ISA 4: Reuni Teman Masa Kecil

Vita Corp berdiri ditengah kota New York yang besar dan metropolis. Sebuah perusahaan besar yang hampir menyamai Leviano Corp. Perusahaan yang bekerja dibidang teknologi dan komunikasi itu adalah perusahaan dengan CEO yang katanya misterius, namun banyak berhubungan dengan banyak perusahaan besar lainnya, karena kepercayaan mereka terhadap prospek Vita Corp dimasa depan.

Disamping perusahaan itu, dibangun sebuah restaurant baru bernama Green Restaurant. Restaurant itu memiliki 2 tingkatan dengan bangunan didominasi kaca tebal sebagai dinding. Di restaurant itu, ada pilihan indoor dan outdoor, tinggal memilih ingin menikmati makanan lezat didalam ruangan nyaman dan tenang atau diluar yang cerah sembari menikmati pemandangan kendaraan yang berlalu lalang.

Sesuai perkataannya menyetujui ajakan Anye, keduanya melangkah memasuki restaurant bergaya modern-sederhana itu dan mendudukkan dirinya disalah satu meja didekat jendela sebelum pelayan datang dengan papan menu. Mengucapkan pesanan mereka selepas membaca menu, pelayan meminta mereka menunggu dan bergerak kebelakang untuk memberitahu pesanan sebelum bergerak kemeja lain.

"Jadi, Reen. Gimana kabar Ai? Sudah lama tidak melihatnya, aku jadi kangen." Kata Anye.

"Baik." Jawab Dareen.

Anye menopang wajahnya dengan satu tangan, "Azra bagaimana?"

Dareen hanya menganggukkan kepalanya, bersamaan dengan pelayan yang datang membawakan makanan pembuka dan minuman dingin. Dareen dan Anye meraih sedotan dan memasukkannya kedalam bibirnya untuk merasa dan menelan cairan manis dan segar dari gelas.

"Kau dan dia," untuk sesaat Anye nampak ragu. Ia mendongak dan menatap Dareen dengan serius. "Mengapa tidak hentikan saja ini, Reen?"

Anye menghela napas dan mengulurkan tangan menyisir surainya kebelakang bersamaan dengan pelayan yang datang membawa makanan utama.

"Kau benar-benar sulit. Tapi, kapanpun kau membutuhkanku, kau tahu kalau sampai kapanpun aku ada untukmu." Kata Anye membuat Dareen tersenyum.

Dareen bergumam samar, "Aku tahu."

Keduanya mulai mencicipi makanan dan menikmatinya dengan senang hati. Restaurant ini memang pantas disebut restaurant dengan menu makanan yang lezat, itu tidak bohong dan memang enak.

"Dareen?"

Panggilan itu membuat Dareen dan Anye bersamaan menoleh. Suara familier dan wajah yang jelas diingatan itu membuat Dareen sedikit terhenyak.

Anye bereaksi lebih cepat, "Siapa? Temanmu, Reen?"

Lyonne Reganzio Maxilium, adalah sahabat masa kecil Dareen. Keduanya dulu sangat dekat sampai keduanya kehilangan kontak ketika Lyonne terpaksa pergi keluar negeri bersama orangtuanya ketika berusia 10 tahun. Pada awalnya mereka masih saling berkirim pesan, sampai Lyonne kehilangan kontak dengan Dareen yang pernah mengganti nomornya karena suatu masalah yang dihadapinya.

"Lyon?" beo Dareen.

Pria bersurai hitam dengan manik kelabu itu tersenyum dan menampilkan dua lesung pipi dikedua pipinya.

"Aku sudah pulang, Reen." Kata Lyonne membuat Dareen tak bisa berkata-kata ketika ia masih dilingkupi keterkejutan.

...***...

