"Pul, Lo yang nyetir ya!" titah Wira sebelum mereka kembali. Wajarlah perjalanan memakan waktu hampir 3 jam, belum lagi persiapan KKN tadi. Tentu badan Wira ingin istirahat.
"Ya elah. Gue mau tidur rencananya." Protes Cipul, tapi ia tetap menjadi sopir sore ini. Karena faktor kenyang dan capek, para penghuni mobil Wira kompak merem. "Set dah, gue doang ini yang melek."
Suasana mobil hening, hanya lagu dari playlist terdengar menemani Cipul. Beberapa kali Cipul menguap, tapi tetap saja dia harus fokus pada jalan yang menukik.
Drttt....Drttttt...Drrrttt
"Yang punya ponsel, bangun dong! Angkat, berisik tau!"
Masih belum ada yang membalas ocehan Cipul. Geram, pasti. Sudah ditinggal nyopir sendiri, enak-enak mendengarkan lagu, eh suara getaran HP entah milik siapa sangat mengganggu. Menyebalkan.
"Heloooooooo, bangun dong. Tuh HP berisik banget, hadeh."
"Hem!"
Renata menjawab panggilan telpon sambil merem. "Apa? Rumah sakit? Iya ini gue udah di jalan pulang, oke!"
"Pul, ntar turunin gue di RS internasional ya!" pinta Renata.
"Set dah gue sopir beneran nih!"
*****
"Gue drop anak-anak dulu, ntar balik ke sini jemput Lo!"
"He'em. Ati-ati."
Setelah mobil Wira mulai melaju, langkah Renata segera menuju ke resepsionis.
"Maaf, kamar VIP no 3 sebelah mana ya?"
Setelah mendapatkan arahan kamar VIP no 3, Renata segera menuju ke ruang perawatan itu. Sesekali ia membalas chat yang dikirimkan oleh anak Lorong 13.
"Kamu ke sini juga?" suara cowok yang sengaja berjalan mendampingi langkah Renata.
"Kok??"
"Kamu Renata, kan?"
Gadis itu hanya mengangguk. "Kak Jea mau ngapain?" ups... Renata spontan menepuk bibirnya. Serah dia lah mau ngapain.
"Jenguk teman!"
"O"
"Kamu?"
"Sama, jenguk adik kos!"
Cowok itu hanya mengangguk, melirik Renata sekilas, kemudian berjalan lebih cepat dari Renata tanpa basa basi apalagi pamit.
"Aneh."
VIP NO 3
"Kok bisa gini, Sut?"
Cukup mengejutkan melihat kondisi Sita yang lumayan parah, wajah cantiknya lebam di pipi sebelah kanan, sudut bibir juga sedikit robek. Belum lagi, kaki kiri dibungkus perban. "Parah banget."
"Akibat putus dari Rawon, mbak!" Kali ini Elea yang berkomentar.
"Hah?"
"Geblek emang mantan gue tuh."
"Heleh kemarin-kemarin cinta mati gitu." Sindir Neva.
"Mbaaaaaaakkkk." Rengek Sita.
"Gimana ceritanya sih?" Renata penasaran.
Setelah drama putusnya Bagas-Sita. Gak ada angin gak ada hujan, Sita tiba-tiba menerima ajakan Kak Vino, kakak tingkatnya yang sekarang lagi meneruskan S2 juga. Ketika mereka sedang jalan, eh...apesnya bertemu Bagas dan Londo.
Awalnya hanya saling lirik, tak peduli satu sama lain, hingga di parkiran Bagas mencari gara-gara. Dia menarik tangan Sita cukup kuat, hingga meringis. Sebagai cowok yang lagi PDKT, Vino tak terima dong gebetannya digituin, apalagi sama mantan. Alhasil cek Cok mulut terjadi.
Kurang puas dengan mulut, Bagas melayangkan bogem mentah pada Vino. Aksi pukul memukul terjadi kemudian. Londo hanya diam, sedangkan Sita melerai keduanya. Eh sialnya dia kenak bogem si Bagas. Kondisi menegangkan semakin parah dengan Vino mengajak Sita pulang. Kali ini aksi kejar-kejaran terjadi, karena kurang hati-hati Vino tergelincir, berakhir di rumah sakit malam ini.
"Cinta lama belum kelar nih ceritanya."
Sindiran Renata disambut dengan lemparan jeruk dari Sita. "Sakit pe'a!"
" Rawon juga kenapa sih masih mengharap Lo kalau dia aja sudah jelas jalan sama Londo?" tanya Neva.
"Namanya juga calon istri idaman, Mbak. Bakal dikejar lah."
"Diam kamu, El! Antek kamu tuh, bilang gak usah gangguin gue lagi "
"Idih, malas juga punya antek kayak Rawon. Gak prospek."
Candaan kaum lorong 13 berlanjut cukup lama, beruntung mereka di ruang VIP, setidaknya tidak mengganggu pasien lain.
"Gue pulang ya, capek banget hari ini."
"Pulang sama siapa, Mbak?"
