Garis Adat Pernikahan
Sebuah motor terparkir disamping rumah sederhana bercat warna marun. Tidak ada perayaan yang mewah, karena hanya pertemuan dua keluarga saja. Suasana didalam sana masih hening.
Mereka baru saja tiba di rumah tersebut. Tampaknya pemilik rumah juga sedang berkumpul keluarganya. Ada dua anak gadis dan tiga anak lelaki dirumah tersebut. Ayah si wanita sudah cukup berumur terlihat dari ubannya yang mulai bermunculan.
Lelaki berpakaian koko dengan celana panjang itu duduk dikursi berhadapan dengan ayah dari si wanita yang sudah sedikit beruban. Dengan sopannya lelaki itu membuka suaranya.
" Kedatangan saya kemari untuk melamar anak bapak! "
" Nak, bapak tidak menolak lamaranmu. Jika kamu ingin menikah cepat, silahkan menikah dengan kakaknya, tapi jika bisa menunggu silahkan kalian tunangan saja dulu, " ucap lelaki yangs edikit berubah dengan pakaian batik itu.
Lelaki itu tampak menatap tidak percaya dnegan ucapan ayah dari si wanita. Sementara si gadis yang hendak dilamar tampak semakin tertunduk, dia terlihat sedih dengan perkataan tersebut.
"Mohon maaf pak, kenapa bapak mengajukan pilihan tersebut?"
" Begini nak Ahsan. Anak gadis bapak ada dua, kakaknya Raniyah belum menikah. Kan tidak baik si bungsu ini melangkahi kakak perempuannya. Banyak kejadian yang menikah melangkahi kakaknya pernikahannya tidak baik" Tutur ayah wanita yang dipanggil Raniyah
Terdiamlah semua yang ada diruangan tersebut. Ahsan yang hendak melamar Raniyah hanya bisa tertunduk, rupanya hanya masalah melangkahi yang menyebabkan dirinya harus menunda keinginan untuk menikah.
Padahal dalam hati Ahsan sangat ingin segera melangsungkan pernikahannya. Raniyah adalah wanita yang dulu di idam-idamkannya menjadi isteri dan ibu dari anak-anaknya kelak.
Sedangkan sekarang dia harus menilih kakaknya, sama sekali Ahsan tidak mengenal kakaknya, dari segi umur juga kakaknya Raniyah 5 tahun diatas umurnya. Belum terpikirkan sama sekali untuk menikah dengan wanita yang tidak dikenalinya.
" Bagaimana nak Ahsan?" Tanya ayahnya Raniyah.
" Kami perlu mempertimbangkannya dulu pak Ansori," Kata ayahnya Ahsan yang langsung buka suara begitu melihat anaknya mulai diam seribu bahasa karena kecewa.
"Ya, Pak Karim. Saya bisa mengerti itu. Mau bagaimana lagi, adat di kita memang begitu." Jawab pak Ansori ayahnya Raniyah.
Terdengar Raniyah. sedikit terisak, pak Ansori menyuruh isterinya untuk membawa Raniyah ke belakang. Sambil dituntun, Raniyah dibawa ke kamarnya. Dia memang sudah bisa menerka akan seperti itu kejadiannya. Karena ketika dia menyampaikan akan ada yang melamarnya melalui telpon, ayahnya sudah menolak dia untuk menikah melangkahi kakaknya.
Sampailah Raniyah dikamar, dirinya mulai terisak hebat. Ibunya menenangkan anak bungsu ity, tidak lama masuk kakak perempuannya dan duduk di tepi ranjang.
" Loh bu, kenapa bapak bilang gitu. Mana mau lah Haya nikah sama berondong. Temennya Raniyah kan dibawah Haya umurnya!" Ucap Haya kakak perempuannya Raniyah.
" Hus! Tenangin dulu adikmu!" Kata ibunya.
Haya perlahan mendekati adiknya yang menangis sesegukan diatas bantal. Tangan lembut Haya mengelus punggung adiknya.
" Dek, kakak juga juga gak mau sama Ahsan, bocil gitu. Sebenarnya kakak gak masalah kamu mau nikah duluan juga Dek." Tutur Haya.
" Tapi bapak ngomongnya kayak gitu kak ke Ahsan." Balas Raniyah.
"Kamu kan tau sendiri, bapak udah bilang ditelpon kalau lamaran aja gak apa-apa, kalau nikah ya harus nunggu kakak, kamu ngeyel sih de." Tutur Haya.
" Kak Haya, Iza cinta sama Ahsan." Ucap Raniyah.
" Iya de, gini aja sekarang. Kalau kalian berjodoh pasti akan bersatu kok. Ingat nabi Adam dan siti Hawa saja dipisahkan ratusan tahun oleh Allah akhirnya di pertemukan lagi di Jabal Rahman." Jelas kakaknya berusaha menghibur Raniyah.
Raniyah bangun dan terduduk diatas kasurnya, dia memperhatikan wajah kakaknya yang sudah berusia 29 tahun. Untuk ukuran seusianya dikampung harusnya sudah memiliki dua anak, tapi berbeda dengan kakaknya yang sibuk berkarir, apalagi sekarang dia memegang jabatan sebagai kepala sekolah disekolah swasta.
Bukan tidak ada lelaki yang suka pada Haya, hanya saja Haya memiliki sifat yang dingin dan jutek ke lelaki, membuat para lelaki banyak yang menjauh. Sifatnya sangat berbeda dengan Raniyah yang lebih ramah kepada lelaki. Sehingga banyak lelaki yang naksir ke Raniyah yang merupakan seorang guru PNS di salah satu sekolah negeri.
" Kak Haya!" Sapa Raniyah.
"Iya kenapa dek?" Jawab Haya.
"Kalau Ahsan siap tunangan dulu, kira-kira bakal lama gak nunggu kakak?" Tanya Raniyah menatap bola mata kakaknya.
" Huh!! Kamu doakan saja dek, semoga secepatnya kakak bisa menemukan jodoh kakak!" Jawab Haya sambil menatap potret wisuda Raniyah.
"Bapak mungkin takut kalau Rani nikah duluan, nasib Rani bakal kayak kak Radit yang kawin cerai terus. " Celetuk Raniyah ikut menatap potret keluarga saat dirinya wisuda.
"Mungkin de," Jawab Haya menghela nafasnya.
Tok tok tok
Suara pintu diketuk dari luar, ibu terdengar memanggil Raniyah karena Ahsan dan keluarganya hendak pamit pulang. Raniyah segera bangkit dari kasur dan menghabus air matanya. Dia keluar dengan Haya dibelakangnya. Keluarga Ahsan tampak tidak terlalu bahagia, entah apa yang sudah diputuskan oleh kedua orang tua mereka.
Raniyah pun berjalan mengantarkan keluarga Ahsan sampai pintu pagar. Sebelum pamit Ahsan melirik ke arah Raniyah yang sesekali tertunduk setiap mata keduanya bertemu. Ahsan pun menghampiri Raniyah.
"Insyaalloh kita akan tetap menikah Ra, yang penting kita sabar dulu sekarang!" Ucap Ahsan.
" Iya San." Jawab Raniyah.
"Aku jemput kamu besok!" Kata Ahsan sebelum pamit.
Raniyah pun mengangguk pelan. Ahsan pun pamitan ke orangtua Raniyah dengan sopan. Keluarga Ahsan pun meninggalkan pekarangan rumah Raniyah. Orang rua Raniyah langsung masuk ke dalam rumah, sementara Raniyah masih mematung diluar melihat kepergian keluarga Ahsan yang tidak menampilkan raut kebahagiaan sama sekali.
#Bersambung.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments