"Wanita ... Memang suka sekali berhitung ya?" batin Akira sembari tersenyum kaku, namun tetap memperlihatkan wajah dinginnya.
Segera Akira melihat saku penyimpanannya dan menemukan 15 keping Diamond disana, dia segera menyodorkan mata uang tersebut pada Lin. Lin terheran melihat diamond tersebut, dia bingung darimana Akira mendapatkan uang itu.
"Darimana dapat?!" Tanya Lin dengan penuh selidik.
Akira tertegun sejenak mendengar pertanyaan tersebut, dia segera mencari alasan yang masuk akal. Karena tidak mungkin dia mengatakan bahwa itu adalah Diamond sisa dia Top up terakhir kali.
"Anak kecil bisa mendapatkan uang hanya dengan tersenyum!" Jawab Akira sembari mengalihkan pandangannya dan menopang dagu.
"Akira bisa tersenyum?" Tanya Lin sedikit tidak percaya.
Sebenarnya Akira sedikit kesal, dia hanya menggembungkan pipinya tanpa menatap lawan bicaranya. Sedangkan Lin hanya tertawa kecil menanggapi tingkah Akira. Dia segera mengambil buku menu di depannya dan memilih menu yang sesuai dengan uang yang mereka punya. Namun belum sempat Lin memesan, suara kegaduhan terdengar dari luar dan membuat semua orang menoleh keluar.
'BRAAK'
Seorang lelaki tua terpental masuk kedalam rumah makan, membuat semua pelanggan terkejut bahkan sampai meninggalkan tempat duduknya. Segera setelah seseorang menolong pria tua tersebut, segerombolan pemuda masuk dengan sombongnya. Semua orang berbisik sembari menghindari orang-orang tersebut.
"Hoee!! Berikan anggur terbaik untuk kami!!" Teriak salah satu dari mereka.
Pelayan segera memberikan pelayanan pada gerombolan preman tersebut dengan rasa takut.
"Kenapa mereka datang lagi sih?"
"Ssstt... pelankan suara mu! nanti mereka dengar"
"Mereka itu kalau tidak salah Level tertinggi di Kota ini kan?"
"Benar ... itu mereka, Leonil itu anak walikota kan?"
"Kenapa mereka berdiam diri disaat seperti ini?!"
Akira tidak sengaja mendengar ucapan pelanggan lain yang merundung preman-preman tersebut. Dia pun menatap kearah Lin dan melihat raut tidak nyaman padanya, seolah mengajaknya untuk pergi. Akira pun berniat segera membawa Lin keluar dari sana, namun belum sempat berdiri salah satu dari mereka menghampiri meja Akira.
"Yo.. apa ini? orang baru?" Pinta salah seorang Leonil berambut cokelat sambil merangkul Akira. "Bos... kota kita kedatangan tamu!" Teriaknya sambil menoleh ke arah pria yang tengah minum anggur.
Leonil berambut perak yang tengah menikmati anggur itupun segera menanggapi ucapan bawahannya. Dia segera beranjak menghampiri mereka, namun dia langsung berlutut dihadapan Lin sambil menggodanya.
"Oh Nona Elf yang suci... Selamat datang di Kota kami yang buruk rupa ini! Maaf atas sambutan yang mengerikan dari sampah-sampah itu." pinta Leonil tersebut sembari mengecup punggung tangan Lin.
Lin hanya bergidik dan sedikit menarik tangannya dari genggaman pria itu. Sementara Akira hanya diam memperhatikan, baginya selama tidak menggangu ketenangannya tidak masalah.
"Perkenalkan Nama saya Zion Altera, saya adalah putra walikota di Kota hijau ini" ucap Leonil berambut perak tersebut dengan sopan.
"Ah ... ya, salam kenal!" pinta Lin sedikit takut dan menghindar.
Sekilas Zion melirik ke arah Akira dengan tatapan tidak suka, seolah mengatakan beraninya manusia duduk sejajar dengan Elf yang dianggap suci oleh orang-orang di Kota tersebut. Akira sedikit memahami tatapan itu namun dia memilih untuk diam, dia fokus dengan buku didepannya berharap dia mengerti abjad-abjad dari dunia barunya itu.
