"Cie yg dapat rezeki dari kakak." Goda Cindy yg berhasil membuat rona di wajah cantik Sabrina.
"Berisik" Umpat Sabrina. Mereka telah sampai di mamang bakso yg terkenal enak di pasar ini.
"Mang mie ayam baksonya 4 dan teh obengnya 4 ya." Teriak Sabrina seraya duduk di salah satu bangku kosong.
"Kamu tau, terkadang aku suka iri lihat Kak Nic perhatian ke kamu Sab" Timpal Dewi meletakkan beberapa bungkusan kerupuk di tengah meja makan mereka.
"Enak sih enak, gue akuin itu. Tapi sifatnya kadang suka mengekang. Lu kan tau sendiri gue gak suka di kekang, gue maunya bebas." Ungkap isi hati Sabrina selama pacaran dengan Nic.
"Jadi itu salah satu alasan Lo mutusin dia?" Tebak Ratna dan dianggukin oleh Sabrina. "Ya udah pacaran sama burung sana, biar bebas terbang menjelajahi dunia ini" Saut Ratna lagi yg diakhiri tawa oleh mereka. Sabrina pun hanya bisa cemberut menanggapi ucapan sahabatnya itu.
"Sekarang gini Sab, gue akuin memang sepupu gue yg satu itu rempongnya melebihi emak - emak. Tapi gue yakin dia ngelakuin tu karena dia sayang sama Lo. Buktinya dia memaklumi waktu elu sama kita. Ia gak?" Tanya Cindy pada lainnya dan diangguki oleh mereka.
Ya Cindy dan Nicholas adalah sepupu. Bahkan Cindylah yg mengenali Nicholas dan Sabrina sehingga status jomblo berubah menjadi status berpacaran. Mereka cukup dekat, sehingga sering di bilang kakak dan adek.
"Permisi non pesanannya." Sela mamang memindahkan mangkuk mie ayam bakso dari nampan ke meja mereka.
"Silahkan!" Senyum istri mamang seraya meletakkan teh obeng ke meja mereka sesudah mamang meletakkan mangkuk bakso pesanan mereka.
"Terimakasih bik, terimakasih mang." Jawab mereka serempak. Mereka pun mulai mengambil saus, cabe, kecap dan meraciknya di dalam mangkuk mereka masing - masing.
"Emmm... Mantap" Ucap mereka setelah puas dengan racikan mereka sendiri.
~Keesokan harinya pun menjadi hari yg menyakitkan bagi Sabrina. Bagaimana tidak, perutnya terasa melilit sehingga mengganggu konsentrasinya dalam belajar. Butiran - butiran keringat pun membasahi wajah pucatnya.
"Sabrina, kamu sakit?" Tanya Pak Budi melihat Sabrina menenggelamkan wajahnya pada tumpukan kedua tangannya.
"Ia pak, Sabrina sakit perut." Jawab Ratna yg merasa cemas melihat kondisi Sabrina.
"Ratna, bawa Sabrina ke UKS! Setelah itu kamu kembali ke kelas." Perintah Pak Budi dan Ratna pun segera memapah Sabrina ke ruang UKS.
"Elu sih, udah dibilang jangan banyak makan cabe, tapi tetap aja ngeyel kalau dibilangin." Sewot Ratna karena Sabrina tak mengindahkan perkataanya kemarin.
"Ia, ia, gue minta maaf. Gue nyesel" Sesal Sabrina.
"Kalau udah seperti ini baru menyesal. Tapi pas dihadapkan sama cabe, elu selalu lupa diri Sab." Omel Ratna kembali dan didiamkan oleh Sabrina. Sabrina yakin sahabatnya ini tidak akan pernah diam jika disahuti setiap perkataannya.
"Sabrina kenapa?" Tanya Pak James guru olahraga kepada Guru Ayu selaku guru BK dan Petugas UKS.
"Biasa sakit perut karena jajan sembarangan" Balas ramah Guru Ayu pada Guru James. Guru yg selama ini menjadi incaran hatinya.
"Sakit perut apa pura - pura sakit perut" Tanya Pak James mendekati Sabrina.
"Sakit perut lo Pak." Ketus Sabrina menjawab pertanyaan Guru Olahraganya yg tidak berfaedah menurutnya.
"Syukurlah jika sakit, kalau hanya pura - pura maka kamu saya hukum" Pak James pun segera keluar meninggalkan Sabrina dan Guru Ayu disitu.
"Dasar menyebalkan, pantes aja masih jomblo. Mana ada cewek yg mau sama dia, sifatnya aja seperti itu. Menyebalkan" Gerutu Sabrina.
