“Kenapa aku berjalan kesini…??!!!” teriak Rama keheranan.
Rama benar-benar terkejut karena tanpa disadari dia sampai ditempat yang ditunjukkan oleh selebaran yang baru saja dia ambil. Walaupun Rama berfikir hal itu adalah sesuatu yang konyol, namun ternyata kaki rama seakan berjalan tanpa komando menuju tempat tersebut. Sepertinya tanpa disadari Rama merasa penasaran dengan selebaran itu dan berharap dia bisa merubah hidupnya seperti yang tertulis disana.
“Haha bodoh, apa aku sedemikian putus asa sampai-sampai harus percaya dengan hal-hal semacam ini. Tidak, ini tidak benar.” ujar Rama.
“Kruyuk……” perut Rama berbunyi.
“Apa nasi padang saja masih belum cukup untuk membuatmu diam??!!” Rama berteriak sambil menunjuk perutnya.
“Huft.. Lebih baik aku jalan lagi, hari sudah semakin larut. Aku harus segera dapat tempat beristirahat yang nyaman. Syukur-syukur aku juga menemukan sisa makanan lagi.” pikir Rama.
Tap Tap Tap Tap…
Rama menggerakkan kakinya beberapa langkah…. dan tiba-tiba Rama terdiam….
“Aaaaaaa…. Aku akan istirahat setelah masuk ke gedung sialan ini….!!!” Rama memutar langkahnya dan berjalan masuk kedalam gedung itu dengan perasaan kesal.
“Gedung ini sangat sepi” pikir Rama.
“Kamu pikir ini jam berapa? Tentu saja sangat sepi” lanjut Rama menjawab pernyataannya sebelumnya.
“Kira-kira ada orang tidak ya? Apa aku kembali besok pagi saja?” Rama berfikir sembari terus melangkahkan kaki menuju sebuah tempat yang dia anggap pintu masuk utama gedung tersebut.
Benar saja, arah yang Rama tuju adalah pintu masuk utama Gedung Pandawa Group. Didepan pintu masuk gedung tersebut berdiri dua orang security berseragam dengan wajah yang nampak menyeramkan dan tidak bersahabat.
“Security itu lebih mirip gengster berdarah dingin ketimbang security” pikir rama saat itu.
Rama mendekati security tersebut untuk bertanya perihal selebaran yang dia dapatkan.
“Permisi pak, saya…..” kata-kata Rama terhenti.
“Siapa kamu dan untuk apa kamu datang kesini?” Salah satu security bertanya kepada Rama dengan tegas dan sedikit meninggikan suara.
“Kenapa dia harus bentak-bentak sih? Apa karena aku terlihat seperti gelandangan ya?” Pikir Rama kesal.
Darma, itulah nama yang tertulis di baju seragam security tersebut. Rama dengan ragu menunjukkan selebaran yang dia ambil kepada Darma dengan maksud mendapatkan informasi lebih banyak.
“Maaf Pak Darma, Aku membaca selebar….” Kata-kata rama kembali terhenti
“Saya paham. Tunggu sebentar!” Darma memotong kata-kata Rama.
Darma menjauh dari Rama dan meminta rekannya untuk memperhatikan Rama. Darma seperti sedang berbicara dengan orang lain melalui alat komunikasi yang terpasang di telinganya. Rama semakin merasa keheranan dengan apa yang sedang terjadi didepan matanya saat ini. Namun Rama berusaha untuk tetap tenang.
Tidak lama kemudian Darma kembali menghampiri Rama.
“Siapa nama kamu dan dari mana kamu mendapatkan selebaran ini?” tanya Darma dengan intonasi suara yang sedikit lebih nyaman didengar oleh Rama.
“Nama saya Rama Ghuntara Pak, dan saya menemukan selebaran ini dari…..” Jawab Rama sembari menceritakan seluruh kejadian yang dia alami sampai dia menemukan selebaran ini.
“Aku tidak peduli kisah hidupmu!” jawab Darma ketus.
“Jadi kamu tidak sengaja menemukan selebaran ini di jalanan saat kamu sedang mencari tempat istirahat? Itu intinya kan?!” Darma melanjutkan kata-katanya dengan sedikit kesal.
“Iya betul Pak Darma… He he he..” Rama menjawab dengan sedikit tertawa kecil.
Darma menghela nafas dan mulai kembali berbicara…
“Baiklah jika begitu, mungkin anda adalah salah satu orang yang beruntung. Project untuk selebaran itu hanya bisa diikuti oleh orang-orang tertentu dan dengan jumlah terbatas. Saya sudah mengkonfirmasi, dan ternyata masih tersisa 1 kuota untuk bergabung dengan project ini. Anda sangat beruntung tuan.” Darma menjelaskan secara singkat dengan tata bahasa yang sangat baik.
“……….” Rama tercengang.
“Ada apa ini…? Baru saja orang ini terlihat seperti gengster berhati dingin. Tapi tiba-tiba dia menjadi sangat sopan” ujar Rama didalam hatinya.
Rama masih belum bisa mengeluarkan sepatah kata pun untuk menanggapi pernyataan yang diutarakan oleh Darma. Rama masih cukup terkejut dengan perubahan situasi yang begitu mendadak. Rama tidak bisa memikirkan satu pun alasan yang membuat Darma tiba-tiba berperilaku seperti itu. Apalagi kepada orang dengan penampilan seperti Rama.
