"Maaf nyonya saya ti......"
Ucapan Ina terhenti, kala mendongakkan kepalanya pada sosok yang tinggi menjulang dengan tatapan tajam ke arahnya.
"APA YANG KAU LAKUKAN!"
Dengan segera pengasuh Azio menggendongnya dan perempuan tadi berlalu.
"Masuk ke mobil ku, tunggu disana"
Menunjuk roda empat hitam mengkilap yang terparkir diseberang jalan. Dengan segera Ina berlari memasuki mobil yang di tunjuk suaminya.
Sementara Revan menghampiri istri dan anak anaknya.
"Mah bawa Azio ke rumah sakit, daddy ada urusan sebentar, nanti menyusul"
Vina mengangguk dan tersenyum, mobil berwarna putih melaju menuju rumah sakit.
Ardi bergegas keluar hendak menemui Ina, namun gadis itu tak ditemukannya dimana pun.
"Kemana gadis itu? aku sudah menyuruh chef untuk memasak spesial dia malah kabur, kebiasaan"
Ardi kembali masuk karena caffe nya sudsh sepi.
'Hari ini aku sangat beruntung, Azio kau anak pintar sekali, kalau bukan karena diri mu aku tidak akan sesenang ini'
Mengelus putra sulung, yang baru saja dia korbankan untuk menghukum musuhnya.
'Aku pastikan kau akan menyesal telah memiliki Revan ku'
Ya saat Ina memasuki Cafe, Vina tahu kalau gadis itu istri sah Revan Eric Syahputra dan hatinya terbakar cemburu, saat sang suami memandang terus menerus ke arah gadis yang merebut statusnya. Tanpa menghiraukan apa pun disekeliling Revan, termasuk anak kedua mereka yang merengek meminta balon.
Vina juga menunjukkan kolam ikan tatkala Ina ada disana, sewaktu Vina membawa Azio ke toilet. Dan siapa sangka rencana itu mulus tanpa hambatan, walau pun kaki putranya di serempet sedikit tapi tak sebanding, dengan kepuasan saat dia membayangkan Revan menghukum Ina. Siapa lagi penabrak itu kalau bukan suruhan Vina.
'Terimakasih ya Azio, kau memang anak yang baik sekali, meski pun aku tidak pernah menyayangi mu'
Lain halnya Vina yang menuju ke rumah sakit dan lain pula Ina yang sedang gemetar di rumah megah itu.
"Bik"
Yang di panggil menoleh dan Ina menghampiri bik Lasmi yang sedang memasak makan malam itu.
"Nanti kalau tuan datang panggil saya ya, saya mau mandi dulu"
Bik Lasmi mengangguk dan tersenyum kecut.
'Aduh non, sebentar lagi pasti rumah ini kaya kapal pecah, karena di amuk macan'
Gumam bik Lasmi didalam hati.
"Lasmi kenapa? kok geleng geleng"
Bik Lasmi tersenyum menanggapi pertanyaan bik Lina.
BRRAAAKKKK
Pintu utama di dobrak paksa, kedua bibik itu sangat terkejut, badan mereka gemetaran.
"Tu...tuan!"
"Kalian tahu apa kesalahan kalian!"
Revan berucap, sembari matanya melotot ke arah mereka dengan seramnya dan pembantunya hanya tertunduk tanpa menjawab.
"WISNU"
Dengan tergopoh gopoh pak Wisnu menghampiri tuannya.
"Jangan biarkan mereka tidur di dalam rumah dan jangan beri mereka makan seharian, besok!"
Ucap Revan mutlak tak terbantahkan, pak Eisnu begitu ngeri.
"Baik tuan"
Pak Wisnu menjawab sambil menundukkan kepalanya.
Prraaannnkk
Praaaannkkk
Semua barang barang di rumah itu di tendang dan di banting oleh Revan. Ina yang mendengar suara barang barang jatuh segera keluar dari kamar. Ina begitu terkejut semua barang barang hancur.
