Bab 2

"Apa dia sudah mati?" tanya Don pada anak buahnya.

Lelaki tua dengan tampilan dekil meringkuk tak bergerak setelah dipukuli oleh anak buah Don dengan brutal. Cipratan darah segar membasahi lantai dua dari club malam Nightmare di waktu menjelang tengah malam.

Seorang anak buah mendekati onggokan tubuh babak belur itu, ia memeriksa nafas dari lelaki tua malang yang sejak beberapa tahun belakangan bersembunyi dari kejarannya.

"Tidak Bos. Dia masih bernafas" ucapnya setelah meletakkan dua jari di depan lubang hidung lelaki itu.

"Cih! Dasar sampah!" umpat Don mengingat tindakan lelaki itu yang memilih bersembunyi daripada melunasi hutangnya pada Tuan Rico yang sudah menggunung.

"Kau berhasil merampas sertifikat rumahnya?" tanya Don pada anak buahnya kembali.

Lelaki bertubuh kekar dengan tato bajak laut di lengannya itu menggeleng. "Rumah itu ternyata bukan rumah miliknya, Rudi menyewanya. Rumah mewah miliknya telah lama diambil alih rentenir. Dia meminjam uang dalam jumlah besar pada lintah darat," ungkap bawahan Don tersebut.

"Sial!" Don mengeratkan gerahamnya. "Dia berani menjadikan rumah sewaan sebagai penjamin heroin-heroin yang kita berikan padanya" Sorot mata Don tajam menatap tubuh tergeletak Rudi di lantai.

Suara dentuman musik dan hiruk pikuk para pengunjung club malam di lantai bawah terdengar menembus dinding ruangan itu. Don melirik muak pada tubuh paruh baya yang tergeletak tak berdaya. "Bawa dia ke ruang bawah tanah, kurung dia disana" putusnya kemudian.

"Baik Bos" anak buahnya mengangguk dengan posisi tubuh tegap berdiri.

Bersama teman-temannya yang lain, ia membawa tubuh ringsek Rudi melalui pintu rahasia yang terbuka dari dinding berfigura besar di sebelah rak-rak minuman ruangan itu. Tak berselang lama dari kepergian anak buahnya. Tiba-tiba sebuah pertanyaan pengalihkan perhatian Don.

"Dimana dia?"

Pintu ruangan terbuka. Rico berjalan mengedarkan pandangannya mencari buronan yang telah lama bersembunyi.

"Tuan" Don menghampiri Tuannya. "Baru saja saya menyuruh anak buah saya untuk mengurungnya di penjara bawah tanah. Dia pingsan dengan tubuh babak belur. Kami menghajarnya sesuai perintah Tuan," ungkap Don kemudian mengingat perintah Tuannya beberapa saat yang lalu melalui sambungan seluler.

Rico berjalan mendekati sofa hitam mengkilat dekat jendela kaca besar jenis one way mirrored glass yang hanya tembus pandang pada satu sisi saja dari bagian dalam ruangan. Sehingga orang-orang yang berada dalam ruangan privat bisa bebas melihat keramaian di area bawah club tanpa terlihat kembali oleh orang-orang yang berada di bawah sana.

Rico menghempaskan tubuhnya di sofa itu. "Apa yang kau dapatkan darinya?" tanya Rico pada Don yang memilih duduk pada sofa single di hadapannya.

Rico mendesah frustasi melihat ekspresi muram yang terlintas di raut wajah tangan kanannya itu. Gelengan kepala Don memberi arti bahwa pundi-pundi uang yang seharusnya ia peroleh dari ngengat heroin itu, tidak akan ia dapatkan kembali. Rudi begitu licin memanipulasi heroin-heroin yang dia ambil dalam jumlah besar untuk ia edarkan sendiri tanpa sepengetahuan dirinya.