Selama beberapa waktu mengobrol, Anye berpamitan lebih dulu ketika mendadak mendapatkan urusan penting. Kini, di restaurant yang hangat dengan suasana yang damai, keduanya duduk berseberangan dan tak bisa tidak mengungkapkan kerinduan yang mereka rasakan. Keduanya sangat dekat dan seperti saudara dulu, selalu melakukan banya hal bersama.

Dan setelah terpisah, bohong jika Dareen ataupun Lyonne tak pernah memikirkan satu sama lain.

"Jadi, kamu sudah menikah?" tanya Lyonne setelah keheningan selama beberapa saat.

Dareen sedikit menundukkan matanya, dengan bibir tipisnya dia menjawan. "Iya, aku sudah menikah."

Bohong jika Lyonne tak sakit hati mendengar ini. Pasalnya, sejak lama ia telah menyukai bahkan mencintai sosok Dareen yang bercahaya dan hangat. Meski entah kenapa, sekarang senyuman dan wajah hangat tak lagi terpancar diwajah cantik wanita yang dicintainya.

Namun karena tuntutan sang ayah yang mengharuskannya pindah keluar negeri membuatnya berjauhan dengan Dareen bahkan harus kehilangan kontak dengan Dareen selama bertahun-tahun lamanya. Dia sangat frustasi.

Dan setelah memegang perusahaannya sendiri, barulah Lyonne kembali ketanah airnya untuk mengurus usahanya dan menemui Dareen. Siapa sangka direstorannya, dia akan bertemu langsung dengan Dareen. Seperti sebuah kebetulan nyata.

Lyonne dengan ragu bertanya, "Apakah ... ada cinta dipernikahan kalian?"

Dareen terdiam.

Cinta?

Dareen bertanya-tanya apa yang dimaksud pernikahan dengan cinta. Pernikahan yang dijalaninya selama sebulan ini tak lebih dari pernikahan kontrak yang akan berakhir setelah 2 tahun. Untuk apa adanya cinta, ketika keduanya memiliki kehidupan pribadi masing-masing? Bahkan Azraell, masih memiliki kekasih, seseorang yang dicintainya.

Pernikahan ini tak lebih dari pernikahan bisnis yang ditujukan untuk membuat kedua orangtua mereka tidak kecewa. Ah, ralat. Mungkin hanya Azraell yang berpikiran begitu. Bagi Dareen sendiri, pernikahan ini hanya sebagai bentuk perisai sekaligus untuk memenuhi harapan putra kecilnya untuk merasakan perasaan memiliki seorang ayah.

Meski itu hanya sesaat.

Lagipula, apa masalahnya dengan pernikahan? Hanya masalah tinggal bersama, Dareen tak peduli dan tak terlalu memikirkannya.

Keduanya hidup seperti teman sekamar, begitu saja.

Bulu matanya bergetar sebelum dia mengangkat pandangan ke Lyonne, "Aku ingin memberitahumu sesuatu. Bisakah, kamu berjanji merahasiakannya?"

Lyonne awalnya kebingungan, sebelum dalam hati benar-benar menyetujui untuk merahasiakan apapun yang akan dikatakan Dareen.

...***...

Angin berhembus semilir. Ketika sore yang cerah memunculkan semburat jingga dilangit barat. Bahkan tak ayal, beberapa bintang terlihat. Dan bintang pertama yang paling terang, terlihat dengan mata telanjang. Daun-daun tak luput berguguran, dan aroma dedaunan layu khas tercium. Tapi, sore itu entah mengapa terasa lebih dingin.

Didalam mobil mewah berwarna hitam yang berhenti diparkiran luar NES, Dareen duduk dibangku penumpang sementara dibangku pengemudi, Lyonne duduk disampingnya. Keduanya beberapa kali mengobrol ringan sembari menunggu kedatangan Aileen.

"Berapa lama kamu akan disini?" tanya Dareen.

"Untuk waktu yang lama. Aku sangat merindukan Manhattan, dan sudah terlalu lama di Amerika. Aku juga masih merindukanmu. Tinggal beberapa minggu saja tak akan cukup." Ucap Lyonne.

