Rudi mendapati dirinya berada di bagian tengah penjara bawah tanah. Tangannya terikat pada sebuah rantai yang mengait di sela-sela besi yang sengaja dibuat di langit-langit ruangan. Dihadapannya Rico duduk di sebuah kursi kayu dengan dua bodyguard di masing-masing sisi.
Bola mata Rudi mengerjap lambat. Tetesan darah dari pelipisnya yang beberapa saat lalu ia dapatkan dari Rico, mengaburkan penglihatannya. Sementara itu, dari jarak beberapa meter di depannya, mata tajam Rico masih saja tampak tidak puas dengan semua lebam baru yang ia torehkan di sekujur tubuh buruannya.
Tiba-tiba suasana menjadi hening, hanya helaan nafas kasar Rico yang mengisi kehampaan itu. Helaannya terdengar mengerikan dan penuh aura murka. Dengan sigap, Don yang sejak tadi berdiri di sisi kanannya memberikan sapu tangan miliknya pada Rico untuk dijadikan lap buku-buku jemari Rico yang berdarah.
Tinju itu menghantam tubuh Rudi dengan buas. Menyisakan getaran samar yang hanya mampu Don lihat setelah memperhatikannya baik-baik.
"Beraninya kau bersikap pengecut dengan bersembunyi dari hutang-hutangmu, Rudi!" ujar Rico sinis.
Lelaki tampan itu memutuskan untuk berjalan kembali menghampiri tubuh Rudi yang menggantung layaknya hewan sembelih. Ia meletakkan telunjuknya di salah satu luka sayatan dada atas Rudi. Menekannya dalam hingga membuat lelaki paruh baya itu berteriak histeris merasakan sakit yang menggigit tulang sumsumnya. Matanya terbelalak menatap wajah Rico yang tampak seperti seorang pembunuh berdarah dingin.
"Aku tidak akan membiarkanmu mati dengan mudah. Sikapmu yang menikamku dari belakang cukup menjadi alasan kuat untuk membiarkanmu mati tersiksa" ucap Rico setengah menggeram.
"Lekas bunuh aku, Ric" desis Rudi menantang lawan bicaranya dengan nafas memburu. "Aku telah menghabiskan uangmu untuk kepentinganku. Aku juga yang membuat kekacauan dalam transaksi heroin beberapa waktu yang lalu" Rudi mulai memprovokasi Rico agar segera menuntaskan eksekusinya.
Rico mengangkat sebelah alis matanya, senyumnya tersungging kecut mengingat kejadian yang disinggung Rudi. Transaksi heroin di Pangkal Pinang yang berakhir dengan serbuan para aparat kepolisian. Akibat sergapan itu, tiga puluh kilogram heroin kiriman ayahnya terpaksa disita. Beberapa anak buahnya tertangkap basah dan hingga kini masih mendekam dalam jeruji besi. Rico beruntung karena semua anak buah yang tertangkap adalah anak buah setianya. Mereka paham jika dirinya sampai tertangkap, maka semua informasi mengenai pengedaran heroin harus mereka simpan rapat, sebagai kompensasi dari keselamatan nyawa keluarganya yang berada dalam genggaman Rico sebagai jaminan.
"Aku tahu itu semua ulahmu" ujar Rico santai. "Kau berencana membuat bisnisku tumbang, sementara kau berhasil memanen opium di Cina. Begitu bukan?!" Rico mendelik menatap bola mata Rudi yang kemerahan.
Rudi terkekeh mendengar ucapan Rico yang sepenuhnya benar. Memang itu rencana awal dirinya. Menghancurkan bisnis Rico dan menggantinya dengan bisnis opium dimana dirinya yang akan berperan sebagai atasan. Namun sayang, rencana tinggal rencana. Seolah terkena karma karena menggagalkan transaksi gerombolan Rico, bisnis opiumnya harus berakhir dengan pembakaran lahan akibat terendus lebih dulu oleh pihak berwajib disana. Alhasil semua modal bisnis lenyap tak bersisa, bahkan ia tidak bisa membayar hutang-hutangnya dan harus rela hidup teramat sederhana di pelosok daerah.
"Tepat sekali" sahut Rudi dengan nada suara lantang.
Luka di sekujur tubuhnya tidak sedikit pun menimbulkan rasa takut pada Rico. Dia benar-benar telah siap untuk mati. Satu hal yang amat ia syukuri ditengah prosesi kematiannya yang tampak akan alot, yaitu kenyataan bahwa saat penangkapan dilakukan, keluarga kecilnya sedang tidak bersama dengannya. Hal itu membuat Rudi dapat bernafas lega, mengingat ucapannya pada istrinya, Luna bahwa jika ia tertangkap wanita itu harus membawa anak-anak mereka pergi jauh untuk bersembunyi. Rudi tidak bisa membayangkan jika Rico berhasil menemukan anak-anaknya, lelaki yang terkenal kejam itu pasti akan membuat anak-anaknya berakhir menjadi seorang pelacur di Nightmare.