Mengingat hal itu, membuat Rico merutuki kebodohannya dahulu dalam memberikan kepercayaannya pada lelaki tua itu. Semula Rudi adalah pengedar aktif yang selalu berhasil menyusupkan dagangannya ke dalam kelompok-kelompok pebisnis muda. Uang yang ia hasilkan pun terbilang besar karena jaringan pebisnis itu sudah menjadi pelanggan setianya. Namun beberapa bulan terakhir, setoran penjualan itu berhenti dengan alasan uang itu ia pinjam sementara. Rico yang merasa tahu kinerja Rudi tidak pernah mengecewakan, tidak mencurigainya sama sekali. Heroin untuk diedarkan tetap ia berikan pada Rudi. Hingga harga yang dihasilkan mencapai miliaran, barulah Rico menyuruh Don untuk kembali menagihnya. Rico baru tersadar bahwa Rudi berbuat curang padanya, setelah Don tidak berhasil menemukannya di kediaman Rudi yang mewah. Dari situlah status buron melekat pada Rudi. Beberapa tahun berlalu Rico masih menunggu kabar penemuan Rudi, sampai akhirnya tadi malam saat ia tengah bermesraan dengan Meggy di rumahnya, Don memberi kabar bahwa Rudi telah ditemukan.

Tanpa mengindahkan gerutuan Meggy akan kepergiannya yang tiba-tiba, Rico langsung meluncur ke Nightmare. Tempat dimana Don membawa Rudi.

"Ceritakan lebih rinci" pinta Rico pada Don.

Don tampak bergumul dengan pikirannya sendiri sebelum akhirnya ia menceritakan semua temuannya pagi hari tadi.

"Uang Tuan yang dipinjam olehnya, dia gunakan untuk berinvestasi opium di Cina. Rencananya dia akan pindah kesana begitu waktu panen tiba. Dia ingin membuat bisnis narkotika sendiri, Tuan. Namun entah bagaimana awal mulanya, tanaman opium yang mereka tanam disana terendus pemerintah setempat, dan langsung dibakar dalam waktu sekejap. Alhasil opium gagal dipanen. Uang yang telah ia investasikan pada rekannya pun raib tak bersisa. Itulah alasan mengapa ia nekat bersembunyi dari kita, karena ia sadar tidak akan bisa mengganti uang yang telah ia ambil" Don menjelaskan panjang lebar. "Lebih gilanya lagi, dia juga meminjam uang dalam jumlah besar pada seorang rentenir. Beberapa waktu lalu rumah mewahnya disita karena tenggat waktu pelunasan tidak dia penuhi." sambung Don membuat Rico memijit pelipisnya.

"Lalu dimana kau menemukan dia?" tanya Rico penasaran. Lelaki itu mengambil kotak rokoknya, dan mulai menyalakannya dengan pematik perak berukir naga.

"Pedesaan terpencil di daerah NTT, Tuan. Dia menyewa rumah disana. Kami berhasil menemukannya setelah anak buah kita yang kita sebar melihatnya sedang duduk di sebuah warung klontong," ungkap Don.

"Keluarganya?" Rico membuang asap rokok sambil melirik pada keramaian club di bawah. Dentum musik seirama dengan hentakan tubuh manusia yang tengah bergoyang memuja malam dengan cara yang paling liar.

Don menggelengkan kepala. "Saat kami membawa Rudi, mereka sedang tidak ada di tempat"

"Biarkan saja. Mereka pasti akan mencari Rudi kemari. Luna tidak akan bisa hidup tanpa suaminya" Rico menyeringai misterius.

Lelaki itu berdiri dari duduknya, ia berjalan mendekati jendela dan melihat sorak kehebohan para pengunjung club yang kini tengah disuguhi sesi vulgar para penari striptis. Malam sudah menjelang dini hari. Nightmare adalah club malam yang terkenal dengan para penari striptisnya yang hebat. Para pengunjung lelaki tidak akan menyia-nyiakan kesempatan memandang gemulai tubuh polos yang meliuk menggoda pada sebuah tiang. Waktu pertunjukan yang sangat dibatasi, membuat mata para buaya darat bergeriliya menatap buas tubuh para penari yang molek.