Dareen menerbitkan senyuman tipis, "Kamu masih sama."

"Kamu yang berbeda." Ucap Lyonne membuat Dareen terdiam selama beberapa saat sebelum menggeleng.

"Aku tidak berbeda." Katanya.

Lyonne memandang serius Dareen, "Kalau begitu biarkan aku melihat dimana kamu tidak berubah, Reen."

Berpura-pura tak mendengar ucapan Lyonne, Dareen membuka pintu dan memanggil Aileen yang sudah keluar dari NES. "Aileen! Kemarilah, nak "

"Mama!" pekik Aileen saat melihat Dareen.

Melihat seorang anak laki-laki berlari menghampiri Dareen, Lyonne melangkah turun dan dengan ramah tersenyum pada Aileen. Membuat Aileen kebingungan dan bertanya-tanya.

"Halo Aileen," sapa Lyonne.

"Ha-halo," balas Aileen sembari bersembunyi dibelakang Dareen.

Dareen menepuk lembut kepalanya, "Tidak apa, Aileen. Ayo berkenalan dengan paman."

Aileen menurut dan mengulurkan tangannya yang dibalas Lyonne yang berjongkok untuk menyamakan tingginya. "Aileen paman. Paman sendiri siapa?"

Lyonne menjawab dengan senyuman, "Nama paman Lyonne. Aileen bisa panggil, paman Lyon."

Aileen menatap Lyonne dengan tatapan lama Dan tersentak ketika mendengar pertanyaan Aileen. Begitupun dengan Dareen.

"Apa paman papa kandungnya Aileen? Soalnya mama bilang papa itu orang yang punya senyum yang mirip Aileen. Dan mama tidak pernah membawa laki-laki dewasa untuk bertemu Aileen selain papa Azra." Ucap Aileen.

Dareen mengatupkan bibirnya sementara Lyonne yang sadar dari keterkejutannya kembali tersenyum.

"Paman bukan papanya Aileen." Kata Lyonne membuat Aileen menunduk kecewa.

Lyonne mengusap puncak kepala Aileen dan berkata dengan hangat.

"Kalau Aileen mau panggil paman papa juga gak apa lho~ Paman justru senang kalau punya anak lucu dan tampan seperti Aileen." Kata Lyonne membuat Aileen tersenyum cerah.

"Benar?"

Lyonne menganggukkan kepalanya membuat senyuman Aileen makin cerah.

"Papa Lyon!"

Episodes
1 ISA 1: Keluarga Suami
2 ISA 2: Keseharian Di Apartemen
3 ISA 3: Pemimpin Dibalik Layar
4 ISA 4: Reuni Teman Masa Kecil
5 ISA 5: Zona Kehidupan Pribadi
6 ISA 6: Nyanyian Dari Aileen
7 ISA 7: Senyum Dan Kenangan
8 ISA 8: Kunjungan Kakak Sepupu
9 ISA 9: Panggilan Dari Sekolah
10 ISA 10: Perkara Aileen
11 ISA 11: James Julliano Erestio
12 ISA 12: Kisah Masa Kecil
13 ISA 13: Air Mata Dan Janji
14 ISA 14: Sebuah Surat
15 ISA 15: Rasa Penasaran
16 ISA 16: Kekhawatiran Seorang Ibu
17 ISA 17: Kehilangan Kendali
18 ISA 18: Pilihan Untuk Azraell
19 ISA 19: Permintaan Seorang Ibu
20 ISA 20: Mengetahui Kebohongan
21 ISA 21: Takut Dan Kecemasan
22 ISA 22: Amsterdam, Belanda
23 ISA 23: Informasi Dari Chisa
24 ISA 24: Dareen Dan Mike
25 ISA 25: Hanya Mimpi Atau Ingatan?
26 ISA 26: Tolong Jangan Merasa Bersalah
27 ISA 27: Marvolo Reiver
28 ISA 28: Jangan Menilai Dari Penampilan
29 ISA 29: Kecelakaan Kecil Di Perusahaan Marvolo
30 ISA 30: Kesepian Lagi Dan Hukuman
31 ISA 31: Apa Yang Terjadi, Alexa?
32 ISA 32: Tolong Ajari Aku
33 ISA 33: Dia Papa Saya
34 ISA 34: Tentang Marvolo Dan Pulang
35 ISA 35: Seperti Tupai Saat Makan
36 ISA 36: Mimpi Buruk
37 ISA 37: Foto Keluarga Yang Sempurna
38 ISA 38: Ketakutan Dan Perlindungan
39 ISA 39: Bersalah Dan Kecewa
40 ISA 40: Rasa Kesal Dan Kebohongan
41 ISA 41: Alergi Kacang
42 ISA 42: Cemburu?
43 ISA 43: Bertengkar?
44 ISA 44: Siapa Zima?
45 ISA 45: Rasa Puas Dan Bahagia
46 ISA 46: Dibalik Karir Sempurna
47 ISA 47: Memalukan
48 ISA 48: Apakah Dia Benar-Benar Careen?
49 ISA 49: Pamanku Yang Malang
Episodes