Rudi terlalu hafal metode Rico dalam menghidupkan Nightmare dengan membebaskan transaksi prostitusi dengan gadis-gadis yang ia ambil dari setiap orang yang tersangkut hutang dengannya. Dia tidak ingin nasib anak-anak gadisnya sama seperti para penari striptis di atas sana. Menari bertelaj*ng disaksikan puluhan mata lelaki yang siap menggagahi tubuh mereka kapanpun.
Rasa sayang yang tulus dalam hatinya, membuat lelaki paruh baya itu tidak akan pernah rela membiarkan Rico menjamah gadis-gadisnya. Menjualnya seperti barang dan mendapatkan komisi besar dari setiap kenikmatan yang dijajakan.
"Cih! Kau sepertinya ingin sekali memperlihatkan kedokmu yang asli" Rico berdecih atas ucapan lelaki yang di waktu lalu dianggapnya sebagai pamannya sendiri.
"Begitulah cara kerja dunia, keponakanku tersayang" ujar Rudi dengan nada suara mencemooh yang kental. "Dunia tidak akan berputar jika kau tidak pandai memainkan dua peran sekaligus. Terima kasih atas kepercayaanmu dahulu kepadaku, aku merasa begitu terharu" sambung Rudi sembari menyeringai penuh ejekan.
Buk! Buk! Buk!
Tinju dan tendangan Rico tak kuasa ingin kembali mendarat bebas di tubuh Rudi. Wajah yang sudah lebam parah kembali mendapatkan ganjaran atas kelancangan mulutnya yang berhasil menyulut bara api terpendam dalam hati Rico. Rudi menggeram sekuat tenaga, ketika lambungnya menerima tendangan kuat Rico yang berlabuh mengantarkan dendam.
Rico terengah disaat rintihan Rudi memenuhi lorong-lorong ruangan. Lelaki paruh baya itu meludah di hadapan Rico, mata elang Rico melihat darah bercampur liur itu lantai. Ia menyeringai ketika merambati seluruh tubuh Rudi yang terlihat kacau.
"Kau pikir dengan memprovokasiku, aku akan segera membunuhmu?!" ucap Rico tenang. "Hilangkan pikiran itu, Rud ... Karena aku akan membunuhmu setelah aku memperlihatkan bagaimana hutang-hutangmu terganti oleh tubuh gadismu," ungkap Rico yang kini menikmati rasa ketakutan menjalari wajah Rudi.
"A-pa maksudmu?!" Rudi gagal menyembunyikan kekhawatirannya.
Rico berjalan mengelilingi tubuh Rudi yang tergantung. Langkahnya begitu santai. Sekilas matanya melirik pada Don yang masih setia berdiri tak jauh dari posisinya, sebelum ia kembali mendelik Rudi. Meruntuhkan keangkuhannya dalam sekali pukulan telak.
"Bagaimana kabar adikku, Yasmin?" tanya Rico menyeringai. Sepersekian detik, ia tampak berpikir dan meralat ucapannya. "Oh tidak, maksudku bagaimana kabar adik manisku, Ruma?!" Kali ini Rico berhenti berputar dan berdiri tepat di hadapan Rudi yang menatapnya ketakutan.
"Kena kau! Kau pikir aku tidak tahu kelemahanmu, huh?!" Rico membatin.
Dalam sekejap, rasa sesak menghimpit dada Rudi. Sesak itu muncul lantaran rasa takut yang tiba-tiba menyergapnya dan membuatnya kesulitan bernafas. Dadanya naik turun dengan cepat sementara tatapan tajam terus ia arahkan pada Rico.
"Jangan melibatkan keluargaku dalam urusan kita, boy!" ucap Rudi seperti sebuah peringatan. Ada sedikit getar yang tersamarkan dalam nada suara beratnya.
Namun pendengaran Rico yang siaga, menangkap nada suara yang bergetar itu. Hal itu membuatnya semakin terpancing untuk memprovokasi balik Rudi. "Kau tahu cara kerja bersamaku bukan? Keluarga akan selalu menjadi jaminan dalam setiap bisnis busuk sekaligus pengkhianatan yang kau lakukan padaku" Rico menyeringai penuh kemenangan.
"Bedebah! Anak pelacur sepertimu tidak akan tahu seberharga apa nilai sebuah keluarga. Aku akan membunuhmu jika kau berani mengusik anak-anakku!" ucap Rudi emosi.