"Dan kau manusia!! Beraninya mahluk rendahan sepertimu duduk berdampingan dengan Nona Lin!" tegas Zion sembari menunjuk Akira.
Spontan Akira menatap datar Zion yang sedang memakainya, bukan karena tidak peduli namun karena tidak paham. Akira masih bingung dengan konsep dunia ini, perbedaan ras dan kepercayaan ternyata berpengaruh besar. Sementara itu Lin segera menghentikan sikap Zion yang menurutnya keterlaluan. Lin berdiri dan menghadang pandangan Zion dengan tubuhnya.
"Cukup sampai disitu! jangan ganggu Akira!" pinta Lin dengan tegas.
Zion terkejut karena pembelaan Lin pada Akira, tapi justru Akira tampak tidak peduli dengan kerendahan hati Lin. Itu membuat Zion murka, dia seperti melihat Dewi-nya direndahkan.
"Nona Lin... untuk apa Anda membela manusia ini?! Dia bahkan tidak menghargai Anda!" Tukas Zion dengan marah, dia segera mendorong pelan Lin dan mencengkeram kerah Akira.
"Ternyata begitu... Westeros adalah kota yang menjunjung tinggi keberadaan Elf sebagai Dewi. Ini mirip dengan alur cerita di Dark Light, perbedaannya adalah pada misi yang kami terima." Batin Akira, dia masih diam dengan perlakuan Zion.
Sikap Akira semakin membuat Zion geram, dia pun mengeluarkan aura intimidasi untuk menakuti Akira.
'Deg!'
Sekilas Akira merasa terancam dengan aura milik Zion, namun sikapnya tetap tidak berubah. Sementara Zion merasa dia sudah menang dari Akira dan berhasil membuatnya bertekuk lutut. Orang-orang disekitarnya juga ketakutan saat Zion mengeluarkan aura gilanya itu, termasuk Lin yang mulai menjauh dari Zion.
"Brak!"
"Aaa ada yang bertengkar!!" seorang gadis kelinci berlari ketakutan.
Dari sana mulai terjadi keributan-keributan lainnya, orang-orang mulai berhamburan keluar dari rumah makan tersebut. Kecuali Lin dan para preman tadi, mereka panik bukan main.
"Hei lepaskan Akira!!" Tegas Lin sambil berusaha melepaskan cengkraman Zion.
Karena geram Zion menepis tangan Lin dan mendorongnya menjauh, Anak buahnya segera menahan tubuh Lin supaya tidak menggangu Bosnya untuk menghajar Akira.
"Tenanglah Dewi... manusia yang tidak tau sopan santun sepertinya harus diberikan pelajaran!" Pinta salah satu Leonil tersebut sambil menahan tubuh Lin.
"Lepaskan aku!! Hei jangan sentuh Akira ka-.." Ucapan Lin terpotong saat merasakan hawa gelap dari tubuh Akira.
Sesaat setelah melihat Zion dan teman-temannya memperlakukan Lin, dia tampak marah dan memancarkan aura gelap. Walaupun tidak bisa dirasakan oleh orang lain, Lin mengetahui hal tersebut. Perasaan yang sama seperti 200 tahun lalu, di tengah peperangan Bangsa Elf dan Bangsa Iblis. Lin semakin ketakutan dan menjauh, namun karena Akira salah memahami tingkah Lin dia semakin marah.
"Lepaskan!" ucap Akira pelan.
"Hah?" Zion dan teman-temannya tidak begitu mendengar ucapan Akira karena hiruk-pikuk di tempat itu.
Namun sesaat kemudian sebuah lingkaran sihir berwarna hitam muncul dari bawah Zion dan Akira. Lingkaran sihir itu semakin melebar sampai keduanya berada di dalamnya. Zion sedikit ketakutan dan segera melepaskan Akira lalu melangkah mundur dengan cepat.
"Haaa... Apa ini?" ucap Zion ketakutan.
