Pagi itu Michelle dan Livia berangkat ke sekolah seperti biasa. Namun, ada yang berbeda dengan suasana sekolah pagi itu. Banyak siswi yang terlihat berkerumun di halaman sekolah seakaan sedang menanti sesuatu, mungkin artis atau idola yang berkunjung ke sana.
"Kenapa para gadis itu berkerumun dengan senyum bodoh seperti itu?" tanya Michelle berbisik pada Livia yang berjalan di sampingnya.
"Entah! Aku pun heran." Livia juga mengamati sekeliling.
Hingga tiba-tiba para gadis itu berteriak histeris memanggil sebuah nama, tatapan para gadis itu tertuju pada mobil yang baru saja berhenti dan terparkir rapi. Mereka menanti pemuda yang beberapa hari tidak masuk sekolah karena mengikuti sebuah kompetisi.
JIMMY!!!!
Michelle dan Livia yang penasaran langsung menoleh ke arah paraa gadis itu menatap. Dua orang siswa turun dari mobil sport mewah, melepas kacamata dengan sedikit angkuh tapi tetap saja membuat para gadis menggila.
"Dia?!" Seketika ekspresi Michelle berubah menjadi geram begitu sadar siapa pemuda yang tengah adi perhatin para gadis.
"Michelle, bukannya dia pemuda semalam, ya!" bisik Livia.
"Pucuk dicinta ulam pun tiba," ucap Michelle seraya merogoh kantung tasnya.
"Eh, kamu mau apa?" tanya Livia yang melihat Michelle mengeluarkan sejumlah uang dari tasnya.
"Balas dendam! Apalagi?" Michelle menyeringai senang karena diberi kesempatan membalas kesombongan dan ke aroganan pemuda yang melempar uang kepadanya.
Kedua pemuda itu berjalan melewati Michelle dan Livia. Tentu saja Michelle tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk membalasdendam atas kejadian yang ia anggap sudah menghina harga dirinya.
"Tunggu!" seru Michelle yang membuat kedua pemuda tadi menghentikan langkahnya.
Keduanya menoleh pada Michelle secara bersamaan, menatap gadis itu dari atas sampai bawah.
"Ku kembalikan uangmu, aku tidak butuh kompensasimu!" Michelle melempar uang itu ke wajah pemuda semalam, membuat teman yang berdiri di sampingnya terkejut.
Para gadis yang melihat adegan itu terkesiap tidak percaya jika si murid baru berani meempar uang kepada pemuda yaang selalu di puja-puja di sekolah itu. Tampan, kaya, berprestasi mungkin itulah yang membuat pemuda yang bernama Jimmy itu dikagumi banyak gadis.
"Heh, dia gila ya?"
"Sombong sekali berani melempar pangeran kita dengan sejumlah uang."
"Apa gadis itu sakit hati karena ditolak cintanya, makanya ingin menghina pangeran kita?"
Para gadis itu memicingkan mata ke arah Michelle, mengeluarkaan asumsi mereka masing-masing, menatap tidak senang dengan pemuda yang mereka kagumi. Memusuhi pangeran mereka berarti akan ada konsekuensi yang akan diterima Michelle, dibenci para gadis.
"Apa-apaan kau?!" teriak Jimmy melotot pada Michelle.
"Hei, kau! Jangan mentang-mentang kau kaya lalu bisa seenak jidat menghina kami, uangmu itu tidak berarti! Aku tidak terima dengan penghinaanmu!" Michelle bicara seraya menjentikan jari di depan muka Jimmy, lantas ia berjalan melewatinya begitu saja yang langsung disusul oleh Livia.
Begitu Michelle dan Livia berlalu, teman Jimmy yang bernama Juan Linch langsung tertawa terbahak-bahak, ia kemudian mencibir temannya itu. "Akhirnya ada gadis yang tidak terpesona dan memujamu? Ada apa sampai dia berani melempar uang kepadamu, hah?!"
"Tidak penting, dasar gadis bodoh!" gerutunya kesal karena merasa dihina di depan banyak orang.
-
-
-
Mungkin hari menyebalkan belum mau pergi dari hidup Michelle, terbukti dengan kenyataan jika pemuda yang baru saja ia lempar dengan uang ternyata satu kelas dengannya dan lebih parahnya, dia duduk di belakang Michelle. Ingin sekali gadis itu mengumpat, terlebih ketika pemuda yang duduk di belakangnya itu terus mengeluarkaan aura dingin yang menusuk punggung.
Jam pelajaran selesai, seperti bisa Michelle dan Livia memilih beristiraha di atap gedung sekolah, menikmati embusan angin yang menyejukan meski bercampur dengan terik matahari.
"Kamu sudah mencari info tentang keberadaan pemuda itu?" tanya Livia, ia menatap Michelle yang masih menikmati suasana yang begitu tenang.