Rico yang mendengar ucapan kasar lawan bicaranya, menatap dengan sorot mata dingin. Matanya terpaku pada usaha Rudi yang mencoba melepaskan diri dari rantai yang mengikat pergelangan tangannya. Tubuh penuh luka itu bergoyang ke kiri kanan dengan gerakan yang tak sabaran. Menimbulkan bunyi gesekan besi yang mulai terasa mengganggu pendengaran Rico. Lelaki tampan itu berjalan perlahan mengitari punggung Rudi. Tak dihiraukannya umpatan kasar yang terus Rudi tujukan pada dirinya. Tak berselang lama, dalam sekali tarikan tangannya mrnjambak kuat-kuat rambut pesakitan itu. "Akh!" pekik Rudi ketika rambut bagian belakangnya ditarik kasar oleh Rico.
Sorot mata Rico begitu dingin ketika ia mencondongkan tubuhnya hanya untuk mendekatkan mulutnya pada cuping Rudi. "Aku memang tidak pernah tahu seberharga apa nilai sebuah keluarga. Itulah mengapa aku selalu senang jika telah berhasil menjual gadis-gadis yang aku dapatkan dari orangtua busuk sepertimu. Setidaknya dengan menjual mereka, aku sedikit mengerti bahwa tubuh mereka memiliki harga--"
"Brengsek kau Rico! aku berjanji akan membunuhmu jika kau berani menyentuh anak-anakku!" potong Rudi merancau.
Rico menyeringai. "Entah Yasmin atau Ruma ... atau justru keduanya. Mereka akan bekerja untukku seumur hidup mereka. Melayani tamu-tamuku, sampai mereka tak lagi memiliki harga" ujar Rico sembari mendorong kepala Rudi ke arah depan dengan kasar.
Umpatan Rudi keluar bagai peluru yang membrondong lelaki tampan itu. Dadanya bergejolak mendengar ucapan Rico. Matanya menatap penuh kebencian pada lelaki licik yang kini tengah berjalan memunggunginya. Sementara Rico, terlihat santai mendengar semua ucapan sampah yang dilontarkan Rudi padanya. Lelaki itu menyalakan rokoknya sambil menatap Rudi dari kejauhan.
"Seharusnya kau pikirkan dulu, konsekuensi yang akan kau dapatkan ketika ingin mengkhianatiku. Kau begitu mengenalku, tapi kau masih saja bertingkah bodoh dibelakangku" Rico melemparkan rokok yang baru beberapa kali ia hisap ke arah Rudi.
"Rico! Jangan libatkan anak-anakku ... Aku mohon" Rudi mulai kelimpungan. Suaranya bergetar menahan rasa takut dan cemas yang bercampur dari hatinya.
"Keluarga adalah jaminan dalam bisnisku. Kau tahu sendiri, bukan?!" ujar Rico. "Kini kau lihat saja akibat dari sikapmu padaku" sambungnya seraya membalikkan badan hendak meninggalkan Rudi sendiri.
"Rico!! A-aku mohon jangan. Bunuh saja aku Rico, jangan rusak anak-anakku" Rudi mulai mengiba. Matanya nanar melihat langkah kaki Rico yang semakin menjauh.
Rico terus berjalan tanpa peduli dengan apa yang diucapkan Rudi padanya. Ya! Dia tidak akan pernah peduli pada setiap orang yang ia labeli sebagai musuhnya.
Sementara mata Rudi tampak berkaca-kaca sejak tadi. Isaknya mulai keluar ketika pintu gerbang penjara tertutup dari luar. Kilasan wajah cantik anak-anaknya mengusik jiwa kebapakannya. Dadanya semakin terasa sesak, perih dan panas oleh luka-luka yang tak tampak.
Dalam keheningan ruangan itu, tangis sesal merobohkan benteng pertahanannya. Bergema dalam kedinginan dinding penjara yang lembab. Tak ada siapapun disana, hanya ada sosok ayah yang begitu merasa takut akan nasib buruk anak-anaknya nanti. Rudi menangis. Ia merutuki kebodohannya sendiri. Ia menyesal telah bermain api dengan Rico. Kini, Rico pasti sedang mencari keluarganya. Lelaki itu tidak akan pernah melepaskan buruannya, sebelum ia berhasil menangkapnya. Bayangan anak gadisnya dikurung seperti hewan sirkus yang Rico pamerkan, bahkan jual kepada lelaki manapun untuk menjadi pemuas nafsu belaka, tergambar jelas dalam benaknya. Mematahkan diagramnya dan mencabut jantung hatinya.
Rudi terkulai lemas ketika suruhan Rico membawanya kembali ke dalam sel penjara. Bibirnya yang kaku bergumam lirih. "Ruma ... Yasmin, maafkan ayah" rintih Rudi dalam sesal yang tak pernah usai.
🍁🍁🍁
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
sherly
bahasamu Thor sungguh luar biasa
2022-06-26
1
Bu Een Pucuk🌱Squard🐛
mas Riko kamu terlalu kejam. pengen tau reaksi orang kejam jatuh cinta😉😉😉
2021-10-15
3
Y@n9Ti3
Awal mula Rumaa
2021-09-17
1