"Don, kau sudah mendapatkan penari baru?" tanya Rico tanpa mengalihkan pandangannya dari para penari seksi itu.

"Belum Tuan." sahut Don terus terang.

Tidak mudah mencari penari striptis dengan ketentuan yang Tuannya inginkan. Rico ingin penari itu berkisar usia dua puluh tahunan dan masih perawan. Sementara rata-rata wanita yang menawarkan diri, bukanlah gadis perawan. Lagipula, mana ada gadis perawan yang mau menjadi penari striptis? Kalaupun ada, pasti gadis itu sedang dalam kondisi terdesak. Don ikut melirik ke arah jendela, matanya melihat para penari yang kini tengah sibuk meladeni godaan dari para lelaki dibawah sana. Mereka tampak semakin lihai membuat jakun para hidung belang itu naik turun dilanda badai hasrat yang mulai menegangkan sendi-sendi tubuhnya.

"Segera temukan, Don. Aku tidak ingin kekurangan stok penari untuk membuat para bedebah itu betah berlama-lama di Nightmare" ujar Rico.

"Baik Tuan, akan saya usahakan" sahut Don dengan otak yang sibuk memikirkan sebuah cara.

🍁🍁🍁

Rico meninggalkan Nightmare tepat sebelum fajar menyingsing. Langkah kakinya yang berat akibat minuman keras membuat ia berjalan sedikit sempoyongan. Don memapah Tuannya. Sehabis perbincangan mereka mengenai Rudi, beberapa rekan pebisnis Rico datang. Mereka berpesta di dalam ruang privat lantai dua itu. Narkoba, minuman dan wanita menjadi santapan wajib yang harus mereka rasakan untuk mencapai puncak nirwana-nya masing-masing. Rico menyeringai puas dalam papahan Don menuju mobil mewahnya, barang haram yang dibawakan Don berhasil terjual dalam sekali waktu. Mereka bahkan membawa beberapa plastik berukuran kecil yang berisi heroin untuk perbekalannya di rumah. Cih! Bisnis haram memang selalu menjanjikan keuntungan yang fantastis. Tidak heran, jika banyak manusia yang mau terjun kedalamnya.

Don meletakkan tubuh Tuannya di kursi belakang penumpang. Sementara dirinya berjalan memutar untuk sampai di kursi kemudi.

"Bisnis kita akan semakin besar Don. Abdul pasti akan cemburu melihat kesuksesanku" rancau Rico begitu Don mulai menjalankan mobilnya.

"Cih! Dia selalu mengatakan bahwa aku anak angkat yang dilatih untuk menjadi anjing setia ayahnya. Dia merasa kehilangan banyak hal karena keberadaanku yang lebih disayangi ayah" benaknya berputar pada pertengkaran hebat antara dirinya dan Abdul, adiknya.

"Tuan Abdul hanya cemburu pada Tuan. Jangan dimasukan dalam hati apapun yang Tuan Abdul katakan" Don mencoba menenangkan. Ia tahu kondisi Tuan Rico yang sebenarnya merasa letih menjadi bahan pertengkaran antara adik dan ayah angkatnya itu.

"Aku tidak peduli. Aku hanya ingin ayah ... bangga pada anak yang telah ia ambil dari pinggir jalan ... Aku ..." Belum sempat menuntaskan ucapannya, alam bawah sadar Rico merenggutnya untuk terlelap sejenak.

Don melirik Tuannya dari kaca spion. Wajahnya datar menatap lelaki tampan yang sejak lama telah ia dampingi semenjak memutuskan tinggal di Indonesia. Dalam hatinya, Don merasa kasian pada jalan hidup Tuan Rico.

