"Tulisan macam apa inii... kenapa seperti coretan anak TK semuaa!!" Batin Akira tertekan saat melihat kertas formulir tersebut.
Sementara itu, Lin fokus mengisi data dirinya di atas kertas tersebut sambil tersenyum senang. Akira melirik Lin sekilas dan menggeser kertasnya ke arah Lin perlahan. Merasa ada yang menyentuh lengannya, dia segera menoleh ke arah Akira dan melihat kertas tersebut. Anak 18 tahun itu hanya diam sambil mengalihkan pandangannya dari orang sebelahnya, sementara itu Lin hanya tersenyum melihat kelakuan Akira. Dia segera mengambil kertas milik Akira dan mengisinya.
"Nah sekarang minta tanda tangan mu!" ucap Lin sembari menarik tangan Akira
Akira hanya diam dan membiarkan jari telunjuknya terluka sampai meneteskan darah di kertas miliknya. Setelah itu Lin beranjak dari duduknya dan menyerahkan formulir tersebut pada Rafelia selaku administrator. Rafelia pun membaca isi formulir tersebut dan sedikit terkejut saat melihat Ras milik Akira. Belum selesai terkejut, Lin sudah mengisyaratkan kepada Rafelia untuk diam dan memohon untuk diterima. Rafelia hanya menghela nafas dan merubah Ras milik Akira menjadi Ras manusia, lalu tersenyum pada Lin sambil mengangkat jempol tangannya. Lin terlihat senang dengan itu lalu berterimakasih pada Rafelia. Sementara itu, Akira justru hanya bermain-main dengan Beast milik petualang lain yang baru kembali, benar-benar mirip anak kecil. Mungkin itulah yang membuatnya percaya bahwa Akira tidak akan berbahaya.
"Baiklah... Nona Lin dan Tuan Akira... silahkan ikuti saya untuk mengetes level sihir kalian." Pinta Rafelia.
Akira segera melepaskan Beast yang dia gendong tadi lalu berjalan mengikuti Lin dan Rafelia. Disaat itulah semua petualang yang ada disana berkumpul untuk menyaksikan anggota baru tersebut. Sambil berpesta mereka bersorak pada dua orang itu.
"Ayo tunjukkan kehebatan kalian!"
"Hohoho... Kita ada junior baru lagii!"
"Semangaaaaaattt...."
Sorak mereka dengan riang. Sementara Lin dan Akira berjalan menuju sebuah altar berukuran 4 x 4 metra, di tengahnya terdapat tiba-tiba muncul sebuah bola kristal saat mereka menginjak altar. Tepat saat mereka mendekati bola tersebut, sebuah hologram yang menampilkan sosok pria tua berambut panjang dan berjenggot panjang berwarna putih. Konon dia adalah master pertama di Guild tersebut.
""Hohoho.... selamat datang wahai para petualang ku! Semoga Tuhan memberkati kalian!!"" ucap sosok hologram tersebut.
"Lumayan mirip... sama seperti dulu, sambutan yang menyeramkan" batin Akira sembari tersenyum tipis.
Setelah mengucapkan kata-kata tersebut sosok itu menghilang, Rafelia kembali memberikan instruksi pada Lin dan Akira sebagai calon petualang baru.
"Nona Lin Anda lebih dulu, silahkan letakkan tangan Anda di bola kristal ini untuk mengukur tingkat level Anda" jelas Rafelia.
"Aah aku jadi gugup..." gumam Lin sambil lebih mendekat ke arah bola kristal.
"Semangaat" ucap Akira pelan sambil bertepuk tangan.
Lin pun meletakkan tangan kanannya di bola kristal tersebut. Perlahan kristal tersebut bercahaya mulai dari berwarna putih dan menjadi hijau muda, lalu berubah lagi menjadi warna kuning muda. Warna itu berhenti disana dan lalu dari bawah kaki Lin muncul sulur tanaman dan bunga-bunganya bermekaran. Semua orang kagum dengan pemandangan tersebut termasuk Akira itu sendiri, jarang sekali seorang Elf memilih untuk berperan sebagai healer.
"Wawh ku kira dia pemanah..."
"Healer dengan level 45? hebatnya..."
"Menakjubkan... bunganya cantik sekali!"
Rafelia segera mengumumkan hasil tes tersebut pada Lin juga pada semuanya.
"Humm Level 45 ya, type healing plant. Ini cukup langka Nona... Selanjutnya Tuan Akira, giliran Anda!" pinta Rafelia.
"45 ya... harus lebih semangat!!" ucap Lin sambil berjalan mundur dan mempersilahkan Akira.
"Terakhir level ku menjadi tanda tanya, itu... berapa ya?" batin Akira lalu menyentuh bola kristal tersebut.
"Ayo nak!! tunjukkan kehebatan mu!!"
"Jangan mau kalaahh!!"
Akira menarik nafasnya perlahan dan mencoba untuk fokus mengonsentrasikan pikirannya. Bola kristal itupun kembali bercahaya mulai dari warna putih lalu menjadi hijau dan menguning seperti sebelumnya. Namun tidak berhenti sampai disana warna kuning itu berubah menjadi jingga dan memerah gelap, gelap sampai menjadi warna hitam pekat. Terus semakin pekat sampai tidak tersisa cahayanya. Semua orang takut juga takjub melihat hal tersebut, sementara Akira justru ketakutan dengan apa yang dia lihat. Dia ingin segera menarik tangannya dari bola itu namun seperti ditahan oleh sesuatu.
