"Tapi aku butuh tuan, tolong berikan uang itu, aku ingin melanjutkan ke universitas tuan"
Ina sangat berharap jika Revan mau memberikan uang untuk biaya kuliahnya, namun di luar dugaan Ina.
"Kau seorang istri, tempat mu di rumah, jadi aku melarang mu untuk kuliah, PAHAM"
Ina tersentak dengan ucapan yang baru saja keluar dari mulut Revan.
"Setidaknya ijinkan aku untuk kuliah tuan"
Revan menatap tajam ke arah Ina.
"Apa hak mu mengatur ku?"
"Tuan......"
"Tutup mulut mu, dan patuhilah pada semua ucapan ku, karena aku ini suami mu!"
Ina melepaskan genggaman tangan suaminya. Ina menundukkan kepalanya terdiam, air matanya sudah jatuh berseluncur bebas.
"Jangan pernah meminta yang tidak ku suka, kau paham sampai disini"
Ina mengangguk.
Dengan perasaan senang Revan melangkah menuju roda empat sambil tersenyum penuh kemenangan.
'Ku pastikan kau akan memenuhi semua yang ku mau, aku tidak akan tidak akan membiarkan kau pergi ke dunia luar, dimana kau akan mendapat kekuatan untuk membangkang pada ku'
Revan sekilas menatap kamar yang di tempati Ina. Dia tidak menginginkan ini, jika gadis itu menolak menjadi istri sah nya.
'Itu resiko mu karena sudah berani menjadi istri Revan Eric Syahputra'
Revan meninggalkan rumah berlantai 3 itu.
'Kau kejam sekali tuan, aku hanya ingin melanjutkan cita cita ku, kalau seperti ini untuk apa aku bersedia menikah dengan mu, kedua orang tua mu ingkar janji pada ku, aku benci kalian semua, AKU BENCI'
Ina meraung raung menangis dengan kencang di kamar yang di tempatinya. Ina terduduk di lantai terdiam. Begitu lama Ina menangisi nasibnya.
'Ternyata aku hanya sendirian, tidak ada siapa pun, aku tak punya siapa siapa yang bisa menolong ku'
Air mata yang membasahi pipi Ina segera di hapus dengan kasar dan dia melangkah menuju meja rias memoles wajahnya dengan bedak tipis.
'Kau cantik Ina, aku akan membalas dan melawan mu Revan'
'Kau hanya sendiri Ina, jadi kau tetap semangat, jangan lemah'
Gumam Ina menyemangati dirinya sendiri.
Ina segera mengganti baju dan keluar menuju dapur.
"Bik Lasmi"
Yang di panggil menengokan badannya, sesaat bik Lasmi terperangah melihat penampilan nona nya yang sangat cantik hanya dengan berganti baju saja.
"Non mau kemana?"
"Aku mau ke taman diujung komplek ini"
"Tapi non......."
Lengan bik Lasmi di cekal pak Wisnu lalu pak Wisnu menggelengkan kepala sebagai isyarat agar tidak mencegah nona mereka pergi.
"Aku segera kembali bik"
"Iya non"
Bik Lasmi menghempas tangan pak Wisnu.
"Bapa ini kenapa, nanti tuan Revan marah lagi loh!"
Bik Lasmi cemberut dengan suaminya, ya pak Wisnu suami dari bik Lasmi sedangkan Bu Lina adalah kakak pak Wisnu. Mereka bekerja sejak Revan masih duduk di bangku sekolah pertama.
"Biarkan nona menenangkan dirinya, dia berdandan dengan cantik tapi tidak dengan perasaannya yang rapuh"
Bik Lasmi terdiam.
"Aku kasihan sama non Ina pak"
Ina membawa sepeda milik bik Lasmi mengayuhnya pelan, angin pagi menerpa wajahnya yang ayu dengan kulit halus mulus.
Tin
Tin
Tin
Suara klakson memekakan telinga Ina, dengan segera Ina menepikan sepeda yang di kayuh nya. Melihat ke arah mobil yang mengklakson dirinya dengan sengaja mobil itu hampir menyerempetnya. Mobil yang di jalan tadi juga terparkir di taman parkir itu.