Lelaki itu lahir dari seorang pelacur murahan tanpa tahu siapa ayah biologisnya. Hanya wajah blasteran Rico-lah satu-satunya identitas bahwa kemungkinan besar ayah biologisnya adalah warga negara asing. Rico kecil hidup berteman ejekan dan makian dari orang-orang. Ibunya yang kini berada di penjara wanita, memaksa Rico kecil tumbuh menjadi sosok yang mandiri. Minas menemukan Rico di pinggir jembatan di Jakarta. Saat itu Tuan Besarnya sedang melintas dan merasa tertarik melihat bocah kecil termangu menatap riak air di bawah jembatan dengan keranjang roti sisa jualannya hari itu.

"Mata anak itu begitu kelam dan tajam. Aku yakin dia akan menjadi orang besar suatu saat nanti" Don mengingat kata-kata Minas saat gembong narkoba itu menguji Rico untuk menjual barang haramnya di depan sebuah club malam sebelum Minas memutuskan untuk membawa Rico bersamanya ke Afganistan.

Kedatangan Rico bersama Minas, tentu mendapat penolakan keras dari anak kandung Minas. Keluarga satu-satunya Minas itu menentang keinginan ayahnya untuk mengangkat Rico menjadi saudaranya. Rico yang saat itu terkendala bahasa, tidak mengerti penolakan yang Abdul tunjukkan padanya. Dalam kesehariannya selama tinggal bersama Minas, Abdul sering mengerjainya. Anak yang sudah kehilangan ibunya sejak bayi itu hanya akan berhenti ketika Minas sudah naik pitam dan menghukumnya atas perlakuan buruknya pada Rico.

Sementara Rico sendiri, perlahan mulai memaklumkan sikap Abdul kepadanya. Setiap hari ia hanya akan terus belajar dan mulai membantu Minas mengawasi pekerja opium di lahannya. Kecekatan dan sikap mudah mengertinya membuat Rico mendapatkan perhatian khusus dari Minas. Perhatian khusus itu bertambah besar ketika Rico berhasil membuat jalur pengedaran heroin di beberapa kawasan baru. Dengan ilmu bisnis yang diturunkan, Rico mulai melebarkan penyebaran heroin ayahnya melalui perdagangan gelap. Bahkan ia mampu menembus pasar gelap Amerika berkat rekan kenalannya.

Hal itulah yang kemudian membuat Minas pada akhirnya mempercayakan Rico untuk memimpin bisnis club malam yang sengaja ia dirikan disalah satu kawasan elit Jakarta beberapa tahun yang lalu.

Ditengah kenangan masa lalu yang berkelebatan dan laju mobil yang perlahan melambat, samar terdengar gumaman tak jelas dari mulut Rico. "Ibu ... Aku rindu"

Don langsung menatap Tuannya yang masih memejamkan mata, namun gumaman kerinduan beberapa kali keluar dari mulutnya.

🍁🍁🍁

Terpopuler

Comments

Wanda Sukma

Wanda Sukma

aku yakin ini novel bagus, karna bs dilihat dr pemilihan kosa katanya autor memiliki wawasan luas.
tp aku heran dg algoritma noveltoon ini, knp novel2 receh yg alur ga jelas arahnya mau kemana dan blundet ga masuk akal justru bisa di up, sdngkan novel yg rata2 bagus sprti ini justru ga di up.

krn sblm aku baca aku paasti lihat dulu komen2 jika ada 1 komen yg buruk sdh pasti alurnya emng buruk. tp dikomen ini baik dan menarik jd aku baca.

sejauh ini masih suka sih, semangat thor meski ga trending yg penting ttep berkarya

2022-05-05

2

Y@n9Ti3

Y@n9Ti3

Masa lalu Rico 😑

2021-09-12

3

Moola Aditya

Moola Aditya

sedih jg jalan hidup mu Rico...nyesek wkt dia bilang kangen ibunya thorr..😭

2021-08-04

5

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!