Freya terbangun saat merasa berat menimpa perutnya, ia menoleh saat ternyata hal berat itu ialah tangan suaminya sendiri, Andra Stevano.
Freya tersenyum saat mengingat kejadian semalam, malam yang panjang untuk mereka berdua. Malam yang berkesan baginya.
Malam di mana ia memberikan mahkotanya pada orang yang ia cintai, pada suaminya, pada lelaki yang akan menjadi ayah dari anak-anaknya.
"Cepet hadir sayang," ucap Freya mengusap perut datarnya. Ya dia sangat ingin segera memiliki anak.
Tatapannya beralih pada sosok laki-laki yang ada di sampingnya, ia mengusap pipi laki-laki yang tengah terpejam itu.
Cup
Ciuman pertama ia daratkan pada pipi suaminya, tapi dia masih tetap tertidur. Freya tersenyum melihat wajah damai suaminya, percayalah ia masih belum percaya jika sekarang ia telah menjadi seorang istri.
"Sayang bangun," ucap Freya ia menggoyangkan lengan suaminya. Tapi si kebo itu eh salah suaminya itu tidak juga terbangun membuat Freya mendengus kesal.
Freya melirik jam yang terpasang di sebelah ranjangnya, matanya melotot saat melihat angka berapa yang tertunjuk pada jarum jam itu.
"Jam sebelah! pantas saja perutku sudah demo," ucap Freya. Ia langsung menarik selimut putih itu ia gulungkan pada tubuhnya, melirik sekilas ke arah suaminya yang masih tertidur. Lalu ia mulai berjalan menuju kamar mandi dengan sedikit terkangkang karena area intimnya sedikit sakit akibat tadi malam.
Satu jam Freya habiskan dengan berendam air hangat di kamar mandi, ia keluar dengan tubuh yang sangat harum. Freya bercermin pada cermin besar yang ada di kamar mandi itu, masih dengan handuk yang melilit tubuhnya.
Wajahnya memerah saat melihat banyaknya bintik merah di tubuhnya bukan karena nyamuk tapi itu semua karena keganasan suaminya.
"Astaga sebanyak ini," ucap Freya ia meraba leher dan dadanya yang penuh dengan hasil karya suaminya.
Kruk kruk
"Perutku." Freya terkekeh saat perutnya berbunyi, cacing di dalamnya sudah berdemo untuk minta diisi.
Ia segera berganti pakaian, dan membangunkan suaminya yang masih nyaman di alam mimpinya.
"Sayang bangun!" Freya menggoyangkan lengan Andra.
"Mas, laper! bangun ih ..." Rengeknya.
"Mas Andra!"
"Mas!"
"Sayang, laper! bangun dong!"
"Ehm," dehem Andra.
Freya tersenyum jahil saat mendapat ide brilian dari otak liciknya, ia membalikkan tubuh Andra untuk terlentang. Lalu dengan jari lentiknya ia menjepit hidung laki-laki itu.
Membuatnya susah nafas, namun tetap saja dia tak terbangun karena masih ada mulut untuk bernafas.
"Ish, kebo banget sih!" kesal Freya.
Andra tersenyum kecil saat melihat kekesalan istrinya, ya dia sudah terbangun sedari tadi hanya saja menjahili istrinya menjadi kesenangan sendiri untuknya, melihat wajah kesal istrinya menjadi hiburan menyenangkan baginya.
"Mas, laper tau! bangun dong!" ucap Freya tepat di telinga Andra.
"Katanya kalau di cium bibir dia bangun," ucap Andra dengan suara di kecilkan. Freya dengan ketidaksadarannya, terbengong memikirkan perkataan itu.
"Benarkah? bisa gitu ya," beonya.
"Iya, coba deh kalau gak percaya!" ucap Andra kembali.
Cup
Freya mencium Andra tepat di bibirnya, saat ia akan melepas ciuman itu Andra terlebih dahulu menyerobot bibir ranumnya.
"Tidak semudah itu sayang!" ucap Andra setelah melepas ciuman itu.
"Ih beneran langsung bangun," ucap Freya dengan polosnya.
"Eh tapi tunggu tadi siapa yang ngo---" Freya menatap tajam ke arah Andra, yang nampak cengengesan itu.
"KAMU YA!" ucap Freya melotot, ia berkacak pinggang menatap tajam ke arah Andra.