'Mobil siapa ini? bukankah mobil ini mau menyerempet ku tadi, orang kaya yang sombong'
Sementara sosok pemilik mobil itu menyunggingkan bibirnya.
'Kau sangat nakal, gadis. Kau liar"
Gumam lelaki pemilik mobil seraya tersenyum miring.
Ina duduk di bangku dibawah pohon rindang. Ina memejamkan mata berharap bisa menenangkan pikirannya. Suasana ini di rindukan Ina, saat di kampung dirinya juga akan pergi ke sungai disana banyak lalu lalang petani yang sedang panen padi atau ladang.
"Kakak cantik"
DEG.......
Ina mengenal suara anak kecil ini, dia menengok ke sumber suara.
"Masih ingat dengan ku?"
Wajah tampan itu tersenyum manis, Ina memindai sosok kecil itu, bersih tanpa luka.
"Tentu"
Hanya kata itu yang terucap dari bibir Ina. Ina berucap acuh tak acuh pada bocah lelaki itu, bukan benci lebih tepatnya menghindari induk semang nya.
"Kenapa tangan mu di perban kakak cantik?"
'Itu ulah daddy mu'
Namun itu hanya terucap di dalam hati Ina saja. Ina tidak akan berbicara begitu pada seorang bocah dengan kata kata yang tidak harus di ucapkan.
"Kakak terpeleset di dalam kamar mandi"
Si kecil tampan tampak manggut manggut dan meraih kedua tangan Ina.
Cup
Mengecup kedua telapak tangan Ina, sontak Ina kaget dengan tingkah bocah 9 tahun itu. Ina buru buru melepaskan tangannya, dan kembali terdiam tanpa maksud meladeni bocah itu jika mengundang masalah.
'Bocah ini ada disini pasti bapak nya juga disini, malas sekali rasanya'
Gumam Ina dalam hati.
Begitu pun sepasang mata itu dengan tajam memperhatikan mereka yang sedang duduk di bangku taman.
"Semoga kakak cantik cepat sembuh dengan kecupan ku itu"
Tersenyum manis begitu pun Ina, dia sangat menyayangi anak anak.
"Kakak cantik aku akan kesana dulu ya"
Menunjuk pedagang permen kapas.
"Baiklah"
"Ina"
Lengan lelaki menepuk punggung Ina, Ina berusaha untuk tidak gemetar.
"Hai, kita ketemu lagi"
Seorang lelaki tampan tersenyum, siapa lagi kalau bukan Ardi.
"Oh kak Ardi!"
'Kenapa Ina terkejut melihat ku'
Ardi curiga dengan kekagetan Ina.
"Jadi benar kau tinggal disekitar sini, Ina?"
Ina hanya mengangguk.
Ina teringat akan keinginannya.
'Apa aku minta tolong saja pada kak Ardi ya? baiklah nanti ku coba saja, siapa tahu dia orang yang bisa menolong ku'
"Hai, kau kenapa?"
Melambaikan tangan di depan Ina. Ardi begitu kebingungan melihat gadis cantik didepannya ini melamun.
"Oh....eh tidak ada kak"
Ina tersenyum kikuk dibuatnya.
"Kak"
Ardi menoleh karena posisi mereka duduk bersisian.
"Kenapa?"
Ina mendadak gemetar dan meremas jari jemarinya.
"Aku......"
Ardi mulai memandangnya intens.
"Katakan saja Ina"
Dengan memantapkan jiwanya, Ina mencoba memberanikan diri untuk meminta tolong.
"Kak Ina mau........."
Tangan Ardi mengisyaratkan sesuatu.
"Sebentar ya, aku angkat telepon dulu"
Ina mengangguk. Ardi berlalu mengangkat teleponnya.
'Hampir saja aku mengucapkannya, rasanya canggung sekali jika harus meminta tolong pada kak Ardi'
Ina terus memikirkan masalahnya, hingga kaosnya di tarik seseorang, Ina menengok ke tubuh lelaki kecil itu.
Azio datang kembali membawa permen kapas sambil memakannya.
"Kau mau?"
