Anak Bunda Bukan Sih?

Sesampainya di depan teras rumah, Nicholas pun menghentikan mobilnya. Ibunda Sabrina yg saat itu berada di teras rumah langsung tersenyum melihat kedatangan anak perempuannya dan Nicholas yg sudah dia anggap sebagai anak sendiri.

"Assalamualaikum Bunda" Sapa mereka berdua dan di salam balik oleh Bunda Zirah.

"Kamu kenapa sayang?" Tanya Bunda Zirah yg melihat putrinya sedikit pucat.

"Biasa Bunda sakit perut" Jawab Nicholas mewakili pertanyaan Ibunda Sabrina.

Zirah yg mendengar jawaban Nicholas pun langsung menjewer telinga kiri anaknya.

"Awh... awh... sakit bunda.... ampun Bun...." Teriak Sabrina menahan rasa sakit di telinga sekaligus perutnya. Bukannya kasihan, Zirah semakin menguatkan tangannya untuk menjewer telinga Sabrina. Ia ingin memberi pelajaran pada anaknya.

Merasa hukuman sudah cukup, Nicholas pun membujuk Ibundanya Sabrina untuk melepaskan tangannya. "Bunda udah dong, kasihan Sabrina nya lagi sakit" Bujuk Nicholas selembut mungkin.

Tanpa mengindahkan perkataan Nicholas, Zirah terus saja menjewer Sabrina. "Biarin aja, biar anak nakal ini jera"

"Awh.... ampun bunda.... ampun.... Sabrina janji gak akan makan yg pedas lagi. Suer." Teriaknya sedih sambil mengangkat jari telunjuk dan tengah nya membentuk huruf 'V'.

Bunda Zirah pun melepaskan tangannya dan menatap tajam ke arah anaknya. "Masuk dan ganti baju, sehabis itu kita makan siang!" Perintah Zirah dan mengajak Nicholas untuk masuk ke rumah.

"Nak Nic ayo masuk. Kita sekalian makan ya. Ibu udah masak banyak tadi." Nicholas pun tersenyum dan menganggukkan kepalanya. "Ia Bunda."

Nicholas mengambil piring dan meletakkan bubur ayam di atasnya. Ia mengeluarkan cemilan dan menyusunnya pada tempat cemilan. Terakhir ia pun mengeluarkan buah untuk dicuci dulu.

"Kenapa belanja banyak nak Nic? Tu lihat yg kemarin aja belum habis." Tunjuk Zirah kearah tempat cemilan.

"Sekalian Bun, biar Sabrina gak jajan sembarangan."

"Kamu memang anak Bunda yg paling baik Nic" Senyum Zirah yg sudah selesai menata peralatan di meja makan.

Sabrina yg baru datang ke dapur sempat mendengar percakapan Bundanya dengan kekasihnya. "Ia dia memang anak bunda yg baik, sedangan aku anak bunda yg nakal" Cemberutnya dan menarik kursi dimana ia sering duduk pada saat makan.

Zirah yg melihat kelakuan anaknya hanya bisa geleng - geleng kepala sedangkan Nic hanya bisa tertawa kecil. Ya di rumah ini Nic bukanlah hanya kekasih Sabrina, tapi juga sudah dianggap sebagai bagian dari keluarga Sabrina. Tak heran jika perhatian kedua orangtua Sabrina lebih tinggi pada Nic dibandingkan Sabrina anak mereka sendiri.

Sabrina pun membuka bungkusan bubur yg diletakkan Nic tadi. Ia mengambil sendok dan melihat gelas yg belum terisi air putih. Ia mengambil teko dan menuangkan air kedalam 3 gelas untuk mereka bertiga. Lalu meletakkan ke hadapan Zirah dan Nicholas.

Setelah berdoa makan, mereka pun memulai makan dengan hening. Sabrina yg hendak makan melihat ada ayam goreng kesukaannya di dekat sang Bunda. Ia berencana mengambil daging ayam tersebut untuk disuir - suir sebagai pelengkap buburnya.

Plak....

Awh....

"Sakit...." Keluh Sabrina yg dapat pukulan di punggung tangannya oleh Bunda dan Nic secara bersamaan.

"Cucu tangan dulu!" Perintah Nic

"Kok bisa sih, aku punya anak jorok ke kamu" Umpat Zirah melihat kelakukan jorok anaknya.

