Setelah kelas usai, Michelle dan Livia pulang ke apartemen dengan berjalan kaki. Gadis itu memang sengaja memilih tempat tinggal yang dengan dengan sekolah agar mereka tidak perlu mengeluarkan biaya transportasi untuk pulang pergi.
Baru saja berjalan dengan santai seraya bersendau gurau. Keduanya dikagetkan dengan mobil yang tiba-tiba berhenti di samping mereka. Michelle memutar bola matanya begitu tahu siapa yang ada di dalam mobil.
"Butuh tumpangan?" tanya Gary yang melongok menatap dua gadis yang telihat malasa melihatnya.
"Tidak perlu!" tolak Michelle mentah-mentah.
Ia lantas langsung menarik tangan Livia, mengajak temannya itu langsung pergi meninggalkan pemuda yang baginya sangat tidak penting untuk diladeni.
"Ck ... kenapa gadis itu sangat sulit ditangani? Membuatku semakin penasaran untuk mendekatinya." Gerry menatap Michelle yang sudah berjalan menjauh dari mobilnya.
-
-
-
-
Livia membuatkan coklat hangat untuk Michelle, ia lantas menaruh cangkir yang ia bawa ke meja belajar nona mudanya itu.
"Michelle!"
"Apa?" Michelle masih fokus dengan buku yang ia baca.
"Sekarang kita hidup berdua, tidak ada orang yang akan membiayai hidup kita. Kalau tabungan kita habis, bagaimana cara kita bertahan?" tanya Livia yang sudah berpikiran jauh.
Michelle terdiam mendengar pertanyaan Livia, ia baru teringat kenapa tidak memikirkan hal itu. "Aku lupa! Kita cari kerja parttime ya!" ajaknya.
Livia mengangguk setuju dengan ide nonanya itu. Michelle membuka laptop miliknya, mencoba mencari lowongan pekerjaan dari situs web. Matanya terlihat menyapu setiap iklan yang ada, hingga ia tertarik pada satu pekerjaan yang membuatnya tertarik.
"Dapat!" serunya.
"Sudah dapat?" tanya Livia yang berjingkrak kaget ketika mendengar Michelle berteriak.
Michelle tersenyum senang menatap Livia yang awalnya terlihat mengantuk kemudian kaget mendengarnya berteriak. Ia lantas mencatat alamat yang tertera dan langsung mengajak Livia mendatangi tempat yang terdapat lowongan pekerjaan parttime.
-
-
-
-
"Tempatnya tidak jauh dari sini," ucap Michelle yang mencari-cari keberadaan toko yang ia maksud, sesekali matanya melihat catatan yang ia bawa kemudian mencocokannya dengan jalan dan nomor pertokoan yang tertera.
Livia hanya mengikuti langkah Michelle, ia sih menurut saja dengan nonanya itu, mau ke mana dan apa pekerjaan yang dipilih ia akan menerimanya.
"Nah! Itu dia!" Michelle menunjuk pada sebuah bangunan kecil dengan banyak bunga-bunga yang berjajar di depannya.
"Toko bunga?" Livia bertanya-tanya. Namun, ia tahu jika Michelle sangat suka bunga dan merangkai bunga. Bekerja di toko bunga tentu saja membuatnya bersemangat.
Mereka berjalan bersama masuk ke dalam toko, hingga seorang wanita berumur sekitar tiga puluhan menyambut mereka dengan hanga,
"Selamat datang! Ada yang bisa saya bantu?"
"Emm ... begini, saya melihat ada lowongan pekerjaan di sini, apa masih ada?" tanya Michelle langsung mengutarakaan keinginnya.
"Oh ... kalian mau kerja?" Wanita itu menatap Mihelle dan Livia sevaa bergantian, menilai kedua gadis itu dari ujung kaki hingga ujung kepala. "Tapi kami hanya membutuhkan satu pekerja," ucap wanita itu lagi.
"Tidak masalah, adikku ini belum terbiasa bekerja sendiri dan tidak bisa terpisah denganku. kami tidak masalah jika bekerja bersama dengan satu gaji," kata Michelle merangkul Livia yang kebingungan.
"Kamu kerja sini, aku cari yang lain saja," bisik Livia.
"Sstt ... udah ikut kataku saja, aku tidak akan membiarkanmu kerja sendiri." Michelle ikut berbisik dengan masih memasang senyum kepada wanita yang memperhatikan mereka.