"Maaf sayang," ucap Andra mencium cepat pipi Freya lalu berlari menuju kamar mandi.
"ANDRA!!"
.
"Wah, wah pengantin baru jam segini baru bangun ya," ucap Melisa mama mertua Freya atau lebih tepatnya mama Andra.
"Yang pengantin baru mah beda, kita makan siang situ makan pagi!" Ledek Abel adik kandung Andra.
"Itu juga, rambut udah basah aja!" Sambung Abel.
"Biasalah, bikin anak!" ucap Rangga, kakak kandung Freya. Ya ucapan Rangga emang ceplas-ceplos no filter.
"Kak!" kesal Freya wajahnya semerah tomat mendengar ledekan dari keluarganya.
"Haha, semoga cepet jadi. Udah tumbuh belum cucu nenek?" Ya sekarang ganti mama Freya yang meledek, sungguh Freya ingin sekali menghilang dari tempat ini.
"Bunda!" ucap Freya kesal, kenapa bundanya juga ikut-ikutan.
"Gimana mau jadi ma, orang bikinnya baru sekali. Entar Andra coba lagi, doain cepet jadi!" balas Andra.
Percayalah wajah Freya sudah semerah tomat saat ini ia mencubit pinggang suaminya karena ucapannya yang terlalu vulgar.
"Mas ih ..." kesal Freya.
Mereka semua tertawa melihat wajah kesal bercampur malu milik Freya, begitupun Andra ia memeluk mesra istrinya menyembunyikan wajah malu itu di dadanya. Mencium pucuk kepalanya, menghirup aroma sampo yang di gunakan istrinya.
"Makan woi! Kalau mau mesra-mesraan di kamar sono! mohon hormati kaum jomblo di sini!" Protes Abel.
"Iri bilang adikku sayang!" kekeh Andra ia semakin menunjukkan kemesraannya pada adiknya, menarikkan kursi untuk Freya, mengambil makan dan sekaligus menyuapinya. Membuat kaum jomblo ngenes meratapi nasibnya yang belum juga mendapat pasangan.
"Mama Abel mau nikah!" pekik Abel, saat Andra mengusap bekas makanan di bibir Freya membuat semua orang tertawa, kecuali Melisa yang menatap nyalang pada putrinya.
"Nggak ada nikah, nikah! sekolah yang bener baru nikah. Emang udah bisa ngurus anak!" omel Melisa membuat Abel mengerucutkan bibirnya kesal.
.
Andra dan Freya tengah berkemas untuk pindah Ke rumah baru mereka, rumah hadiah pernikahan dari orang tua Andra.
"Udah semua sayang?" tanya Andra dengan menutup koper bawaan bajunya.
"Udah baju aku sama baju kamu udah semua."
"Ya udah ayo berangkat, setelah ini aku ada urusan kantor soalnya."
Freya mengerucutkan bibirnya kesal, oh ayolah ini hari kedua pernikahannya dan suaminya sudah akan bekerja.
"Kenapa monyong gitu bibirnya?" tanya Andra ia gemas dengan wajah menggemaskan istrinya ini.
"Kamu sih bikin kesel aja!" Freya bersedekap dada dengan wajah kesalnya.
"Kenapa sayang? aku salah?" Andra mendekatkan diri pada Freya mengangkat wajah istrinya agar menghadap ke arahnya.
"Kita kan baru nikah mas, masa kamu udah kerja aja!"
"Ya gimana, urusan kantor gak bisa aku tinggal lama-lama. Aku kerja juga demi kamu demi anak-anak kita kelak sayang. Aku kerja juga gak lama kok cuma tanda tanganin berkas-berkas penting buat meeting besok. Udah itu aja terus aku pulang, temenin kamu di rumah."
"Janji." Freya menyodorkan jari kelingkingnya pada Andra membuat Andra tersenyum gemas.
"Janji sayang." Andra tersenyum bahagia memeluk istrinya di balik tangannya ia menyilangkan tangannya.
"Maaf Frey, aku akan segera menyelesaikan semuanya, dan kita akan hidup bahagia!" batin Andra
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
Syafa
aduh ternyata biaya darat nih si andra...
2021-07-02
1
Imabelle Tamp
wah laki" rakus ksian istrinya bsakh rmh tangga ya baik" aja , lanjt thor critanya , ttp semangt
2021-06-24
1
Hiatus bentar🧸
udah mampir yh kak
2021-06-10
0