“Wanara… I am coming!!” Rama berteriak dengan sangat semangat.
“Jika begitu silahkan kembali duduk Tuan Rama” pinta Julia kepada Rama.
Rama yang tidak bisa mengendalikan semangatnya terlihat tersipu malu atas perkataan Julia. Rama pun berjalan kembali ke kursi yang telah disediakan. Untuk mengendalikan diri, Rama meminum teh dan menyantap kudapan yang telah disajikan sebelumnya.
“Saya akan lanjutkan pembicaraan yang tadi sempat tertunda. Mohon Tuan Rama untuk mendengarkan dengan baik hingga saya selesai menjelaskan agar tidak terjadi lagi kesalahpahaman yang tidak diperlukan.” Julia memulai kembali pembicaraan.
“Baik Julia…” Jawab Rama singkat.
Kemudian Julia menjelaskan segala hal yang perlu diketahui oleh Rama saat bergabung bersama Project Wanara.
“Seperti yang tadi sudah saya jelaskan bahwa Tuan Rama tidak perlu khawatir dengan tempat tinggal dan makanan selama anda menjadi bagian dari Projact Wanara ini. Bahkan kami juga akan sediakan uang saku setiap bulannya untuk anda. Itu adalah hal pertama yang perlu anda ketahui.”
“Selain Project Wanara, secara bersamaan Pandawa Group juga menjalankan 5 project lainnya dimana seluruh project memiliki tujuan yang sama. Jika Tuan Rama memperhatikan ruangan di sepanjang lorong tadi, terdapat beberapa pintu dengan label nama yang berbeda-beda bukan? Ruangan-ruangan tersebut adalah tempat pendaftaran untuk setiap project yang sedang dijalankan oleh Pandawa Group.”
“Walaupun keenam project ini memiliki tujuan yang sama, namun tetap memiliki tingkat prioritas yang berbeda. Project terbaik dengan prioritas tertinggi adalah Dasamuka, diikuti dengan Anantareja ditempat kedua, Dewabrata ditempat ketiga, lalu Punakawan ditempat keempat, Brahma ditempat kelima dan Wanara ditempat keenam.”
“Sejauh ini apakah ada yang ingin Tuan Rama tanyakan?” Julia menghentikan penjelasannya dan mempersilahkan Rama untuk bertanya.
“Ya Julia… Saya masih penasaran kenapa saya tetap bisa bergabung dengan project wanara walaupun saya bukanlah pemilik asli undangan ini?” Rama kembali bertanya dengan tata bahasa yang sopan dan ramah.
“Sebetulnya kami sendiri tidak begitu mengetahui siapa saja yang mendapatkan undangan. Hal tersebut langsung diputuskan oleh para Pandawa. Instruksi yang diberikan kepada kami hanyalah untuk memperlakukan siapapun yang membawa undangan dengan baik sesuai prosedur.” Julia menjawab dengan tenang.
“Para Pandawa? Siapa itu?” tanya Rama Keheranan.
“Tentu saja para petinggi Pandawa Group. Orang-orang hebat yang membangun perusahaan ini.” ujar Julia.
“Undangan ini sepertinya sesuatu yang sangat berharga hingga pimpinan Pandawa Group sendiri yang memutuskan siapa yang berhak menerima undangan” pikir Rama.
“Kemudian Julia… Project Wanara ini berada pada prioritas terakhir, mengapa demikian? dan keuntungan apa yang didapatkan project lain yang lebih diprioritaskan?” Rama kembali melontarkan pertanyaan kepada Julia.
“Akan sedikit memakan waktu jika saya harus menjawab pertanyaan tersebut, jadi akan lebih baik jika Tuan Rama melanjutkan prosedur pendaftaran berikutnya. Seiring berjalannya waktu, anda akan semakin paham dengan perbedaan masing-masing project” jawab Julia dengan lugas.
“Apa-apaan dengan jawaban itu… Aku rasa aku punya banyak waktu disini…” pikir Rama.
“Baiklah jika memang begitu. Apa prosedur berikutnya?” tanya Rama.
“Mohon tunggu sebentar Tuan Rama.” ujar Julia.
Julia berdiri dan membuka lemari yang berada di sudut kanan ruangan itu. Julia nampak dengan hati-hati mengambil sebuah kotak dari dalamnya. Setelah itu, Julia kembali menghampiri Rama dan duduk di tempatnya semula serta memberikan kotak itu kepada Rama.
“Silahkan Tuan Rama buka. Benda itu adalah tanda bahwa Tuan Rama telah bergabung kedalam Project Wanara.” Julia memberi penjelasan.
Rama mengambil kotak tersebut dan membukanya perlahan.
“Apa…? Sebuah Cincin…? Dia tidak sedang melamarku kan?” pikir Rama saat itu.
“Itu adalah Cincin Onyx. Silahkan pakai itu Tuan Rama” ujar Julia.
“Tentu saja ini bukan lamaran, dasar bodoh. Ha ha ha.” pikir Rama.
“Jadi setelah saya menggunakan cincin ini, saya secara resmi bergabung dengan Project Wanara?” tanya Rama.
“Iya tepat sekali Tuan.” Jawab Julia Singkat.
Cincin Onyx merupakan simbol keberadaan seseorang didalam Project Wanara yang dibuat dengan teknologi modern sehingga dapat membantu penggunanya untuk membuka potensi diri yang mereka miliki. Cincin Onyx berwana hitam yang berasal dari bahan baku utama pembuatannya yaitu Black Onyx Stone dan memiliki ukiran berwarna putih cerah.
