." celetuk salah seorang temannya yang laki-laki.
"Iya-iya, ayo kalau mau insta story."
Axl menuruti keinginan teman perempuannya, sebelum ia dilempar high heels. Mereka membuat insta story bersama Axl secara bergantian. Menyuapi Axl dengan kue, bahkan ada yang melumuri wajah remaja itu dengan cream dan coklat.
"Sabar ya, bro." celetuk Jodi. Ingin rasanya Axl melempar temannya itu dengan gas tiga kg.
"Axl, lo masa nggak potong kue sih." ujar salah seorang teman perempuannya.
"Kue nya aja udah acak-acakan gini lo buat."
"Kan masih ada kue yang lain, Bambang." ujar gadis lainnya.
"Oh iya, hehe."
"Kan kita beli nya lima." celetuk gadis itu lagi.
Axl lalu diberi tissue untuk membersihkan wajahnya, teman-temannya baik laki-laki maupun perempuan kini mendekat. Mereka membentuk lingkaran dan kembali menyanyikan lagu Happy birthday. Beberapa diantara mereka pun kompak mengeluarkan handphone dan merekam momen tersebut.
"Bantai kuenya."
"Bantai kuenya."
"Bantai kuenya sekarang juga, sekarang juga."
"Psikopat lo pada." ujar Axl sambil tertawa.
Ia lalu memotong kue dan meletakkannya di piring.
"Lo mau kasih buat siapa, bro?" tanya Adrian.
"Ya buat bapak gue lah."
"Daaad."
Si kembar Chico-Choki memanggil Andrew, Andrew yang tampak sedang berbincang dengan beberapa rekannya itu pun menoleh.
Ada beberapa anak dari rekan kerjanya yang berteman dengan Axl, mereka datang menemani anak mereka.
"Ya." jawab Andrew.
Lalu ia pun mendekat, begitu pula dengan rekan nya yang lain.
"Ini buat daddy." Axl menyerahkan potongan kue tersebut. Andrew pun menerimanya, lalu memeluk dan mencium anak itu.
"Bro, yang kedua buat siapa?" tanya Adrian.
Axl yang kini kembali memotong kuenya tersebut pun agak terdiam. Sebenarnya ia ingin memberikan nya pada Darren, namun Darren belum juga terlihat. Andrew mengerti apa yang dipikirkan anaknya.
"Buat lo lah." Axl menyerahkannya pada Andrian sambil berusaha tertawa.
"Dikit banget."
"Ya lo ambil sendiri, bangsat."
Mereka semua tertawa, Adrian memeluk sahabatnya itu.
"Selamat panjang ya, bro "
"Bangsat, hahaha."
"Ya udah, ini berarti buat gue sama Chico dan Choki."
Jodi mengambil sisa kue yang masih banyak.
"Gaes, makaaan...!"
Jodi menginstruksikan pada seluruh yang hadir, untuk makan kembali. Pihak katering pun menambah makanan lagi. Mereka kini melahap yang ada sambil berbincang, bercanda, membicarakan hal-hal menyenangkan.
Axl tampak menikmati hari tersebut. Meskipun acap kali Andrew mendapati anaknya itu, tampak menatap ke arah pintu masuk. Andrew mengerti jika Axl menunggu kedatangan Darren.
"Darren nggak dateng?" tanya Erwin lagi.
Andrew menggeleng sambil terus menelepon.
"Ini lagi coba gue hubungin, tapi nggak diangkat-angkat dari tadi."
Erwin hanya menggelengkan kepalanya. Ia tak habis pikir mengapa Darren bisa melupakan hari terpenting dari anaknya sendiri.
Sementara itu, Darren yang baru pulang dari syuting langsung meletakkan barang-barangnya di kamar. Ia lalu membuka tas dan mengambil handphone. Sepanjang perjalanan tadi ia sengaja tak melihat handphone karena buru-buru ingin sampai dirumah.
Ia merasa begitu lelah dan ingin tidur. Namun ia menemukan banyak sekali panggilan tak terjawab dari Andrew.
"Pak Andrew kenapa?" tanya nya kemudian.
Ia berniat menelepon balik. Namun tiba-tiba ada panggilan masuk dari Reno, sahabatnya.
"Hallo Ren, kenapa?"
"Darr, ambil paket dari gue. Di security bawah."
"Paket apaan?"
"Buat anak lo?"
"Buat Axl?"
"Iya, emang anak lo ada berapa Bambang?"
Darren tertawa.
"Kenapa nggak langsung ke orangnya aja sih?"
"Ya biar sekalian, kan lo pasti kesana. Sekalian bilang maaf kalau gue nggak bisa dateng di hari ulang tahunnya."
"Oh iya, astagaaa."
Darren baru ingat jika anaknya berulang tahun hari ini.
"Darr?. Jangan bilang lo lupa."
"Aduh."
Darren menepuk keningnya dengan wajah yang mulai panik.
"Ren, sumpah gue lupa. Mana udah jam segini lagi. Pantes tadi banyak banget panggilan dari pak Andrew."
"Gimana sih lo, kecoa Baghdad. Lo tau anak lo modelnya kang ghosting gitu. Ngambek dikit, ghosting. Lo bukannya di ingetin hari penting begitu."
"Gue syuting udah empat hari, Ren. Itu full, istirahat dikit banget. Mana sempet gue inget. Ya udah deh, gue mau telpon dia dulu."
"Ya udah telpon sono, sebelum ilang tuh anak. Di ghosting sebulan, mampus lu."
"Iya, ini gue telpon."
"Jangan lupa paket gue."
"Iya."
Darren menyudahi sambungan telpon dan kini ia mencoba menghubungi Axl.
"Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif atau berada di luar service area."
"Duh, kemana sih nak. Kenapa di matiin coba HP nya."
Darren mencoba menghubungi anaknya beberapa kali, namun hasilnya tetap sama. Ia pun beralih menelepon Andrew, tetapi Andrew sendiri tengah berbincang dengan rekan-rekan nya yang belum pulang.
Sementara anak-anak sudah tidak ada lagi dirumah, mereka lanjut party di beer house. Salah satu tempat nongkrong milik keluarga si kembar, selain Castle Crown.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
Defi
Selena..ckk..ckk
2023-08-19
0
👁👃👁 adolv 🍆🍆
kemana athornya iyaa
2021-10-30
1
Zamie Assyakur
hbd axl.... semoga bahagia selalu... darren punya perusahaan besar knpa harus jd artis lg si....
2021-10-19
1