Sabrina pun menghembuskan nafasnya kasar. Ia pun menghentakkan kakinya menuju wastafel. Air yg mengalir membawa sisa busa di kedua tangannya. Setelah bersih kran dimatikan dan ia kembali duduk di kursi makannya.

Melihat daging ayam di depan mata membuat dirinya enggan untuk mengambil lagi. Ia sudah terlanjur kehilangan mood. Bubur yg ada juga asal dimasukkan saja ke dalam mulutnya. Dia makan dalam keheningan.

"Ini, makanlah" Ucap Nic yg sudah mensuir - suir kan daging ayam dan meletakkan kedalam bubur Sabrina. Sabrina tetap diam, akan tetapi suiran tadi masuk kedalam mulutnya.

"Sudah lah nak Nic, jangan dimanjakan terus. Nanti kelakuannya makin susah di atur." Ucap Zirah

Nic yg ingin membalas perkataan Zirah pun tertahan karena dipotong oleh Sabrina. "Sebenarnya aku anak Bunda bukan sih? Selalu aja baik sama Nic, sedangkan sama aku selalu aja merepet. Padahal ya bun dia itu nyebelin bangat Bun."

"Kamu bukan anak aku, kamu itu anak Ayah kamu. Anak Bunda cuman Nic, kakak serta adik kamu." Jawab ketus Zirah yg membuat kedua mata Sabrina melotot. Sabrina hanya bisa menyesal dan merrutuki dirinya karena pertanyaan yg ia lontarkan tadi. Jika bisa di tarik, dia tidak akan melontarkan pertanyaan tersebut jika jawabannya bikin sakit hati saja.

Nic yg melihat pertengkaran kecil antara Zirah dan Sabrina hanya bisa tersenyum. Sabrina yg mengetahui Nic menang hanya bisa menajamkan matanya dengan isyarat 'Senyum aja terus, pasti kamu senang kan Bunda lebih sayang sama kamu daripada aku.' Begitu lah kira - kira makna dari tatapan tajam Sabrina kepada Nic.

Makan siang pun berlalu, Sabrina saat ini sudah tidur siang setelah satu jam minum obat yg diberikan dari UKS tadi.

Dalam sejarah hidupnya tidak ada namanya tidur siang, hanya saja Nic memaksa dirinya dengan pertengkaran - pertengkaran kecil. Nic tidak akan pergi dari kamarnya sebelum dirinya tidur. Mau tidak mau, dia pun menutup matanya untuk mengelabui Nic. Tapi siapa sangka kepura - puraannya membuat dia menjadi benar - benar tertidur.

Nicholas yg mendengar deru nafas Sabrina yg sudah teratur tersenyum. Ia masih menunggu beberapa menit lagi sebelum akhirnya keluar dari kamar Sabrina. Di pandangnya wajah cantik Sabrina dan kecupan pun mendarat di kening gadis itu. "Selamat tidur my princess."

Ia memperbaiki selimut Sabrina dan berjalan keluar dari kamar Sabrina. Pintu kamar Sabrina pun di tutup dan ia segera pamit pulang kepada Bunda Zirah karena hari sudah mulai sore.

Jika berdua dikamar Sabrina, maka Nicholas akan selalu membuka pintu kamar Sabrina. Hal ini dilakukan agar apa saja yg mereka lakukan tidak terlepas dari pengawasan Bunda Zirah.

Zirah yg selalu melihat perilaku Sabrina dan Nicholas hanya bisa tersenyum hangat. Nicholas selalu menjaga Sabrina selayaknya emas yg sangat berharga, jadi ia tidak perlu merasa khawatir. Ia juga bersyukur karena putrinya bertemu dan menjalin kasih dengan Nicholas.

Di dalam Doanya ia selalu memohon agar hubungan mereka baik - baik saja. Ia berharap jika Nicholas adalah jodoh yg dikirimkan Allah untuk menjaga Putrinya kelak. Tapi jika tidak berjodoh, ia akan tetap menganggap Nicholas seperti anak kandungnya sendiri. Tidak heran jika kasih sayangnya kepada Nicholas lebih besar daripada kasih sayangnya kepada Sabrina.

Sesayang - sayangnya orangtua terhadap anak orang lain, tidak akan bisa menandingi rasa sayangnya terhadap anak kandungnya sendiri.

Happy Reading Say..... Semoga kalian suka. Jangan lupa 💟, ⭐, 👍 serta 💬 ya say.... 😇🤗

Terpopuler

Comments

ARSY ALFAZZA

ARSY ALFAZZA

mantap 👍🏻

2021-06-07

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!