"Ada apa ini bik?"
Yang ditanya semua menunduk tanpa berniat menjawab. Dan dari arah tangga seseorang turun, berhenti di belakang Ina. Aura menyeramkan membuat bulu kuduk Ina berdiri, dengan takut Ina menengok kebelakang.
"Kaget"
Ina pun menundukkan kepalanya, takut akan wajah seram Revan. Dengan segera tangan Ina di tarik ke kamar yang Ina tempati.
Buukkk
Tubuh kurus Ina dihempaskan di kasur.
"Kau sudah menggores kulit anak kesayangan ku, KAU TAHU!"
Ina mengerjab dan mencerna ucapan Revan.Ina bangkit dan berdiri.
"Ja..jadi...."
"Ya anak lelaki itu darah daging ku dan wanita yang menggendong anak itu adalah istri dan anak kedua ku, mereka orang orang yang ku cintai, kau tahu hemm!"
Revan mencengkram tangan Ina dengan kencang.
"Tuan maafkan aku, sungguh aku tidak sengaja melakukannya"
"Dan kalau kau sengaja anak kesayangan ku bisa kau bunuh, iya kan?"
Ina menggeleng dan Revan mencengkram dagunya dengan kuat.
"Kau sudah membuat luka di kulit anak ku, maka kau juga harus merasakan perihnya"
Craakkkk
Revan memecahkan vas bunga di atas nakas dan mengambil pecahannya, menggores tangan Ina dengan pecahan vas itu.
"Awww"
Ina meringis menahan sakit.
"Bagaimana rasanya? enak?"
Menjambak rambut Ina, agar Revan bisa melihat wajah kesakitan gadis yang sudah membuat putra sulungnya terluka.
"Sakit"
Revan tersenyum dan mendorong tubuh Ina hingga kaki gadis itu terkena pecahan vas.
"Itu hukuman pembukaan untuk mu, jika putra ku infeksi atau terluka parah, maka kau akan mengalaminya juga"
Ina hanya terdiam, memalingkan wajahnya. Air matanya mengalir deras berjatuhan di pipi cantiknya.
Revan keluar kamar Ina, semua pecahan serta keributan yang di timbulkannya sudah rapi seperti semula.
"Jaga gadis itu Lasmi, jangan sampai kau lengah kalau tidak, maka keluarga mu di kampung tidak akan mendapatkan makan bulan ini"
Sambil berlalu Revan berkata.
"Baik tuan"
Bik Lasmi segera berlari ke kamar Ina.
"Non"
Melihat Ina menangis dan banyak darah bik Lasmi khawatir.
"Apa yang terjadi non, ya ampun non"
"Sakit bik"
Hanya sakit yang di derita Ina serta isak tangis yang terdengar.
"Wisnuuuuu"
Pak Wisnu yang sedang meminum teh nya menyemburkan teh itu, karena terkejut dengan panggilan bik Lasmi.
"Ada apa?"
Seketika pak Wisnu kaget melihat kondisi Ina yang ada banyak darah.
"Cepat panggil kak Lina dan angkat non Ina, Wisnu!"
Dengan segera pak Wisnu mengangkat Ina dan bik Lasmi membersihkan darah Ina serta mengobatinya.
"Non bibik telpon dokter ya?"
Ina menggelengkan kepalanya. Bik Lasmi,bi Lina dan pak Wisnu saling pandang.
"Tapi non, kaki non dan tangan non terluka, nanti bisa infeksi"
Pak Wisnu ikut membujuk, namun tidak ada suara yang terdengar dari nona mereka.
"Jangan panggilkan dokter, ini hanya luka kecil, nanti juga sembuh sendiri, kalian istirahatlah"
Setelah di perban Ina naik keatas ranjang, menyelimuti dirinya dan memejamkan matanya.
Mereka segera beranjak dari kamar nona mereka.