Bel sekolah yg dinantikan membuat semua tubuh yg tak bersemangat menjadi semangat bak 45. Bel yg menandakan mereka akan mengakhiri penatnya belajar dari pagi hingga siang hari ini. Para siswa pun berhamburan keluar kelas untuk segera bermain ataupun pulang ke rumah mereka masing - masing.
Tepat pada saat Sabrina dan yg lainnya keluar, sebuah mobil terparkir dihadapan mereka sehingga menghalangi jalan mereka.
Nicholas turun dari pintu kemudi dan mengelilingi mobilnya. Ia membuka pintu samping kemudi dan berjalan mendekati Sabrina dan kawan - kawannya.
"Sayang, kamu kok disini?" Heran Sabrina setelah melihat jam dipergelangan tangannya. Ia yakin sekarang belumlah jam pulang sekolah Nicholas.
"Masuklah!" Perintah Nicholas membantu Sabrina duduk dan memasangkan sabuk pengaman.
"Kami duluan ya." Pamit Nicholas pada teman Sabrina dan mobil berjalan meninggalkan pekarangan sekolah Sabrina.
Di tengah perjalanan, Sabrina pun sadar jika jalan yg mereka lalui bukanlah jalan menuju rumahnya. "Kita mau kemana?" Tanya Sabrina menuntaskan rasa ingin taunya.
"Ke rumah sakit" Jawab singkat Nicholas yg membuat kedua mata Sabrina melebar.
"Gak.... aku gak mau. Aku mau pulang aja." Tolak Sabrina yg merasa bahwa perhatian Nicholas terlalu berlebihan untuknya. Bagaimana tidak, ia hanya sakit perut karena makanan pedas kemarin harus dibawa berobat ke rumah sakit. Mau ditaruh dimana wajahnya pikirnya dalam hati.
"Harus!" Tegas Nicholas tidak mau dibantah.
Sabrina pun memikirkan bagaimana cara untuk merayu Nicholas agar tidak membawanya ke rumah sakit. "Sayang, aku takut disuntik. Aku gak mau ke rumah sakit. Lagian aku juga udah dikasih obat dari UKS tadi. Kita pulang aja ya. Ya...." Rayu Sabrina memohon pada Nicholas. Tangannya pun mengguncang - guncang pergelangan tangan Nicholas pelan.
"Kalau takut di suntik kenapa masih mau makan yg pedas - pedas? Aku gak ngelarang kamu mau makan apa aja, tapi please Sab... Kamu jangan makan pedas, aku mohon dari sekarang sampai seterusnya kamu aku larang makan yg pedas."
Mendengar perkataan Nicholas yg tulus dan penuh kekhawatiran membuat Sabrina tersentuh. Ia merasa bersalah karena ulahnya sendirilah yg membuat dirinya sendiri sakit. "Ia aku janji gak akan makan pedas lagi. Tapi kita pulang aja ya. Please...." Mohon Sabrina sekali lagi.
Hmmm....
"Aku pegang janji kamu kali ini." Mobil pun putar balik. Nicholas mengendarai mobilnya menuju ke tempat tinggal sang pujaan hati.
"Makasih sayang, kamu memang yg selalu terbaik" Senyum Sabrina yg merasa lega jika kakinya tidak jadi menginjak pekarangan rumah sakit.
Sebelum sampai, Nicholas menyempatkan diri untuk singgah ke supermarket. Ia memesan bubur untuk makan siang Sabrina, setelah itu ia membeli buahan segar serta beberapa cemilan untuk dibawa pulang sebagai buah tangan ke rumah sang calon mertua.
Sabrina yg pusing tidak tau mengatakan apa lagi setelah melihat apa saja yg di beli oleh Nic. Emosinya saat ini juga sudah berada di tahap akhir. Ia mencoba sabar dan tetap tersenyum kepada sang kekasih.
"Nicholas sayang, ini maksudnya apa? Kenapa kamu boros banget ke supermarketnya? Ehm....?" Tanya Sabrina tersenyum menahan emosi yg saat ini sudah siap untuk diluapkan.
"Sekalian untuk stok dua minggu, supaya kamu jangan jajan sembarangan dengan porsi cabe yg banyak."
Happy Reading Say..... Semoga kalian suka. Jangan lupa 💟, ⭐, 👍 serta 💬 ya say.... 🤗😇
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
Marya Juliani Jawak
Makasih kak....
2021-06-07
1
ARSY ALFAZZA
like like 👍🏻
2021-06-07
1