"Belum, aku mencoba mencari namanya di data sekolah tapi nihil," jawab Michelle seraya menggelaang kepala, frustasi.
"Bagaimana jika infonya salah, juga bagaimana jika ternyata orang yang kamu cari sudah memiliki gadis lain yaag dicintai?"
"Kalau begitu aku akan belajar merelakannya, kembali ke London tanpa rasa tanggng jawab akan janjiku dulu," ucap Michelle tersenyum masam.
Livia menatap takjub pada temannya itu, sepuluh tahun ia berusaha untuk tidak dekat dengan pemuda manapun hanya demi memenuhi janjinya.
"Aku dengar ada ruang musik di sini, apa kamu mau lihat? Siapa tahu ada piano, sudah lama aku tidak mendengar kamu main piano," kata Livia mencoba mengalihkan pembicaraan.
"Boleh juga."
Akhirnya mereka turun dan mencari ruang musik yang dimaksud. Benar saja, begitu menemukan ruangan itu ada piano di sana. Tanpa pikir panjang, Michelle langsung duduk dan menyentuhkan jemarinya di atas tuts, ia merasa begitu bahagia seperti baru saja meemukan cinta yang lama hilang. Gadisitu lantas memainkan sebuah kagu untuk menghibur dirinya dan temannya.
-
-
-
"Liv, aku mau ke kamar kecil. Kamu masuk kelas dulu saja," kata Michelle.
"Aku temenin," tawar Livia.
"Tidak perlu, kamu pergi saja dulu."
Ahirnya Livia meninggalkan Michelle yang hendak ke kamar kecil karena temannya itu tidak mau ditemani.
Baru saja mencuci tangan setelah dari kamar kecil, tiga orang siswi berdir di belakangnya menatap tidak senang pada Michelle.
"Hei! Kamu yang tadi melempar uang ke Jimmy, 'kan?!" tanya salah satu gadis.
Tidak ingin menggubris, Michell mengibaskan tangannya yang basah kemudian hendak melangkahkan kaki meninggalkan tempat itu tapi lengannya langsung dicekal.
"Sombong banget! Jimmy itu pangeran bagi kami, jika kamu menghinanya, maka kamu juga menghina kami!" teriak gadis yang mencekal lengan Michelle.
"Memang aku perduli!" Michelle memberi tatapan dingin.
Sementara itu, Jimmy yang baru saja keluar dari kamar kecil mendengar suara ribut dari toilet wanita, sebenarnya ia ingin mengabaikannya, tetapi begitu mendnegar suara Michelle membuat langkahnya terhenti.
"Sombong!" Gadis yang mencekal tangan Michelle menghempaskan dan mendorongnya keras, membuat gadis itu jatuh serta kepalanya membentur wastafel.
"Apa yang kalian lakukan?" Jimmy yang mendengar suara benturn lantas masuk begitu saja dan mendapati Michelle yang sudah tersungkur di lantai.
"Jimmy!"
Ketiga gadis itu terkejut dan langsung menunduk takut, mereka kemudian hanya bisa saling lirik satu sama lain.
"Kami hanya ingin memberikannya pelajaran agar dia tidak sombong dan berlaku sopan denganmu," jawab gadis yang mendorong Michelle.
Jimmy menatap tidak senang, ia lantas berdiri di hadapan gadis tadi, memberikan tatapan dingin yang menusuk. "Aku tidak perlu kalian memberi pelajaran siapapun, sekarang pergi dari sini!" bentaknya.
Ketiga gadis itu langsung kalang kabut pergi meninggalkan Michelle yang terluka bersama Jimmy.
"Biar aku antar ke uks," tawar Jimmy bermaksud membantu Michelle.
"Minngir! Aku tidak perlu bantuan pemuda sombong sepertimu!" tolak Michelle menepis tangan Jimmy yang ingin meraihnya.
"Dasar gadis bodoh! Aku cuman mau membantu!" Jimmy terlihat emosi karena niaat baiknya ditolak.
Michelle memicingkan mata, kemudian ia berusaha bangun berpegangan dengan wastafel, Michelle malah jatuh tersungkur tak sadarkan diri karena benturan yang begitu kerasa di kepalanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 223 Episodes
Comments
😘 sweet baby😘
kmren si gary..harini si Jimi..bsk sapa lg tuan mudanya 😅btw apa kmren simichele gak liat sijimi dikls sih thor..jd bingung 😏😏
2020-12-12
0
⟁ Jojo 🌱🐛
Michael siap" di serang para gadis kampus lainnya, jngn lupa bawa boom buat ngeboom mereka ya, boom pake koin or poin
2020-12-04
1
jack wu
Mangat michelle
2020-11-29
0