Bab 2

Sean baru selesai memeriksa kondisi gadis cantik yang terbaring di atas ranjang ruang UKS. Sekarang dirinya paham, hal apa yang menyebabkan gadis tersebut pingsan.

Sean memutar tubuhnya menghadap Reza. "Gimana?" tanya Reza. Seraya menunjuk gadis cantik yang terbaring di ranjang.

"Perkiraan gue, dia belum makan dari pagi. Trus malah ngelakuin kegiatan berat, makanya pingsan karena gak kuat," terang Sean.

"Ngelakuin kegiatan yang berat?"-batin Reza. -"trus sekarang gimana?" Reza berkacak pinggang.

"Lu tunggu sini! Gue ke kantin dulu, beliin dia makanan. Biar nanti pas dia uda sadar, bisa langsung makan." Sean langsung berjalan menuju pintu UKS, tanpa menunggu balasan dari Reza.

"Cepetan baliknya! Gue takut dia sadar, trus nuduh gue yang macem-macem." Reza menduduki diri di atas kursi, yang terletak di samping ranjang.

"Yaa!" sahut sean. Yang pelahan menghilang dari pandangan Reza.

〄〄〄〄

Maya Britania berjalan dengan cepat menaiki anak tangga, menuju kelas X IPS 1. Ia sudah berjanji sebelumnya, dengan para anggota kelompok MPLSnya untuk berkumpul disana. Kerena peristiwa yang membuat sahabatnya celaka, terpaksah membuat Maya benar-benar telat ke kelas X IPS 1.

Maya yang tadinya berjalan, langsung berlari kecil saat melihat anggota Osis. "Kak!"

Gadis yang memakai jas Osis itu menoleh ke sumber suara. Manik mata gadis itu, menatap lurus ke arah Maya.

Maya menghentikan langkahnya. Tepat di hadapan gadis berlambut gelombang, Yang diyakini Maya, adalah salah satu anggota Osis. "Kak ...."

"Kenapa Dek?" sahut gadis berambut gelombang.

"Kakak, namanya Grisel kan?"-Maya tersenyum kikuk-"Kakak anak Osis kan?"

Gadis itu mengangguk pelan. "Iya benar."

"Gini Kak Grisel, tadi teman aku pingsan di lapangan trus kak Reza bantu gendong temanku ke UKS. Jadi nanti kak Reza gak bisa ikut acara MPLS," tutur Maya.

Gadis bernama Grisel itu, mengangguk paham. "Ohh ... yauda, nanti Aku kasi tau ke anak Osis yang lain deh."

"Oke, makasih yak Kak. Aku pamit dulu Kak, soalnya ada latihan buat perfome nanti." Maya menunduk setelah berucap, lalu berlari kecil meninggalkan Grisel di belakang.

"Eth,"-Grisel menatap kepergian Maya-"baru mau tanya kenapa temannya bisa sampai pingsan di lapangan, eh uda kabur aja." Grisel menindihkan bahu, lalu kembali berjalan menuju ruang Osis.

〄〄〄〄

Klek

Suara pintu UKS terdengar. Reza yang sejak tadi sibuk memaikan ponsel, langsung menoleh ke arah pintu. Disana terlihat Sean yang membawa kantong plastik berisi makanan, memasuki ruang UKS.

Reza berdecak kesal, saat menatap Sean. "Lama banget sih."

"Nih pegang! Nanti kalau dia sadar, lo suruh dia makan." Sean menyerahkan kantong plastik hitam, berisi makanan kepada Reza.

Reza mengerutkan pelipis bingung. "Kenapa gak lo aja?"

"Gini ya Reza. Gue juga sebenarnya mau nemenin nih Dedek gemes, tapi tadi gue di panggil sama pak Samat si guru killer," ujar Sean jengkel.

Reza terpaksa meraih plastik berisi makanan itu "Kalau uda kelar, langsung kesini lagi!"

Sean berjalan menjauhi Reza. "Iman lo gak kuat ya? Liat Dedek gemes terbaring lemes?!" Sean terkekeh seraya membuka pintu ruang UKS.

"Si.lan lo," umpat Reza, kesal.

"Ohh benar toh!" Sean yang masih terkekeh, langsung tergesa-gesa menutup pintu UKS, sebelum nanti Reza menghajar dirinya.

〄〄〄〄

Sudah sepuluh menit, Sean pergi dan belum juga

kembali. Reza sudah mulai bosan menunggu gadis yang terbaring di sampingnya itu. Pasalnya, ponsel Reza sudah mati sejak tadi. Dan sekarang cowok berparas bule itu bingung harus melakukan apa, untuk menghilangkan rasa jenuh.

