Ditengah-tengah penduduk saat itu sedang berkembang sebuah desas-desus, tentang akan datangnya seorang yang konon diramalkan akan bisa membawa kedamaian dan kemakmuran untuk negeri ini. Ramalan yang diceritakan turun-temurun itu berkisah tentang akan lahirnya seorang pendekar hebat yang tak terkalahkan yang bisa menyatukan seluruh rakyat di negeri itu.
Namun hingga saat ini ramalan itu sama sekali belum terbukti, karena setiap penguasa yang memerintah negeri itu selama ini belum mampu medatangkan persatuan dan kemakmuran. Saat raja Widyatmaka yang berkuasa meskipun bisa sedikit memberikan ketentraman untuk rakyatnya, namun dinilai rakyat masih belum mampu membawa kemakmuran ke seluruh penjuru negeri. Sehingga masih memungkinkan timbul gejolak yang akhirnya menyebabkan pemberontakan.
Ketika akhirnya saat ini kekuasaan jatuh ke tangan Raja Prabaswara rakyat kini malah semakin khawatir dengan masa depan negeri ini. Sebagian masyarakat sudah bisa merasakan kemungkinan yang akan terjadi setelah melihat hal-hal yang sepertinya sedang direncanakan oleh pihak penguasa. Kemungkinan terburuk yang ada adalah, sang Raja sedang berusaha membangun kekuatan agar bisa menjalankan pemerintahan diktaktor yang kejam, sebuah tirani yang akan membuat rakyat makin sengsara dengan dicekik oleh pajak yang sangat tinggi. Karena perasaan takut dengan kemungkinan itu, rakyat kini hanya bisa bergayut pada sebuah harapan kecil, tentang ramalan yang diharapkan akan segera terjadi.
Isu itu terus menjalar ke seluruh pedesaaan dan semakin berkembang seiring kejadian yang terjadi di sekitar desa yang dilewatinya. Bahkan sekarang telah sampai ke kota Kanigara, kota yang saat ini menjadi pusat pemerintahan. Semenjak Raja Prabaswara menetapkan kota itu sebagai tempat tinggalnya maka di sekeliling kota itu telah di bangun sebuah tembok benteng sebagai perlindungan. Pembangunan tembok itu nampak masih dalam tahap penyelesaian, hal itu terlihat dengan masih adanya para buruh pembangunan yang nampak mengerjakan tembok itu.
Di dalam kota jelas terlihat perbedaan gaya hidup penduduknya. Kota itu lebih tertata rapi dibandingkan dengan desa lain, baik rumah penduduknya, tempat usaha juga pasarnya sudah diatur letaknya sehingga tak terlihat unsur ke semrawutan yang biasa terlihat di desa.
Siang itu musim kemarau, sengatan sinar matahari begitu panas. Di sebuah kedai nampak beberapa orang yang sudah selesai menikmati makan tengah minum-minum sambil bercengkrama, mereka sepertinya sedang membicarakan sesuatu.
" Apa kalian sudah dengar?" Kata seseorang yang kelihatan paling tua.
"Tentang ramalan itu?" Jawaban yang berupa pertanyaan itu diucapkan yang lain.
"Ya, katanya disebuah desa ada sosok pemuda yang sangat kuat, pemuda itu menurut yang saya dengar bisa mengalahkan puluhan prajurit dengan mudah"
"Tapi apa hanya karena itu dia disebut sebagai orang dalam ramalan?"
"Entahlah, karena sepertinya orang sudah terlanjur meyakini hal itu"
"Jika hal itu benar kemana dia sekarang, kenapa tak ada lagi kabar tentangnya?"
"Ada yang bilang dia sedang memperdalam ilmunya, yang lain ada yang mengatakan dia sedang menyusun kekuatan dan mencari pengikut"
"Apa dia benar-benar kuat?"
Belum sempat pertanyaan itu dijawab, percakapan mereka terpaksa dihentikan karena mereka melihat beberapa prajurit yang saat itu masuk ke kedai, prajurit yang bertampang bengis itu menyapukan pandanganya ke penduduk. Kemudian tatapan nya terhenti ke orang-orang yang terlibat percakapan tadi, tatapan tajam yang cukup menyiutkan nyali. Sadar jika mereka diperhatikan mereka memilih segera undur dan pergi dari kedai itu.