Ketika hendak mengenakan cincin tersebut, keraguan kembali menghampiri Rama.
“Apa ini benar? Apa aku siap dengan semua resiko yang akan muncul kedepannya?” pikir Rama.
{10 Jutaaaaaaaaaaa}
Sekelebat terlintas di pikiran Rama tentang sejumlah uang yang telah dijanjikan akan dia terima setiap bulan.
“Apa lagi yang harus ku khawatirkan? Ha ha ha.” Pikir Rama.
Rama segera mengeluarkan cincin didalam kotak dan memakainya di ibu jari.
“Sepertinya cincin ini terlalu kecil Julia.” Rama berbicara kepada Julia.
“Jika begitu coba tuan pakai di jari lain yang sesuai.” Julia menjawab dengan sedikit rasa kesal.
“Sepertinya aku salah bicara, baru kali ini Julia terlihat nampak kesal.” Pikir Rama dengan sedikit khawatir.
Kemudian Rama mencoba menggunakan cincin tersebut di jari kelingkingnya. Benar saja, ukuran Cincin Onyx sangat sesuai dengan jari kelingking Rama. Rama mengangkat tangannya ke atas untuk melihat apakah cincin itu cocok dipakai di jarinya. Tidak lama kemudian…
“Aarghhhh….” Rama menjerit kesakitan.
Cincin Onyx membuat getaran aneh dan terasa mengecil serta menyempit dari ukuran sebelumnya. Hal itu membuat Rama merasa sangat kesakitan. Cincin itu terlihat terus semakin kecil.
Rama terus menjerit dan melihat cincin di jari kelingkingnya…
“Apa ini Julia….? Apa kau menjebakku..??!!” Rama menjerit dan menghardik Julia.
“Cincin itu adalah benda yang dibuat oleh Para Pandawa sendiri. Didesain khusus dengan teknologi nano cutting besutan Pandawa Group. Dengan dipicu oleh panas tubuh manusia, partikel nano Cincin Onyx dapat menyatu dengan pemiliknya beberapa saat setelah digunakan.” Julia coba menjelaskan.
“Partikel-partikel nano penyusun cincin akan terserap kedalam tubuh anda tuan. Itulah sebabnya cincin ini terlihat semakin mengecil. Ini adalah tahap pertama untuk membangkitkan potensi yang anda miliki. Rasanya akan sedikit sakit, tapi anda harus melewati tahap ini.” tambah Julia.
“Aarghhhh….” Rama masih terus menjerit kesakitan dan tidak menanggapi perkataan Julia sedikitpun.
Setelah beberapa saat, seluruh partikel Cincin Onyx telah terserap kedalam tubuh Rama dan sama sekali tidak terlihat lagi di jari kelingking Rama. Namun, jeritan Rama tidak serta merta berhenti. Justru sebaliknya, Rama menjerit semakin keras dari sebelumnya. Perlahan dari jari kelingking tempat Cincin Onyx dipasang, muncul bekas luka bakar dan terus menjalar ke area tangan Rama. Julia dan Darma terkejut dan bingung dengan kejadian yang sedang mereka saksikan. Belum pernah mereka melihat kejadian ini. Berdasarkan pengalaman mereka, setelah Cincin Onyx terpasang, rasa sakit yang diderita hanya beberapa detik saja, yaitu saat Cincin Onyx terserap dan bersatu dengan pemakai cincin.
“Julia.. Apa yang terjadi ini?” Darma berteriak dengan panik dan bertanya kepada Julia.
“Entahlah Darma, aku juga tidak tahu. Ini belum pernah terjadi sebelumnya” jawab Julia dengan penuh rasa khawatir.
“Apa yang harus kita lakukan sekarang?” tanya Darma.
“Tidak ada yang bisa kita lakukan. Kita hanya bisa menunggu Rama berhasil melaluinya. Aku sendiri tidak tahu hal ini akan berlangsung berapa lama.” Jawab Julia.
Darma dan Julia hanya bisa melihat Rama menjerit kesakitan. Bekas luka terbakar terus menjalar keseluruh tubuh Rama. Sebagian besar tubuh Rama seperti mendapatkan tato berwarna merah kehitaman. Jeritan Rama menjadi semakin kencang saat bekas luka bakar itu menjalar kebagian wajah. Saat bekas luka bakar mencapai bagian kening, Rama menjerit sejadi-jadinya hingga dia pun hilang kesadaran.
“Apa ini sudah selesai?” tanya Darma.
“Entahlah…” jawab Julia singkat.
Namun hal yang ganjil tidak berhenti disitu, bekas luka bakar berwarna merah kehitaman seperti tato yang tadi memenuhi sebagian besar tubuh Rama perlahan menghilang dan tidak meninggalkan jejak apapun. Bersamaan dengan hilangnya tanda bekas luka bakar ditubuh Rama, dia pun perlahan mulai mendapatkan kesadarannya kembali.
“Apa kau baik-baik saja Tuan Rama?” tanya Julia.
“Apa aku disurga? Apa sekarang aku sedang melihat malaikat?” Rama bergumam tanpa sadar saat melihat Julia.
Julia terkejut dan tersipu malu dengan kata-kata Rama, sedangkan Darma hanya bisa menghela nafas panjang.
“Huft… Dasar bodoh.” Pikir Darma.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Rohad™
Lanjut 😄
2023-10-30
0
azra
msih ngikutin alur ny
2022-01-14
0