"H-Hoe... Hoee... I-Ini t-tidak bisa dilepaskan!!" batin Akira panik.
Warna hitamnya semakin legam seolah penuh dengan kebencian namun juga penuh harapan. Terus semakin gelap dan menakutkan lalu ...
'Praannkk!!'
Bola kristal tersebut hancur berkeping-keping membuat semuanya kaget.
Takut dimarahi oleh yang lainnya, Akira diam mematung sambil melirik sekitarnya. Namun semua orang masih ikut terdiam karena terkejut juga dengan pemandangan barusan. Sesaat Rafelia pun tersadar lalu mengumumkan hasil tes Akira.
"Ekhem... Dikarenakan bola kristalnya tidak mampu menahan beban sihir atau mungkin sudah terlalu tua, karena kristal ini sudah berusia lebih dari 1000 tahun. Saya tidak bisa mengumumkan secara rinci tingkat dan kelas milik Tuan Akira. Sekian!" jelas Rafelia yang membuat petualang lain sedikit kecewa.
Sementara itu, Akira hanya tersenyum datar dan perlahan turun dari altar. Walaupun demikian banyak yang menyambut mereka dengan senang lalu merayakan kedatangan mereka sambil berpesta. Akira tampak menikmati suasana tersebut, semua orang yang ada disana merangkulnya dan menganggapnya ada. Bahkan dia belum melakukan apapun saat ini.
"Ini... indah!!" Batin Akira sambil tersenyum.
......................
Keesokan harinya Lin sudah berada di depan meja administrasi untuk bersiap mengambil misi, sementara Akira masih tidur pulas di meja sambil memeluk Beast milik petualang lain. Mereka terlihat cukup akrab padahal baru bertemu kemarin. Sedangkan sang pemilik hanya terheran-heran dengan kelakuan dua mahluk tersebut.
"Bagaimana... Apa ada yang cocok untuk kami?" tanya Lin
"Humm kalian berdua itu tim pemula, jadii kurasa sebagai permulaan kalian ku sarankan misi yang sederhana saja!" ucap Rafelia sambil menunjukkan selebaran pada Lin.
Di kertas tersebut tertulis bahwa sebuah kota Hijau Westeros tengah dilanda ketakutan akan munculnya Mahluk pemakan manusia dari hutan Tera. Banyak petualang dan pemburu menghilang saat menjalankan misi. Setelah membaca tulisan tersebut, Lin menatap datar Rafelia yang tengah tersenyum.
"Sederhana?" Tanya Lin dengan nada datar.
"Itu yang paling sederhana... masalahnya tidak ada yang mau mengambil misi itu" ucap Rafelia sambil tersenyum. "Akan kami naikkan bayarannya 2x lipat!" tambah Rafelia sambil menunjukkan 2 jari pada Lin.
"Setuju!!" Jawab Lin dengan antusias.
Mereka pun berjabat tangan dengan tatapan antusias, sementara Akira yang baru bangun dan melihat mereka bercengkrama tidak tau apapun yang terjadi. Lin segera mendekati Akira setelah menandatangani misi tersebut.
"Akiraa ayo berangkat!!" ucap Lin dengan penuh semangat sambil menyeret tubuh Akira.
"Kopiiii" gerutu Akira yang masih mengantuk dan pasrah.
Mereka pun memutuskan untuk segera menyelesaikan misi tersebut. Pagi itu dengan menaiki kereta kuda, dua petualang baru tersebut pergi ke Kota Westeros. Kota hijau yang biasa disebut sebagai jantung dunia, meskipun Calestial City adalah kota pusat dunia. Namun jantung dunia berada di Westeros, hampir 97% kota tersebut terbuat dari tumbuhan dan pepohonan, rumah-rumah disana juga terbuat dari material organik, jarang sihir api ditemui di kota ini.
Dua hari perjalanan mereka akhirnya sampai di Kota tersebut dengan selamat tanpa halangan apapun. Kota yang katanya tengah terancam itu sama sekali tidak seperti yang dibayangkan, kehidupan mereka masih damai dan tentram. Akira dan Lin pun singgah sebentar di rumah makan untuk mengisi perut sebelum menjalankan misi sederhananya itu. Terlebih lagi Akira masih terlihat lesu gara-gara tidak minum kopi di hari pertamanya.
"Aahh ... lapaar" Gerutu Lin sambil mendudukkan tubuhnya di kursi.
Sementara itu Akira masih berpura-pura tenang untuk menutupi rasa laparnya, walaupun perutnya sama sekali tidak bisa diajak kompromi. Lin sendiri segera mengambil buku menu dan melihat daftar makanan yang telah disediakan. Namun setelah membacanya beberapa saat raut wajah Lin menjadi lesu dan pundung.
"Ada apa Lin?" tanya Akira.
Tanpa menjawab, Lin menunjukkan daftar menu dan meletakkan kepalanya ke meja. Walaupun tidak paham dengan tulisan di buku tersebut, tapi dia paham dengan raut wajah Lin. Harga makanan di tempat makan tersebut cukup mahal, selain itu wanita adalah makhluk yang sangat perhitungan dalam bentuk apapun.
"Perhitungan mode on!!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments
@Kristin
Udah favorit ya Thor 🥰
2022-12-08
1
VizcaVida
Semangat Author👏
2022-10-12
1
Lamy
fuufuufuu.. aku mencium bau beastiality
2021-12-14
1