Sepertinya prajurit-prajurit itu pun sudah mendengar sedikit banyak tentang desas-desus ramalan itu, dan dari yang mereka dengar, sangat jelas jika isu itu di besar-besarkan oleh sebagian orang yang sengaja untuk membesarkan harapan penduduk.
"Cuh... Ramalan apa !?" Kata prajurit yang bertampang bengis itu sambil meludah ke lantai nampaknya dia muak dengan isu itu.
"Ya, sungguh orang-orang begitu bodoh percaya dengan ramalan kosong itu...hahaha.." Kata yang lain sambil menertawakan orang-orang yang telah pergi.
"Memang, padahal pemuda itu hanya membunuh dua orang kita, tapi kau dengar kan apa yang dikatakan orang, mereka bilang puluhan prajurit, bahkan ada yang bilang satu divisi berhasil dia kalahkan, dasar..!" kemarahan jelas makin membuat wajahnya lebih bengis semua kemarahan itu dia lampiaskan dengan menggebrak meja. Suaranya cukup keras hingga membuat seisi kedai kaget. Pemilik kedai yang sadar segera menghampiri mereka sambil berkata penuh ketakutan "Ada yang mau dipesan tuan?"
"Ya bawakan kami minum..cepat !!" Jawab prajurit itu kasar.
Pemilik itu pun segera meneruskan pesanannya ke pelayan dan dengan segera memberikan tuak ke para prajurit itu. Suasana pun kembali tenang seiring para prajurit yang mulai menikmati minumnya.
Isu yang tak terbendung itu pun akhirnya sampai ke telinga Patih Pramana, dia merasa jengah dengan isu yang semakin jauh berkembang di tengah masyarakat itu. Sepertinya dia mencegah berita itu agar tidak sampai ke telinga sang Raja, tapi sebesar apapun usahanya dalam hatinya dia yakin jika Raja Prabaswara telah mendengar kabar itu. Tak ingin jika isu itu semakin jauh berkembang dan mengganggu kestabilan keamanan, dia pun segera memberi perintah langsung untuk menangkap pemuda yang menjadi pusat dari isu itu.
Maka dibuatlah sebuah pengumuman resmi yang segera saja disebarkan, sebuah pengumuman yang berupa sayembara itu dituliskan di papan-papan kayu dan dipasang ditempat strategis. Sayembara yang disertai sketsa kasar wajah rajendra itu berbunyi :
" Barang siapa yang tahu keberadaan atau yang berhasil menangkap Rajendra hidup atau mati, maka dia berhak atas hadiah 100 keping uang emas ".
Dengan dipasangnya sayembara resmi itu jelas membuat sebagian masyarakat tergiur oleh hadiah yang dijanjikan. Hadiah yang sangat besar yang mungkin tak terbayangkan dapat mereka miliki meskipun bekerja sepanjang hidupnya. Sayembara itu tentu saja mengundang minat beberapa perguruan silat yang saat itu diakui kehebatannya.
Setidaknya ada empat perguruan besar yang saat itu menyatakan minatnya secara terbuka, maka diperintahkan lah sebagian murid-murid yang dianggap mumpuni untuk memenangkan sayembara itu. ke empat perguruan itu adalah : Singa Putih, Kilat Perak, Cakar Besi dan Telapak Sakti. dari ke empat nya perguruan Singa Putih lah yang dianggap punya kesempatan lebih besar, karena secara tidak langsung mereka dianggap adalah yang paling besar dan kuat. Meskipun pertarungan antar perguruan jarang sekali terjadi namun mendengar nama Singa Putih saja saat itu sudah cukup membuat orang merasa gentar.
Ragnala dari perguruan Singa Putih sepertinya yang mendapatkan kesempatan untuk pergi mencari Rajendra dan berusaha memenangkan sayembara itu, Ragnala memang sudah cukup dikenal sebagai pendekar yang handal saat itu. Namanya sudah terkenal diantara para pendekar, dia cukup disegani karena diusianya yang masih terbilang muda sudah berhasil menguasai sepenuhnya ilmu di perguruan Singa Putih. Maka dengan beberapa murid lain diapun segera pergi untuk mencari orang yang di maksud dalam sayembara, mereka bertekad untuk memburu Rajendra.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
rajes salam lubis
mantap abis
2023-01-28
0
rajes salam lubis
ohh wow
2023-01-28
0
Endanks
masih nyimak teruuuuuuuus ja author oke deh 😆
2021-12-16
1