Reza melirik lalu memperhatikan wajah gadis yang terbaring itu. "Mirip Windy," batin Reza.

Secara refleks, tangan kanan Reza mulai bergerak ingin menyetuh wajah gadis itu. Namun mata gadis itu mulai terbuka secara perlahan, membuat Reza bergegas menarik kembali tangannya.

Saat mata gadis itu sudah benar-benar terbuka, tanpa basa basi Reza langsung mengambil sebotol air minelar yang terletak di atas meja, lalu menyerahkannya kepada gadis tersebut. "Nih minum!"

Gadis yang masih terbaring itu mulai menggerakkan tubuhnya, lalu mengubah posisi menjadi duduk dengan kedua kaki yang menyilang. Tangan gadis itu meraih sebotol air mineral yang di berikan oleh Reza, kemudian meneguknya hingga sisa setengah.

"Lo siapa?" Gadis cantik itu menutup kembali air mineral yang ada pada genggamannya.

"Gue anggota Osis, yang bawa lo ke sini,"-Reza menyerahkan makanan kepada gadis cantik itu-"nih makan!"

"Ohh, trus Maya kemana?" Gadis itu tidak mengambil makanan tersebut. Manik matanya sibuk mengamati sekeliling ruangan, seakan mencari sesuatu.

"Ini teman gue uda beliin lo makanan, cepatan di makan. Gak usah banyak tanya dulu!" pekik Reza geram.

"Kok galak sih," pikir Rin.

Gadis itu berdecak kesal. Ia menerima makanan tersebut, lalu menyantapnya lahap. Reza yang terduduk di kursi samping ranjang, memperhatikan cara makan gadis itu.

"Muka doang mirip Windy, sifat sama bedah jauh," ucap Reza dalam hati.

"Gue gasuka, kalau gue lagi makan di liatin," pekik gadis itu.

"M*mpus, gue ocehin balik," batin Rin.

Reza memutar kedua bola matanya malas. "Nama lo siapa?"

"AIRIN VELICIA. Biasa orang-orang panggil gue Rin." Dengan nada datar gadis itu nenjawab.

"Rin. Name tag-nya kemana? Ingetkan, selama MPLS berlangsung name tag wajib dipakai selalu." Reza menatap dingin Rin.

"Dirobek." Rin kembali memasukan sesendok makanan ke dalam mulutnya.

Reza menatap datar Rin. "Sama?"

Gadis itu terus menyatap makanannya tanpa berniat menjawab pertanyaan Reza.

"Name tag-nya di robek sama siapa?" ulang tanya Reza.

"Siapa ya? Lupa gue." Rin menggaruk kulit kepalanya yang tidak gatal.

"Untuk ketiga kalinya gue tanya, name tag-nya di robek sama siapa?" Reza menatap Rin geram.

"Menurut gue, gak ada hubungannya sama lo deh." Kini manik mata Reza dan manik mata Rin saling bertemu.

"Gue Osis, harusnya lo ngerti maksud gue," tegas Reza.

Rin membuang sterofom yang masih bersisa makanan ke dalam plastik. "Kalau gue bilang, orang yang robek name tag gue, anak Osis. Apa lo bakal percaya?" Nada bicara Rin meninggi, matanya masih setia menatap Reza.

"Pasti nih cewek lagi ngarang. Anak Osis? Mana mungkin," pikir Reza.

"Kenapa diam?" Rin turun dari kasur. Tidak lupa kantong plastik berisi sampah, berada dalam genggamannya.

Melihat Rin yang turun dari kasur, spontan Reza berkata, "Gue percaya, siapa anak Osis yang uda robek name tag lo?"

Rin sebelumnya berniat melangkah keluar dari ruang UKS, mengurungkan niat tersebut. Ia menatap Reza serius. "Bella."

"Bella Shannia?" tanya Reza. Mendapat anggukan dari Rin.

"Fix, nih cewek lagi ngarang," ucap Reza dalam hati.

Rin memperhatikan Reza. Cowok itu hanya terdiam, tidak merespon sama sekali. Rin membuang napas lelah. "Gue mau pergi ... kalau lo gak percaya sama gue, yauda."

"Dan bilangin ke teman lo, makasih buat makanannya! Nanti gue ganti," tambah Rin.

Rin pun melangkah pelahan keluar dari ruang UKS, meninggalkan Reza yang masih terduduk diam di dalam sana.

To be continued  ➳ ➳ ➳

Terpopuler

Comments

salsabilla

salsabilla

suka..suka..

2020-07-24

2

lalalisa

lalalisa

Keren kak ceritanya. Semangat up terus ya kakak, sudah aku like .
Mampir juga yuk kak ke karya ku
judulnya: TERJEBAK CINTA SAHABAT

2020-06-07

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!