"Memangnya bisa ya begitu?" Wanita itu malah terlihat bingung. "Tunggu sebentar, saya tanyakan pada bosku dulu karena aku juga sebenarnya bekerja di sini," ucapnya lagi.
Michelle dan Livia mengangguk penuh harap agar bisa mendapatkan pekerjaan itu. Sepuluh menit berlalu, wanita yang tadi meninggalkan mereka tampak kembali dengan senyum di bibirnya.
"Kata bos saya, kalian boleh bekerja dengan satu gaji. Jika kerjaan kalian bagus, maka kami akan memberikan bonus. Kalian bisa bekerja mulai besok setiap sore," ucap wanita itu yang tentu saja membuat kedua sahabat itu senang bahkan sampai saling berpelukan.
"Terima kasih," ucap keduanya.
"Siapa nama kalian? Aku Mary." Wanita itu memperkenalkan diri.
"Saya Michelle dan ini Livia."
Keduanya sedikit membungkuk memberi hormat. Setelah berbincang beberapa saat, akhirnya mereka izin undur diri dan siap bekerja di hari berikutnya.
"Akhirnya! Kita bisa sedikit aman tentang keuangan," ucap Michelle yang terlihat bahagia, sebagai seorang nona muda tentu saja ini adalah pekerjaan pertamanya.
Livia terlihat menghentikan langkahnya, menatap bagaimana Michelle sebahagia itu, padahal bekerja bukanlah hal yang mudah tapi nonany itu malah begitu kegirangan. "Sungguh! Apa dia benar-benar nona 'ku yang manja?" batin Livia.
"Liv! Ngapain bengong!" teriak Michelle dari seberang jalan ketika menyadari jika temannya itu tertinggal di belakang.
"Aku datang." Livia bergegas menyeberang jalan setelah memastikan jika tidak ada kendaraan yang melintas.
Baru akan sampai di seberang, sebuah mobil melaju kencang dan mengejutkan Livia hingga membuat gadis itu terjatuh.
"Liv!" teriak Michelle panik.
Michelle menghampiri Livia yang terjatuh di bahu jalan. Gadis itu sendiri langsung bangun dan membersihkan roknya yang kotor terkena tanah.
Tidak terima dengan apa yang terjadi pada temannya. Wajah Michelle menggelap ketika tahu jika mobil yang hampir menabrak temannya itu berhenti. Tidak banyak berpikir, Michelle langsung menghampiri mobil mewah itu dengan amarah yang meledak meski Livia sudah mencegah.
"Hoi! Kalau tidak bisa berkendara dengan benar nggak usah sok-sok'an naik mobil!" teriak Michelle seraya menggedor kaca jendela mobil.
Begitu kaca itu turun, alangkah terkejutnya Michelle dengan pemuda yang ada di dalam, ia termangu merasa ada sesuatu yang membuat jantungnya berdetak dengan cepat. Namun, sedetik kemudian semua rasa itu hilang ketika beberapa lebar uang berwarn merah dilempar kepadanya.
"Biaya mengobati temanmu! Lain kali kalau jalan pakai mata!" ketusnya yang langsung menaikan kaca jendela dan melajukan kembali mobilnya.
"Apa-apaan ini? Dasar kurang ajar! Sombong!" umpat Michelle pada pemuda yang melemparinya dengan uang.
Mengambil uang itu, Michelle lantas meremasnya penuh amarah. "Berdoa saja agar tidak bertemu lagi denganku, atau aku akan membuat perhitungan denganmu," geramnya.
"Michelle! Uangnya banyak sekali!" Livia yang menjadi korban tergiur dengan uang yang diberikan oleh pengendara mobil tadi.
"Jangan macam-macam! Akan aku simpan uang ini, jika bertemu dengan pemuda sombong itu lagi, akan aku lempar ke wajahnya!" Michelle mendengus kasar.
Livia menggeleng kepala, sungguh bukan Michelle namanya kalau dia sampai dipermalukan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 223 Episodes
Comments
⟁ Jojo 🌱🐛
hmm benci" nanti cinta lho, sultini makan di pinggir jalan 😂😂😂
2020-12-01
1
jack wu
Hmmm
2020-11-29
1
jeje
mangatse ka ai💪🏻💪🏻💪🏻
2020-11-29
0