"Dijemput Wira."
"Eeee..... kayaknya ada yang mau mencoba pacaran nih."
"Gak usah nyindir, Va! Dia cuma sahabat gue."
"Gak yakiiiiiiin." Balas Neva, Elea, dan Sita secara bersamaan. Berasa paduan suara.
Baru menutup pintu dan berjalan dua langkah, Renata kembali dikejutkan dengan langkah kaki seseorang di sampingnya.
"Pulang sama siapa? udah malam, mau aku anterin?"
Renata berhenti sejenak, cowok itupun melakukan hal yang sama. "Dijemput teman." Lanjut Renata, berjalan lagi dan tak lama berhenti lagi. " Kita belum sedekat itu, cukup canggung kalau semobil berdua. Permisi."
Jea melongo, baru kali ini ia menawari seorang cewek tumpangan dan ditolak mentah-mentah.
Jadi gue ditolak nih??? Njir .... berani amat tuh cewek, batin Jea. Ia pun memutuskan berhenti sebentar, menatap punggung gadis itu yang semakin menjauh darinya.
*****
Pagi ini Renata diminta menjaga Sita. Elea ada kuliah pagi, Neva mau cek lokasi KKN, sedangkan Ilma posisinya masih pulang kampung karena kakaknya menikah.
"Kayaknya kita berjodoh, deh!"
Entahlah keberuntungan atau malapetaka, seorang Jea kembali bertemu Renata di parkiran rumah sakit. Pagi itu Renata membawa motor, begitupun dengan Jea. Dan motor keduanya ngejugrug bersebelahan.
"Lucu candaan Kak Jea pagi ini." Balas Renata sambil menyunggingkan senyum yang terlihat sangat tidak ikhlas.
"Gak mau berjodoh sama gue? Gak rugi-rugi amat kok."
Candaan itu berlanjut di saat keduanya mulai memasuki lobi rumah sakit. Entah sadar atau tidak keduanya berjalan beriringan, meskipun dengan saling ledek.
"Urusi skripsi aja dulu baru mikir jodoh, Kak!" Sindiran telak buat mahasiswa basi seperti Jea.
"Skripsi dan magang, gue udah kelar, Ta!"
"Lah kok bisa?"
"Otak gue encer!"
"Sombong amat."
Jea terkekeh. Adik tingkat yang se-KKN dengannya ini cukup unik. Jutek-jutek agak konslet juga.
"Teman kamu dirawat di ruang apa?"
"VIP NO 3!"
"Kalau temen kakak?"
"VIP NO 4."
"Kokkkk??"
"Ck....udah dibilang kita tuh berjodoh gak percaya amat sih,"
Lubang hidung Renata seketika melebar, kuping gatel dengar gombalan receh Jea. Yakin deh, ne cowok playboy cap kadal. Gombalannya manis banget, siap-siap diabetes kalau tiap hari dekat dengannya. Oh tidak bisa!!!
Mereka pun berpisah, masuk ke kamar inap teman masing-masing. Hanya pamit sederhana, 'aku duluan' begitu saja tapi terkesan manis di telinga Jea.
Pukul 12 teng, kamar Sita kedatangan tamu. Vino dipapah oleh Jea. Renata yang fokus dengan proposal skripsinya hanya menoleh sekilas, tersenyum tipis, dan membiarkan Vino mendekati Sita.
"Sibuk amat."
Sontak Renata menoleh ke samping. Ada Jea dengan senyum tengil terkesan menawan. Sedangkan Renata hanya mengangkat alis, heran. Kok bisa di sini???
"Vino temen gue." Bisiknya.
"O."
"Makan siang yuk. Gue traktir."
"Makasih, gue nunggu Sita aja. Takut diapa-apain Vino."
"Gue dengar Lo, Mbak!"
Renata dibuat melongo. Mbak??? Gak salah??? Umur Vino sudah 23 tahun, mahasiswa S2 juga, kok panggil mbak??? gak terima lah, berasa tua'an Renata dong.
"Maaf, saya adik tingkat Anda. Saya masih semester 6 loh!"
"Kan saya pacaran sama adik kelas, Mbak."
ih...gak Jea...gak Vino menyebalkan sekali sih, batin Renata. "Sejak kapan pacaran?? Bukannya masih PDKT ya??"
"Kepo deh mbak!" sahut Sita. "Udah sana makan siang aja, sama mas Jea."
"Kok Lo kenal?"
" Lah mas Jea kan sohibnya kak Vino, mbak."
"Ck....Lo baru kenal Vino, cepet banget kenal temannya juga. Heran gue."
"Sit, gue pinjam mbak kos Lo ya!"
"Ambil aja, Mas. Sekalian dibayar tunai juga boleh,"
"Sembaraaaaangaaannnnn."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments
Vita Liana
bqgus ,,
2022-02-11
3
💫Sun love 💫
gokil.. pinjem temen sekalian dibayar tunai ...
2021-11-16
2
Reiva Momi
suka🥰🥰
2021-09-30
1