Jauh di kedalaman hutan terlihat sosok Rajendra sedang menyalakan sebuah api unggun, sambil membakar hasil buruan yang sepertinya seekor kelinci. Pengalaman perang mengajarkan pada dirinya untuk bisa bertahan hidup dengan segala keterbatasan. Sehingga meski beberapa hari dia tak pernah keluar dari hutan hal itu sama sekali tak membuatnya khawatir. Sudah terbiasa bagi tubuhnya untuk menahan dinginnya malam, menahan haus dan lapar pun bukan hal baru buatnya. Tubuhnya telah sepenuhnya berhasil dia tempa untuk bisa bertahan hidup dalam segala keadaan.
Tapi untuk kesulitan dan situasi yang saat ini dihadapinya dirinya merasa belum siap, Dirinya nampak sedang tenggelam dalam lamunan, Kemuraman tak dapat disembunyikan dari wajahnya yang terlihat dimandikan cahaya api. Yang saat ini benar-benar menjadi beban dalam pikirannya jelas adalah adik perempuannya, bagaimana nasibnya saat ini, dimana kiranya dia sekarang, dan adakah sesuatu yang bisa dilakukanya untuk dapat menyelamatkan adik perempuannya itu.
Semakin dia berpikir, semakin banyak gagasan yang muncul dalam pikirannya, tapi ketika dia berpikir rasional gagasan itu selalu mental oleh kenyataan yang dihadapi sekarang. Jika sekiranya ada sedikit saja peluang untuk menyelamatkan adiknya itu tak akan lagi Rajendra berpikir dua kali untuk melakukan segala upaya untuk menyelamatkannya. Tapi sepertinya memang tak mungkin jika hanya dirinya seorang yang bertindak, hanya akan terlihat tolol jika hanya dia sendirian maju menantang satu benteng untuk menyelamatkan adiknya.
" Apa yang harus ku lakukan?, apa memang tak ada cara untuk menyelamatkannya?, apa memang semua ini sudah menjadi takdir dari rakyat yang harus jadi korban kekuasaan? " rintihan Rajendra dalam hati.
Malam semakin larut tapi rasa kantuk sama sekali tak dirasakan oleh Rajendra saat ini. Selain karena kekalutan pikirannya, dirinya sekarang juga sadar kalau dia telah menjadi buruan prajurit penguasa. Mungkin saja berita tentang dirinya sudah menyebar dan mungkin juga saat ini prajurit-prajurit itu sudah membentuk kelompok dan diperintahkan untuk menangkapnya. Karena alasan itu jelas sekali jika tidur diruang terbuka bukan menjadi sebuah pilihan yang bijak.
Belum lama pikiran itu muncul dalam benaknya sebuah suara sepertinya membenarkan pikirannya itu, ia mendengar langkah-langkah manusia dari kejauhan dia tak dapat memastikan berapa orang tapi dia yakin cukup banyak untuk dapat dilawannya sendirian. Pendengaran dan reflek Rajendra pun nampaknya sudah terlatih secara alami oleh beberapa kejadian yang dialaminya, Semua otot dalam tubuhnya pun menegang.
" aku harus pergi.." batinnya.
Tepat ketika itu sebuah suara memecah keheningan malam " itu dia..." Suara langkah pun berubah menjadi derap riuh. Prajurit-prajurit itu menyerbu ke arah api unggun tapi ternyata disana sudah tidak ada apa-apa lagi karena sebelumnya Rajendra sudah melompat ke sebuah pohon dan berlari.
" Hach..kemana perginya? " tanya seorang prajurit pongah.
" Beberapa saat lalu jelas aku melihatnya disini.." seru yang lain.
Beberapa prajurit yang lain pun nampak bermunculan dari kegelapan hutan salah satu bertanya.
" Apa sudah berhasil ditangkap? " tanya prajurit yang baru muncul.
" Dia berhasil kabur.." jawab seorang prajurit yang nampak nya memiliki pangkat yang lebih tinggi.
" Bagaimana bisa pak? "
" Bodohh..., Itulah makanya aku menyuruh kalian mengepungnya !! " makinya pada beberapa prajurit yang baru saja muncul itu. Para prajurit yang sadar dengan kesalahannya itu hanya diam menunduk.
" Cepat cari dia, pastinya belum jauh saat ini ! " Perintah Kapten itu.