Ditengah keheningan, Darma melanjutkan pembicaraan…
“Jika memang anda ingin bergabung, mari ikuti saya. Saya akan antarkan anda menuju tempat pendaftaran.” Darma mengajak Rama masuk kedalam gedung.
“Maaf Pak Darma….” Rama berbicara dengan sedikit ragu dan terpatah-patah.
“Apa ada biaya pendaftaran juga pak?” Itulah pertanyaan pertama yang terlintas di pikiran Rama dan diutarakan dengan sedikit ragu kepada Darma.
“Ha ha ha… Apakah anda terlihat ragu-ragu hanya karena biaya pendaftaran Tuan Rama?” Darma tertawa mendengar pertanyaan Rama.
“Tentu saja pak, apa bapak tidak lihat pakaian saya ini? Buat makan saja saya susah pak” Rama menjawab dengan sedikit malu.
“Anda tidak perlu khawatir dengan masalah uang” jawab Darma tegas.
“Mari ikuti saya…” lanjut Darma.
Lagi-lagi Rama terkejut dengan jawaban yang diberikan oleh Darma.
“Pertama, orang ini bersikap tidak bersahabat. Tiba-tiba berubah menjadi sangat sopan setelah ku tunjukkan selebaran yang aku bawa. Kedua, aku bisa masuk ke gedung besar ini, dengan dipandu langsung oleh Pak Darma yang sepertinya bukan security biasa. Ketiga dan yang terpenting adalah tidak ada biaya pendaftaran. Hari gini mana ada yang gratis!!!” Rama berfikir dan mencoba mencerna situasi yang sedang terjadi.
“Entahlah, lebih baik sekarang aku ikuti saja dia dulu” pikir Rama.
Darma masuk kedalam gedung diikuti oleh Rama. Darma memandu Rama dengan sangat sopan dan berjalan perlahan menyusuri lorong gedung. Rama melihat ke kanan dan ke kiri, ke atas dan ke bawah, memperhatikan seluruh sudut gedung itu dengan seksama.
“Ternyata gedung ini jauh lebih luas dan megah dari yang ku pikirkan” pikir Rama dengan penuh kekaguman.
Rama terus mengikuti Darma hingga tiba di suatu lorong yang terdapat banyak sekali pintu. Rama melihat pintu itu satu per satu. Masing-masing pintu memiliki label penanda yang berbeda beda.
“Dasamuka… Anantareja… Dewabrata… Punakawan… Brahma… Nama-nama yang unik, tapi apa artinya ya?” Rama penasaran dengan label penanda pintu yang ia lewati.
Langkah Darma terhenti dan tanpa sengaja menabrak Darma karena dia sedang memperhatikan label-label pintu tadi.
“Tuan Rama, Kita sudah sampai” Ujar Darma.
Rama diam sejenak dan memperhatikan pintu yang berada di depannya. Sebuah pintu besar, walaupun tidak sebesar pintu lain yang telah dia lewati, berwarna putih dengan desain yang minimalis.
“Pintu lain terlihat begitu megah tapi kenapa pintu ini terkesan biasa saja?” Rama sedikit kecewa dengan apa yang dia lihat.
Rama melihat label yang berada di pintu tersebut
[Wanara]
“Wanara…???” Rama merasa heran.
“Aku memang tidak tahu arti kata di label pintu lainnya. Tapi aku tahu kalau ini artinya Kera…!!! Kenapa harus kera..??!!” Rama bingung bercampur kesal. Namun Rama berusaha untuk tidak menunjukkan apa yang dia rasakan didepan Darma.
Dengan hati-hati Rama bertanya kepada Darma untuk memastikan…
“Maaf Pak Darma, Wanara itu apa ya?” Rama bertanya kepada Darma berharap mendapatkan jawaban.
“Staff kami didalam akan menjawab dan menjelaskan seluruh pertanyaan anda. Silahkan masuk tuan” jawab Darma.
“Kenapa tidak langsung dia jawab saja…?!” Rama bertambah kesal dengan jawaban yang diberikan oleh Darma.
Dengan penuh rasa penasaran didalam hatinya, Rama membuka pintu tersebut dan melangkah kedalam ruangan.
“Selamat Datang….”
Empat orang wanita berbaju seragam dengan riasan yang cantik berbaris berjajar di sepanjang jalan seakan sedang menyambut tamu kehormatan yang telah lama dinantikan. Rama pun terkejut dan tertegun dengan apa yang dia lihat. Rama berdiri mematung dengan mulut menganga.
“………….”
***
-----------------------------------------------
Wanara dalam bahasa sanksakerta berarti “Manusia Berekor Monyet”. Istilah ini sangat terkenal untuk merujuk kepada ras manusia kera dalam wiracarita Ramayana yang memiliki sifat gagah berani dan selalu ingin tahu. Istilah Wanara juga bisa merupakan kependekan dari "Wana-nara" dimana nara berarti manusia dan wana artinya yang hidup dihutan sehingga wanara bisa juga diartikan sebagai manusia yang hidup dihutan.
-----------------------------------------------
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
azra
jd inget ciung wanara
2022-01-11
1
Nikodemus Yudho Sulistyo
lnjut..
Pendekar Topeng Seribu (silat/fiksi sejarah nusantara) mampir. semangat berkarya.
2021-11-29
1