Esok harinya ketika hendak berangkat ke sekolah, Axl tak menemukan Andrew. Tak ada apapun di meja makan. Biasanya kalaupun harus pergi, Andrew tidak pernah lupa membuatkan sarapan untuk anaknya. Namun tidak kali ini.
Axl mengerti jika saat ini Andrew benar-benar telah menunjukkan sisi lainnya. Bahwa dibalik sikapnya yang penuh kasih sayang selama ini, Andrew juga hanyalah manusia biasa yang bisa saja marah.
"Nino."
Tiba-tiba Erwin muncul dan mendekati Axl.
"Mau makan apa?. Nanti om Erwin bikinin."
Axl menghela nafas.
"Daddy masih marah ya om, sama Nino?"
Kali ini Erwin yang mengambil nafas, ia agak sulit untuk bicara jujur pada Axl.
"Daddy cuma harus buru-buru berangkat aja, karena ada kerjaan yang harus diselesaikan pagi ini."
Axl agak ragu dengan penjelasan Erwin.
"Ta, tapi Daddy minta om Erwin buat bikinin Nino sarapan, sama nganter Nino ke sekolah. Sekalian mau jemput Rio juga dari rumah mamanya, biar sekalian nganter dia juga."
Erwin berdusta, sekedar untuk menyenangkan hati anak itu. Namun Axl sudah paham akan hal tersebut, bahwa Andrew tidaklah meninggalkan pesan apa-apa pada Erwin.
"Nggak usah, om. Nino harus dateng pagi, mau ngerjain PR bareng anak-anak."
"Loh, bukannya kamu kalau ngerjain PR selalu dirumah?"
"Mm, semalem ketiduran om. Nino berangkat dulu ya."
Axl segera berlalu meninggalkan Erwin, ia menuju ke garasi dan mengambil mobilnya. Ia pun lalu pergi menuju sekolah.
Sesampainya disekolah, suasana masih sepi. Karena ini memang masih pagi sekali, Axl sendiri biasanya tak pernah berangkat sepagi ini. Namun karena kondisi dirumah sedang tidak baik-baik saja, Axl memilih untuk menyendiri disini. Setidaknya, beberapa saat lagi teman-temannya akan datang dan mencairkan suasana.
Pasti akan ada saja hal yang bisa mereka tertawakan. Axl akan jauh lebih bahagia dan bisa melupakan masalahnya bersama Andrew. Ia lalu memilih duduk di kursi taman bagian depan sekolah, sambil sesekali melihat handphone.
"Tumben udah dateng pagi-pagi."
Tiba-tiba seseorang menyodorkan semangkuk bubur ayam padanya, Axl mengenali suara orang itu. Segera saja ia mendongak dan,
"Papa."
"Nggak usah kaget gitu juga, ntar masuk laler loh."
Darren menyerahkan bubur ayam tersebut, lalu Axl pun menerimanya dengan masih tak percaya jika Darren ada disana.
"Papa koq bisa ada disini?" tanya nya kemudian.
"Tadi papa liat kamu di jalan."
"Emang keliatan."
"Kan kamu buka kaca, Bambang. Mana ngerokok lagi. Ya udah papa ikutin aja."
Axl baru ingat jika ia tadi merokok sambil mengemudi. Padahal selama ini ia sudah berjanji tak akan melakukan hal itu lagi.
"Kamu ada masalah kan dirumah?"
Axl mengalihkan pandangannya kepada bubur ayam yang ada di tangannya.
"Nggak, nggak ada apa-apa koq."
"Kalau nggak ada masalah, kamu nggak mungkin berangkat sepagi ini sambil ngerokok pula di jalan. Papa tuh merhatiin raut muka kamu dari awal tadi ketemu."
"Axl tu cuma ngantuk, pa. Makanya kayak nggak bersemangat."
Axl berusaha meyakinkan Darren. Ia berkata seraya menatap ayahnya itu, dengan wajah yang serius.
"Ya udah deh terserah kamu, makan dulu yang penting."
Axl lalu mengaduk bubur ayamnya.
"Eh, koq diaduk begitu?" tanya Darren seraya mengerutkan kening.
"Emang enakan di aduk."
"Apa enaknya sih?"
