Suasana makan malam terasa dingin, Raniyah juga banyak diam. Kak Radit, anak kedua di keluarga Pak Ansori merasa keheranan. Dia mencukil nasi yang disajikan di meja makan. Memang dia saat acara lamaran tidak ada di rumah, dia kebetulan sedang di rumah mertuanya dan baru kembali selepas magrib.
" Ekhem.. Gimana de tadi lamarannya?" Sapa Kak Radit.
"Alhamdulillah, " Jawab Raniyah pelan dengan mata tertuju ke piring dengan tangan mengaduk-aduknya.
"Wah, berarti bakal ada hajatan lagi nih!" Seru Kak Radit sambil tertawa lebar.
Tidak lama istrinya Kak Radit mencubit pinganggnya, sontak Kak Radit langsung memberikan kode dengan alisnya. Isterinya Kak Radit menyimpan satu tangannya dimulut membuat kak Radit terdiam. Barulah dia paham ada yang tidak beres disana.
"Jadi, apa keputusan dari lamaran tadi?" Kata Kak Radit penasaran untuk memecahkan keheningan di ruang makan itu
"Bapak gak nolak lamaran, cuman suruh nunggu aja sampai Haya Nikah! Atau kalau dia ngebet nikah ya nikahin aja Haya." Tutur Ibunya.
" loh kok gitu bu!" Protes Kak Radit keheranan.
" Iya memang kenapa? Ibu gak mau keluarga kita kena bala karena kebiasaan anaknya yang nikah melangkahi!" Sahut ibu.
"Bu, Pernikahan Radit hancur kawin cerai bukan karena masalah melangkahi kak Fraz! Tapi memang takdir dari Allah Bu. Lihat anak bibi apa mereka cerai karena melangkahi kakaknya? tidak bu!" Protes Kak Radit.
"RADITT!!" Suara keras Kak Fraz mengelegar.
" Kenapa kak?" Kini Radit beralih menatap kakaknya yang duduk dikursi dekat Pak Ansori.
"Jangan naikkan suaramu dihadapan ibumu!!" Tegur Kak Fraz.
Dengan wajah masih marah, Kak Radit terdiam, tapi hatinya masih mengerutu. Suasana makan berlangsung benar-benar dalam keheningan. Sampai Kak Radit menyudahi makanannya dengan cepat dan langsung berdiri. Namun sebelum pergi dia berbicara.
"Bu, Bapak, pernikahan itu seperti kematian, tidak perlu sesuai urutan kelahiran. " Ujar Kak Radit langsung berjalan pergi menuju kamarnya.
Pak Ansori dan isterinya hanya saling berpandangan tidak membalaa perkataan Kak Radit. Semuanya langsung membubarkan diri, Raniyah memilih mencuci piring. Saat itu, kak Fraz langsung menghampiri sambil menyimpan piring kotor dan gelas.
" Kamu PNS, masih muda juga Ran. Gak perlu takut gak laku, nunggu Haya nikah sampe umur berapapun kamu bakal tetep banyak yang mau!" Tutur kak Fraz.
Raniya tidak membalas perkataan kakak pertamanya itu, dia memilih diam dan terus mencuci piring kotor lalu menyimpannya di rak piring. Kak Fraz pun berlalu, perlahan dipelupuk matanya meluncur buliran air mata. Dalam hati dia menolak perkataan kakak laki-lakinya.
Bukan masalah tidak laku yang menjadi pertimbangan, mungkin baginya mudah mendapatkan pasangannya lagi kelak, tapi akankah ada yang benar-benar tulus mencintainya seperti Ahsan.
Setelah selesai, Raniyah langsung masuk ke dalam kamar. Beberapa kali dia menghapus air matanya. Tapi tidak lama kemudian dia terhenti karena ada telpon masuk dari Ahsan.
"Belum tidur?" Sapa Ahsan diujung telpon.
" Belum, sebentar lagi."
" Kamu habis nangis ya? Rupanya Ahsan bisa mengetahui Raniyah yang habis menanggis dari hanya mendengar suaranya.
"emm. Rani takut kita gak nikah!"
"Sudah, kita berdoa saja semoga Allah menjaga hati kita dan menjodohkan kita!"
"Aamiin,"
"Udah dong jangan sedih lagi, kita kan masih boleh tunangan kata Bapak, hayo kamu mau kapan kita tunangan?" Seru Ahsan cukup membuat Raniya bersemu dan sedikit tersungging.
#Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Tutun Imam
kot amat orang tuanya
2022-01-31
0
sang author
up
2021-07-05
0