Malam mulai merangkak, Ina memejamkan mata meski sakit karena luka pecahan vas itu masih berdenyut nyeri. Ina tidak turun makan malam, bahkan dia mengunci pintu kamarnya.
Sementara Revan sudah menjenguk putra sulungnya di rumah sakit.
"Daddy"
Bocah 9 tahun itu bangkit dari duduknya.
"Duduklah boy, kau masih sakit bukan? jadi jangan banyak bergerak"
Revan mencoba menasehati anak tampannya, yang sekarang terbaring di rumah sakit.
"Azio sudah tidak sakit daddy, benarkan mah?"
Melirik mamahnya yang selalu memainkan ponselnya.
"Dokter bilang harus dirawat intensif dad"
Revan mengerutkan keningnya.
"Memangnya sangat parah"
"Kan dia di srempet motor, pasti parahnya dong, masih aja nanya!"
Revan menghela nafasnya, kecelakaan itu sangat parah menimpa putra tersayangnya, dia mengepalkan tangannya mengingat kecelakaan itu.
'Gadis bodoh, rupanya kau suka mencari kesakitan'
"Baik lah, Azio sayang istirahat lah"
"Jangan pergi dad!"
"Tidak, daddy akan menunggui mu saat malam karena siang nya daddy bekerja, kamu ditunggui mamah nanti"
"Baik lah"
Bocah lelaki kecil itu berbaring dengan penurutnya.
Pagi buta Revan sudah sampai di rumah mewah, masuk ke kamar yang tidak di kunci. Dan duduk di sofa kamar itu, memperhatikan gadis yang masih pulas tertidur.
'Pulas sekali tidur mu, meski dengan luka luka itu, tunggulah kau juga akan merasakan yang sama yang dirasakan Azio'
Ina menggerakkan badannya.
"Wah permaisuri ku, kau sudah bangun rupanya?"
"Sangat nyenyak bukan?"
Ina terkejut mendengar suara yang kemarin sangat dihapalnya, dengan segera Ina menegakkan badannya.
"Tu..tuan maaf, aku....."
"Dimana pemberian Bagas kemaren?"
Revan mendekat, Ina menjulurkan amplop ke arah Revan.
'Kalau dia mengambil amplop itu, maka aku tidak akan punya uang, aduh bagaimana ini?'
Ina segera menarik amplop itu kembali, di dekapnya. Revan tersenyum.
'Dia tahu itu uang, aku kira gadis ini polos, nyatanya.....'
"Kau tidak pantas memiliki amplop itu, lagi pula kau tidak butuh karena semuanya sudah ku sediakan disini"
Revan mengambil amplop itu dengan paksa dan hendak memegang handle pintu kamar.
"Tuan tolong, saya butuh uang itu, tolong berikan saya uang itu"
Revan berbalik, kembali mendekat ke arah Ina.
"Ternyata kau juga membutuhkan uang ini, tapi gadis nakal, kau sudah membuat ku kecewa, maka terima hukuman mu!"
"Tolong tuan, saya butuh uang itu, tolong jangan ambil"
Ina begitu memohon dan itu membuat Revan sangat puas, dan menggeleng.
"Tidak, mulai sekarang kau tidak ku ijinkan untuk memegang uang ini"
"Tapi aku butuh tuan, tolong berikan uang itu, aku ingin melanjutkan ke universitas tuan"
Ina sangat berharap jika Revan mau memberikan uang untuk biaya kuliahnya, namun di luar dugaan Ina.
"Kau seorang istri, tempat mu di rumah, jadi aku melarang mu untuk kuliah, PAHAM"
BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
𝕽𝖆𝖎𝖓𝖎
bibi pelayan jahara ngatain tuan nya macan 🤣🤣
2022-11-26
0
☠Anjani 🌺
Dihh,psico ternyata.🙄
2022-10-12
0
☠Anjani 🌺
Duh, emak2 edan..anak di korbankan karna cemburu..ckckk
2022-10-12
0