Darren menatap bubur itu lalu menatap putera semata wayangnya, dengan masih mengerutkan kening. Sementara Axl tertawa lalu memakan buburnya.
"Ih, dasar aneh."
"Aneh gimana?" tanya Axl masih dengan tawanya yang sesekali.
"Itu tuh kayak...." ucapan Darren tertahan.
"Muntah kucing?" tanya Axl sambil terus makan dan menahan tawa. Ia suka melihat ekspresi ayahnya yang seolah jijik, membayangkan apa yang baru saja ia sebutkan.
"Kamu mendingan ngadep kesana deh. Sana-sana...!" Darren membelokkan tubuh Axl, sementara anak itu makin tertawa.
"Papa nggak kerja emangnya?"
"Ini papa baru pulang syuting, kamu nggak liat baju aja udah kusut begini."
"Papa belum mandi juga?"
"Ya belum lah."
"Pantes dari tadi ada bau nggak enak."
"Enak aja, papa wangi ya. Parfum papa lebih mahal dari parfum kamu."
Lagi-lagi Axl tertawa kecil. Usai makan Ia lalu mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya, dan begitu pula dengan Darren. Detik berikutnya mereka sama-sama tertawa, ketika menyadari ternyata mereka mengeluarkan sikat gigi lipat berikut pasta giginya. Ternyata kebiasaan mereka sama.
Tak lama kemudian, mereka sudah berada di wastafel toilet sekolah dan menggosok gigi bersama.
"Kamu semalem tidur jam berapa?" tanya Darren seraya mengeringkan tangannya dengan tissue. Sesaat setelah mereka selesai membersihkan gigi dan mencuci tangan.
"Ya, abis papa nelpon semalem. Axl langsung tidur."
"Udah ngerjain PR?"
"Nggak ada PR hari ini."
Keduanya lalu berjalan keluar, Darren pun melirik arloji.
"Papa langsung pulang ya, soalnya sore mesti ke lokasi syuting lagi. Mau tidur bentar."
"Ok."
Darren lalu mendekat, ia memeluk dan mencium anaknya itu.
"Sana masuk kelas, bentar lagi temen-temen kamu pasti dateng."
Axl mengangguk, lalu melangkah menuju ke kelasnya.
"Axl."
Tiba-tiba Darren menghentikan langkah Axl.
"Papa nggak akan tanya, apa masalah kamu sama daddy kamu. Tapi kalau kamu merasa nggak nyaman, kamu bisa nginep di apartment papa."
Axl kemudian menoleh lalu mengangguk. Tak lama ia pun kembali berbalik arah dan melangkah meninggalkan Darren.
Axl menjalani proses belajar mengajar dengan cukup menyenangkan hari itu, pasalnya teman-temannya pandai membangun suasana. Di tiap saat pasti ada saja kelakuan teman-temannya, yang membuat ia tak bisa menahan tawa.
Hari ini saja, Axl hampir tak bisa mengenali Choki. Pasalnya ia mengira Choki adalah Chico, padahal mereka hanya sedang bertukar tempat. Chico berada di sekolah Choki sedangkan Choki ada disini.
Ada saja kelakuan Choki yang membuat mereka tertawa, karena ia sedang berpura-pura menjadi Chico. Ternyata hari ini Chico menghindari satu siswi yang sedang marah padanya karena suatu sebab. Siswi tersebut agaknya memiliki dendam dan ternyata ia menampar Choki, yang ia kira adalah Chico.
"Bangsat nih, si Chico. Pantes aja dia mau gue ajak tukeran sekolah. Selama ini nggak pernah mau tuh anak, sial gue." gerutu Choki sambil memegang pipinya yang sakit akibat tamparan.
Sementara Axl, Jodi dan Adrian yang tak punya akhlak malah terpingkal-pingkal. Axl melupakan sejenak masalahnya dengan Andrew. Hingga saat pulang sekolah, ia merasa benar-benar gembira. Ia telah siap menghadapi Andrew kembali, bahkan mungkin ia akan mengajak Andrew bicara lalu meminta maaf.
Namun tak lama kemudian, ia berpapasan dengan Andrew di jalan. Ayah angkatnya itu tengah terjebak di dalam kemacetan, namun pada arah yang berlawanan.