Ina menggeleng.
"Untuk mu saja, supaya tambah manis"
mereka sama sama tersenyum. Semua kegiatan itu tak luput dari sepasang mata yang hendak mendekat kearah putra kesayangannya, siapa lagi kalau bukan Revan.
"Azio"
Deg....
Sesaat Revan bisa melihat punggung itu menegang namun dengan cepat ketegangan itu lenyap.
"Ayo kita pulang, kau sudah lama bermain, mamah sudah mencari mu"
Meski suara itu hampir tak terdengar namun jelas sangat sangat jelas di telinga Ina. Ina tetap tenang seolah tidak mendengar suara itu. Meski tidak Ina pungkiri dirinya sempat kaget tapi tidak lagi perduli.
"Daddyyy......"
Suara bocah lelaki cempreng menghambur ke badan besar yang di sebut daddy.
"Daddy ada kakak cantik"
Azio menunjuk Ina, Revan memandang Ina.
Deg
Deg
Deg
Namun tidak dengan Ina, yang langsung berdiri menegakkan badannya, tanpa peduli tatapan sepasang mata itu.
"Azio kakak pulang ya"
"Kakak cantik kok pulang, oh ya kakak cantik ini daddy aku yang tampan, lihat dia tampan kan!"
Ina tampak tidak perduli, ingin segera berlalu. Tanpa di duga Azio memegang tangan Ina sehingga gadis itu menoleh.
"Kita belum main wahana kakak cantik, ayo main sebentar, azio akan tunjukkan wahana kesukaan Azio loh!"
Pinta nya merengek. Revan hanya terdiam menyaksikan drama anaknya itu.
"Lain kali saja ya, ini sudah sore, kakak harus pulang"
"Janji"
Menyodorkan jari kelingkingnya kehadapan Ina, dan disambut Ina. Mereka menautkan jari mereka.
"Iya, janji"
Beruntungnya bocah itu mengerti ucapan Ina. Ina kembali berjalan ke arah sepedanya.Dari arah samping tampak Ardi berlari tergesa menghampiri Ina.
"Ina tunggu, kau mau pulang?"
"Iya kak, ini sudah sore"
"Tapi tadi kau mau bicara apa?"
"Lain kali saja ya"
"Baiklah aku antar kau pulang ya"
Ina menggeleng dan tersenyum.
"Aku ingin tahu rumah mu?"
"Lain kali saja kak"
"Tapi....."
"Maaf"
Ardi pun pasrah kali ini juga tidak akan berhasil mengetahui tempat tinggal gadis pujaannya. Menatap punggung gadis cantik bersurai indah itu menjauh dari area taman.
Kleekk
Ina membuka kunci sepeda, berjalan melewati Revan, memapah sepedanya. Sementara cara berjalan Ina masih sangat terlihat kesakitan akibat ulah Revan.
'Gadis bodoh, kau berjalan sampai disini agar aku melihat kau kesakitan, dan membuat luka itu semakin parah dan infeksi, agar kau menuai banyak simpati'
Revan mengepalkan tangannya.
'Itu tidak berlaku untuk ku, tidak ada simpati untuk mu, dan kau sudah berani keluar dari pagar rumah ku tanpa seijin dari ku, gadis pembangkang'
Memandang punggung istri belianya, yang mulai menghilang di perempatan jalan memasuki komplek.
'Hari ini dengan beraninya kau memalingkan pandangan mu, maka kau akan terima akibatnya, lihat saja nanti, kau akan ku buat mengemis hidup dari ku'
Ucap Revan dalam hati dengan geramnya.
"Daddy ayo kita pulang"
"Baik lah boy"
BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
卄卂尺丨ㄒ卄
salahnya dimana coba,,ina keluar rumah cuma jalan jalan cari udara segar.. jahat banget sih Revan, kena karma baru tau rasa
2022-09-25
0
Lia Makka
paling juga kamu yg nanti mengemis cinta sm istri mudamu itu revan.
2022-06-14
0
Suryo
gadis bodoh
jawab aja iya emang bodoh tidak langsung meninggalkan mu lelaki tak berperasaan
2022-05-12
1