Seketika itu juga para prajurit itu berhamburan ke segala arah. Pencarian yang sepertinya akan berakhir percuma itu pun tetap dilakukan.
Rajendra sudah berlari cukup jauh dari para pemburunya, memang untuk batas tertentu tubuhnya jelas lebih kuat dan cepat untuk ukuran manusia biasa. Dia berlari menembus semak, melompati sebuah batang pohon yang tumbang semua itu dilakukanya dengan mudah, seperti seekor kelinci yang mencoba lepas dari pemangsa. Ketika akhirnya dia cukup yakin tak dapat lagi dikejar oleh musuh dia pun memperlambat larinya dan mencoba menajamkan matanya untuk mencari sebuah tempat istirahat.
Setelah cukup lama dia mencari dia melihat sebuah gua di dalam hutan itu, mulut gua itu hanya cukup untuk masuk seseorang, tapi ketika dia berhasil masuk ternyata didalam gua keadaanya cukup luas dan ada sebuah batu yang nampak rata cukup untuk berbaring. Dia pun segera merebahkan tubuhnya dan mencoba mengatur nafasnya yang masih kelihatan kacau itu. Ketika akhirnya nafasnya sudah normal kembali dia pun mencoba menutup matanya sekedar mengistirahatkan tubuhnya yang diserang rasa lelah dan kantuk. Untuk beberapa saat sepertinya dirinya berhasil untuk tidur, ketika akhirnya dia membuka matanya tubuhnya terasa sangat segar.
Setelah kesadarannya penuh kini dia melihat sekeliling, pandanganya menyapu ke seluruh bagian gua. Ternyata gua itu memiliki banyak cabang, tapi ada satu cabang gua yang lubangnya cukup besar untuk dilewati, ada sesuatu tak terjelaskan yang menarik minatnya untuk masuk lebih dalam lagi ke dalamnya. Dia pun bangkit dan berjalan masuk, belum lagi sampai ke langkahnya yang ke dua puluh dia dapat melihat sebuah cahaya dari dalam gua itu. Rasa penasaran Rajendra pun makin membesar, maka dipercepatlah langkahnya untuk mencari tahu asal cahaya itu. Semakin dekat dia dari asal cahaya itu dia sadar cahaya itu berwarna biru jelas sekali bukan cahaya yang berasal dari sebuah api atau pun obor.
Ketika akhirnya dia menemukan sumber cahaya itu dirinya seolah tak percaya dengan apa yang sedang dilihatnya, cahaya itu berasal dari sebuah pedang yang tertancap pada dinding gua. Diapun mendekatinya dan nampak jelas pedang itu sangat anggun lebih dari sekedar bagus. Gagangnya yang berbentuk kepala burung rajawali di ujungnya itu nampak dihiasi ornamen yang rumit, belum pernah seumur hidupnya dia melihat pedang yang begitu indahnya. Ketika dia memegang dan membelai gagang pegang itu makin kelihatan lagi kesan mewah pada senjata itu. Rasa ingin memiliki pedang itu menyeruak masuk kedalam hatinya, dirinya kini seolah tenggelam dalam ketamakan dan tak mungkin lagi dia dapat menghindari keinginannya itu.
Maka dengan segenap kekuatannya dia mencoba mencabut pedang itu dari dinding. Usaha pertama yang dilakukanya gagal sepertinya pedang itu tertancap cukup kuat di dinding gua, tapi Rajendra tak menyerah, dia terus berusaha dan mencoba mencabut pedang itu. Pedang itu akhirnya berhasil dicabut oleh Rajendra, entah oleh usahanya yang keberapa kalinya. Cahaya yang berasal dari pedang itu perlahan meredup dan menghilang. Detik berikutnya dia kaget tiba-tiba dinding gua tempat menancap nya pedang perlahan bergeser dan membuka dia lebih kaget lagi ketika dari dalam dinding yang bergeser itu tiba-tiba muncul sosok orang tua yang memakai pakaian serba putih dan berjenggot putih hampir sampai ke dada. Sosok tua itu hanya berdiri diam dan berkata
" Aku sudah lama menunggumu.."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
rajes salam lubis
lanjutkan mantap
2023-01-28
0
rajes salam lubis
hah yg bener..
2023-01-28
0
Endanks
heeeeeewmmmm masih nyimak wae Thor 😁
2021-12-16
1