Ketika Axl hendak menyapa ayahnya, Andrew yang sudah bertemu muka dengan Axl hanya melengos saja. Seolah tak melihat Axl sama sekali. Setelah lampu kembali hijau ia pun berlalu.
Axl yang tadinya bersemangat untuk segera berbaikan dengan ayahnya itu, kini menjadi down tiba-tiba. Dalam kekalutannya itu, ia lalu parkir di pinggir jalan dan menelepon kekasihnya, Selena.
Axl bermaksud ingin mampir ketempat gadis itu, karena ia sendiri malas pulang kerumah. Andrew tak menunjukkan tanda jika amarahnya sudah mereda.
"Nomor yang anda tuju tidak menjawab."
Axl menyudahi panggilan telponnya ketika Selena tak jua mengangkat, setelah beberapa kali ia mencoba menghubungi. Tak lama kemudian Selena mengirim pesan suara pada Axl.
"Aku lagi di jalan, ada kerjaan. Nanti aku telpon balik."
Begitu bunyi pesannya. Axl lalu meletakkan kembali handphone, namun tak lama kemudian.
"Tadi siapa yang nelpon?"
"Oh, bukan siapa-siapa koq. Temen kerja yang nanyain soal bajunya yang aku pinjem."
Axl terkejut mendengar pernyataan tersebut. Pasalnya orang itu adalah Selena, yang kini tengah melintas di depan mobil Axl bersama seorang laki-laki.
Axl tak tau siapa laki-laki itu. Ia juga tak ingin memastikan atau berbuat keributan, meski amarahnya saat ini sudah sangat ingin meledak. Axl berusaha keras menahan emosinya, ia lalu menginjak pedal gas lebih dalam hingga mobilnya melaju sangat kencang.
Darren ketiduran hingga jam 8 malam, ia panik karena harusnya sudah berada di lokasi syuting. Baru saja ia hendak menelepon sutradara, Namun ia membaca sebuah pesan jika syuting ditiadakan hingga minggu depan. Karena sutradaranya mendadak sakit.
Darren pun merasa sedikit lega, ia lalu keluar kamar dan hendak mengambil air minum. Namun ia dikejutkan dengan sebuah pemandangan.
Ya, Axl yang kini tertidur di sofa depan televisi. Darren bahkan tak menyangka jika anak itu akan datang. Darren kemudian mendekat lalu duduk disisi putera semata wayangnya itu, sambil mengelus kepala dan rambutnya.
Ia tau jika Axl pasti sedang mengalami masalah yang berat, meski ia tak tau masalahnya apa.
Darren lalu mengangkat dan membawa tubuh anak itu ke kamar yang biasa ia tempati. Anak itu bahkan tak bergeming sama sekali, tidurnya sangat nyenyak. Darren membuka genggaman tangannya, karena ia curiga Axl meminum obat tidur.
Dan biasanya jika ia melakukan perihal tersebut, ia akan meninggalkan beberapa butir dalam genggamannya. Agar kelak jika ia terbangun, ia akan meminumnya lagi.
Namun kali ini tak ada sama sekali, mungkin memang tidak dalam pengaruh obat tidur apapun. Kalaupun iya, Darren sudah siap untuk memarahi anak itu ketika ia bangun nanti.
Sebelum pergi meninggalkan kamar tersebut, ia mencium kening Axl lalu menyelimutinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
Defi
Ga rela Axl dengan Selena mana Selena bohong lagi 😮💨😮💨😮💨
2023-08-19
0
buNbund_lian
thor pillss dong alx jgn ama selenA carik se pantaran ajah.
katanya gak pacran tp kok kekasih😞😞
2023-07-05
0
panji akbar77
berada di posisi Axl itu serba salah....klo boleh milih takdir lebih baik hidup dng ortu kandung walau gk lengkap atau sekalian aja hidup dipanti asuhan sbg anak yatim piatu sebatang kara...hd gk perlu menjaga hati lain yg blom tentu bisa menjaga hati kita...Krn kita beda dng anak yg lahir dan hidup dng orang tua kandung....mental psikologi kita berbeda...ada perasaan asing dan berbeda dr yg lain dlm keluarga
2021-12-21
0