Updated 49 Episodes

1
ISA 1: Keluarga Suami
2
ISA 2: Keseharian Di Apartemen
3
ISA 3: Pemimpin Dibalik Layar
4
ISA 4: Reuni Teman Masa Kecil
5
ISA 5: Zona Kehidupan Pribadi
6
ISA 6: Nyanyian Dari Aileen
7
ISA 7: Senyum Dan Kenangan
8
ISA 8: Kunjungan Kakak Sepupu
9
ISA 9: Panggilan Dari Sekolah
10
ISA 10: Perkara Aileen
11
ISA 11: James Julliano Erestio
12
ISA 12: Kisah Masa Kecil
13
ISA 13: Air Mata Dan Janji
14
ISA 14: Sebuah Surat
15
ISA 15: Rasa Penasaran
16
ISA 16: Kekhawatiran Seorang Ibu
17
ISA 17: Kehilangan Kendali
18
ISA 18: Pilihan Untuk Azraell
19
ISA 19: Permintaan Seorang Ibu
20
ISA 20: Mengetahui Kebohongan
21
ISA 21: Takut Dan Kecemasan
22
ISA 22: Amsterdam, Belanda
23
ISA 23: Informasi Dari Chisa
24
ISA 24: Dareen Dan Mike
25
ISA 25: Hanya Mimpi Atau Ingatan?
26
ISA 26: Tolong Jangan Merasa Bersalah
27
ISA 27: Marvolo Reiver
28
ISA 28: Jangan Menilai Dari Penampilan
29
ISA 29: Kecelakaan Kecil Di Perusahaan Marvolo
30
ISA 30: Kesepian Lagi Dan Hukuman
31
ISA 31: Apa Yang Terjadi, Alexa?
32
ISA 32: Tolong Ajari Aku
33
ISA 33: Dia Papa Saya
34
ISA 34: Tentang Marvolo Dan Pulang
35
ISA 35: Seperti Tupai Saat Makan
36
ISA 36: Mimpi Buruk
37
ISA 37: Foto Keluarga Yang Sempurna
38
ISA 38: Ketakutan Dan Perlindungan
39
ISA 39: Bersalah Dan Kecewa
40
ISA 40: Rasa Kesal Dan Kebohongan
41
ISA 41: Alergi Kacang
42
ISA 42: Cemburu?
43
ISA 43: Bertengkar?
44
ISA 44: Siapa Zima?
45
ISA 45: Rasa Puas Dan Bahagia
46
ISA 46: Dibalik Karir Sempurna
47
ISA 47: Memalukan
48
ISA 48: Apakah Dia Benar-Benar Careen?
49
ISA 49: Pamanku Yang Malang

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!