Setelah Zion menjauh dari lingkaran sihir tersebut, sesuatu mulai keluar dari lingkaran sihir itu. Sebuah tongkat sihirnya berukiran Naga hitam dengan ukuran 130cm, Akira segera menggenggam tongkat tersebut dan mengayunkannya. Bersamaan dengan ayunan tongkat sihir itu, lingkaran sihir yang berada dibawah kaki Akira beralih kebawah kaki Zion. Zion kembali terkejut dan berniat untuk menghindar lagi, namun Akira segera mengangkat tongkatnya. Dari lingkaran sihir tersebut muncul beberapa rantai dan segera mengikat tubuh Zion.
"Boss!!" Teriak bawahannya.
"A-apa-apaan anak itu? Dia tidak merapatkan mantra sama sekali!" ucap bawahannya lagi yang terkejut juga takut.
Mereka segera melepaskan Lin lalu kabur meninggalkan mereka bertiga.
"Aaa monster.."
"Jangan bunuh aku!!"
Melihat teman-temannya yang kabur Zion merasa terancam, dia tau bahwa orang yang ada didepannya bukanlah orang yang pantas untuk diusik.
"Lepaskan... Maafkan aku!! aku tidak akan menggangu kalian lagi!" Ucap Zion sembari memohon.
"Huh... maaf?" Pinta Akira dengan nada pelan.
Lin yang awalnya ketakutan, segera tersadar saat mendengar suara Akira yang penuh kemarahan. Dia harus segera menghentikan tingkah Akira sebelum hal buruk terjadi.
"A-Akira!! berhenti... lepaskan dia!" Ucap Lin dengan lantang.
Akira segera membatalkan sihirnya dan menjatuhkan Zion, tanpa sepatah katapun dia keluar dari rumah makan tersebut.
"Uhuk.. uhuk .." Zion masih merasa ketakutan namun juga malu karena dilihat oleh warga desa.
Lin berniat menghampiri Zion namun saat ini Akira sedang kesal, jadi dia harus menenangkan bayinya terlebih dahulu. Segera dia menghampiri Akira dan berniat memegang tangannya. Baru saja di pegang oleh Lin, Akira segera menepis tangannya dan mendorong Lin menjauh darinya. Lin terkejut, saat itu di pikirannya hanya berisi Apakah Akira membencinya? Namun sesaat kemudian sebuah sihir es menerjang diantara mereka berdua.
'Zraashh!!'
'Duaar!'
"Aaaa..."
Seketika semua orang berhamburan untuk menghindar, namun dari sisi lain seorang pria Leonil paruh baya berlari dengan 3 pemuda bawahan Zion. Pria itu terkejut dengan sihir es milik anaknya yang membuat seorang gadis tampak ketakutan serta anak manusia yang merasa terancam. Lain sisi Zion tersenyum sinis melihat reaksi Akira, kali ini dia merasa bahwa dia akan menang.
"Apa ini? Zion hentikan!!" Perintah ayahnya.
"O neró pou katoikeí sta pódia mou, síkose kai págose me tin ádeiá mou. Ftiáxte ton eaftó sas éna spathí pou chorízei ton okeanó,..."
(Wahai air yang berdiam di kakiku, bangkit dan bekukan dengan izinku. Jadikan dirimu pedang yang membelah lautan,...)
"Zion... hentikan!!"
Tanpa menggubris perintah ayahnya, Zion terus merapalkan mantranya dengan tatapan benci pada Akira. Sementara Akira yang semakin marah segera melancarkan serangan, dibuatnya sebuah lingkaran sihir berwarna hitam didepan tongkat sihirnya tanpa merapalkan mantra. Semua orang yang ada disana terkejut karena hal diluar nalar itu.
"chorévontas... A-apa!!" Zion terkejut dan berhenti merapalkan mantranya.
Hal itu membuat lingkaran sihir yang berada di bawah kakinya menghilang. Tidak lama kemudian muncul lingkaran sihir baru berwarna hitam dibawahnya bersamaan dengan rantai yang mengikat tubuh Zion. Setelah itu barulah muncul sebuah garis berwarna hitam di sekeliling Zion membentuk sebuah kubus seukuran manusia.
"Hell Prison!!" Ucap Akira sesaat setelah sihirnya selesai terbentuk dalam waktu 5 detik.
"A-apa ini? Hei lepaskan aku sialan!!" Bentak Zion kemudian memberontak.
Namun semakin dia memberontak, rantai itu semakin erat mengikatnya. Sang ayah yang melihat anaknya tersiksa merasa tidak tega, dia segera menghampiri Akira dan berlutut di hadapannya.
"Tuan... mohon berikan ampunan untuk putra saya! Saya mohon!!" pinta laki-laki itu sambil bersujud.
"Ayah bodoh! Dia hanya manusia!! AAARRGGGHH!!" Bentak Zion pada ayahnya dan itu membuat Akira kesal hingga mempererat rantainya lebih cepat dari sebelumnya.
"Saya mohon Tuan!!" pinta ayah Zion sambil menangis.
Akira menoleh menatap pria paruh baya didepannya, pria itu memelas sambil menangis memohon agar anak semata wayangnya dilepaskan. Namun respon Akira sedikit berbeda, dia terbelalak melihat pemandangan didepannya. Sesaat dia seperti menatap ribuan orang yang memohon hidup padanya, orang-orang yang bersimbah darah ingin menggapainya. Tangan-tangan kotor berlumuran darah memegang jubah hitamnya, memohon sebuah kehidupan.
"Huh?" Batin Akira sedikit tertegun dengan ingatan sedetik nya.
"Saya mohon Tuan!" Sementara pria itu terus memelas.
Lin melihat kejanggalan dari sikap Akira, dia pun terbangun dari lamunannya. Segera Lin meminta untuk melepaskan Zion, namun belum sempat berbicara sihir Akira melemah dengan sendirinya.
"Akira?" Pinta Lin sembari menatap heran temannya.
Wajah Akira tampak sedikit pucat, sambil memegang keningnya dia menghancurkan Hell Prison yang hampir membunuh Zion.
"Sudah... pergi sana! Lin ayo kita lanjutkan perjalanan kita!" pinta Akira seraya berbalik.
Sesaat Lin memperhatikan Zion yang terkulai dan di tolong anak buahnya, tapi hatinya sekarang sudah tidak peduli lagi. Lin segera meninggalkan mereka dan menghampiri Akira yang sudah berjalan meninggalkan kerumunan. Sedangkan Walikota Westeros masih sujud bangun sambil berterimakasih.
"Sial... Awas saja kau bocah!!" Batin Zion sambil menatap Akira dengan kesal.
"Akira kau tidak apa-apa kan?" tanya Lin khawatir.
Akira masih melamun memikirkan ingatan sesaat tersebut, tapi segera tersadar saat Lin memanggilnya lagi.
"Aakiraa!!" panggil Lin sedikit berteriak.
"Ah..." Akira terkejut lalu menoleh. "A-Aku tidak apa-apa!" jawab Akira sedikit gugup karena terkejut.
"Aku baru tau kau ternyata tipe sihir!?" Ucap Lin.
"Ah benar juga... Ini," Pinta Akira sambil menatap tongkat di tangannya.
"Lalu kau ingat namanya?" Tanya Lin lagi.
"Ingat... sangat ingat! Hunian Naga Merah, Tiniyn!" jawab Akira sambil tersenyum. "Yaah... Ini atribut pertama ku saat di Dark Light sih, bahkan sampai level 68 aku masih pakai ini... Aku ingat Aoi menertawakan ku gara-gara tidak tau cara mengganti atribut" batin Akira sembari tersenyum.
Lin menatap Akira dengan tatapan bingung, dia juga ingin tau apa yang sedang dipikirkan Akira saat ini.
(Gambaran dari Hunian Naga Merah Tiniyn)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments
ᴄᴎ͜͡ᵲ᭄ Azuma keiko
ko si Lin kaya serakah yah🗿
2022-12-21
1
Shuuha
itu jika dunianya dalam bentuk sistem... tapi ini real time
2022-12-13
0
Sapta Bisa
bukannya seharusnya dia punya uang di inventorinya
2022-12-13
1