Dengan tinggi 170cm Rajendra termasuk jangkung untuk seseorang di masa itu, tubuhnya berotot dadanya bidang namun gerakanya selalu lentur dan luwes. Wajahnya kelihatan jantan dengan tulang pipi yang menonjol, bibirnya penuh dan alisnya yang lebat menambahkan kesan jantan itu. Dia dibesarkan oleh Kanaka, seorang ayah yang gila tata tertib yang tak tahu cara memanjakan anak.
Ibunya telah meninggalkannya saat kecil, dalam usia 10 tahun dia tak tahu kenapa Ayah dan Ibunya berpisah, penjelasan tentang perceraian pada usianya jelas tak cukup membantu pemahamannya. Dia selalu merasa kikuk ketika bersama ayahnya, tak ada hari dilewatinya tanpa latihan bela diri. Pernah suatu ketika dia kabur dari rumah dan mencoba menemui ibunya. Ibunya yang telah pindah ke desa lain, disana telah menikah lagi dan mempunyai anak. Ketika Rajendra berhasil menemui ibunya dia dibawa oleh ibunya ke belakang rumahnya, dipeluk erat tubuhnya dan ibunya segera berucap "kembalilah kepada ayahmu.." tak ada yang lebih paham tentang apa yang akan dilakukan ayahnya jika tahu anaknya hilang selain ibunya.
Dan benar saja sebagai pendekar yang cukup disegani di desanya begitu tahu jika Rajendra hilang Kanaka segera mengutus beberapa orang untuk mencarinya. Tentu saja dia sudah tahu kemana kiranya Rajendra pergi. Ketika Rajendra ditemukan dia diikat diatas kuda dan diserahkan kepada ayahnya yang sedang diselimuti oleh amarah. Ayahnya menghajar Rajendra seolah berusaha menghilangkan nyawanya, dengan suara keras dan tanpa ampun dia ingat betul ultimatum ayahnya saat itu "..JIKA SEKALI LAGI KAU PERGI DARI RUMAH TAK AKAN KU ANGGAP SEBAGAI ANAK LAGI.."
Begitu membekas ketakutannya saat itu hingga tak pernah lagi ada niat untuk menemui ibunya lagi. Ketika pada suatu hari dia mendengar kabar jika ibunya meninggal, Rajendra mulai berubah, dari seorang anak yang pendiam menjadi seorang yang begitu nakal. Kejailannya waktu itu kadang sudah mendekati ke hal yang membahayakan orang lain, ayahnya pun sudah mulai takut dengan segala kenakalan yang Rajendra lakukan.
Saat sang Ayah mendatanginya dengan pentung ditangan, Rajendra malah menantangnya dengan sebilah kayu. Tak ada lagi yang mampu membendung keliaran anak itu karena pada usia yang baru 15 tahun itu tubuhnya sudah seperti orang dewasa.
Suatu ketika pernah ada seorang tak dikenal yang mengaku pendekar pengelana, pendekar itu mengibarkan panji-panji dan bersedia menantang siapapun untuk bertarung dengan hadiah bila berhasil mengalahkannya. Seketika itu Rajendra maju menantang dan dengan cepat berhasil keluar sebagai pemenang dengan mudahnya. Pujian pun mengalir untuknya, namun penghargaan dari orang kampung itu hanya sekejap saja. Karena dengan semakin bertambahnya usia, Rajendra semakin brutal dan tak dapat lagi dikendalikan. Ketika sang Ayah yang selalu keras dan kaku itu akhirnya menghembuskan nafas terakhir, unsur kejam dalam diri Rajendra makin membesar lagi.
Hanya karena Utari sang adiklah dia masih bisa sedikit dikendalikan. Besarnya rasa sayang Rajendra pada adiknya, membuatnya merasa tak tega ketika air mata mengalir dari pipinya, karena itu biasanya dia melakukan apapun yang adiknya minta.
Sungai yang nampak jernih membelah di sebuah perkampungan, pohon-pohon masih kelihatan asri dan alami tumbuh disekitar desa itu. Penduduknya tampak rukun meski kehidupan mereka tak terlihat makmur, namun bisa tampak kalau mereka bahagia. Rasa sosial dan toleransi masih dijunjung sebagai kebiasaan di desa itu. Kebanyakan penduduknya adalah petani sebagian sebagai tukang kayu, pedagang dan peternak. Desa seruni itulah nama desa itu, desa tempat Rajendra tumbuh dan besar. Dan di desa itulah saat ini Rajendra berusaha untuk kembali.
Sejak memutuskan untuk kembali ke desa, Rajendra memang sudah membayangkan tentang perubahan yang mungkin terjadi di desanya. Tapi setelah saat ini dia melihat kampung halamannya di depan mata perubahan yang terjadi sungguh di luar dugaannya.
Dari jalan masuk menuju desanya saja sudah terlihat perbedaan itu, sekarang di sana sudah dibangun semacam pos penjagaan. Terlihat beberapa prajurit sedang berjaga disana, salah seorang prajurit itu nampak ditugaskan untuk menanyakan ke setiap orang asing yang mau masuk ke desa Seruni. Disekitar tugu masuk desa juga kelihatan dipasang kayu kayu pancang mengelilingi sebagian desa itu.
Rajendra berjalan sambil mengamati setiap perubahan yang terjadi di sekitar pedesaan itu. Ketika akhirnya dia sampai di depan pos jaga, Rajendra pun tak lepas dari pemeriksaan itu. Ketika sampai gilirannya untuk diperiksa prajurit itu bertanya,
"Siapa namamu, apa tujuan anda ke desa ini?" Tanya petugas jaga dengan ketus.
"Saya Rajendra, saya hendak mengunjungi saudara saya" Jawab Rajendra dengan tenang
"Dan siapakah nama saudara yang anda maksud itu?"
"Utari" ucap Rajendra yakin.
Prajurit yang ditugaskan berjaga itu pun kelihatan membuka buku catatan dan sepertinya sedang mencari nama Utari disitu. Sejenak kemudian dia nampak terkejut tapi kemudian dengan cepat dapat menenangkan dirinya dan berkata cepat "Tak ada orang yang bernama Utari di desa Seruni"
Merasa yakin jika adiknya masih tinggal di desa Rajendra mencoba berusaha bertanya,
"Apa bapak yakin?, saya merasa ada yang salah dengan buku catatan itu" ucap Rajendra berusaha membangkang.
Tiba-tiba nada bicara petugas itu meninggi,
"Tidak ada yang salah, lekas pergi dari sini sebelum mereka mengusir mu dengan kasar" Kata petugas itu sambil menunjuk ke arah prajurit-prajurit di pos jaga yang kelihatanya sedang bersenda gurau karena salah satu diantaranya nampak tertawa terbahak-bahak.
Meskipun merasa tidak puas dengan jawaban petugas itu, Rajendra memutuskan untuk segera berbalik karena tak ingin membuat keributan disitu. Akhirnya Rajendra memilih untuk pergi, pikirannya sekarang dipenuhi dengan tanda tanya besar.
"Apa yang sebenarnya terjadi?, Kenapa petugas itu tadi nampak sedikit terkejut ketika memeriksa nama Utari?" Tanyanya dalam hati.
Rajendra yakin tak akan dia mendapat jawaban pasti kalau tak mencari tahu sendiri. Maka diapun memutuskan untuk menyelidiki semuanya. Akhirnya Rajendra mencoba mencari jalan lain untuk masuk ke desanya. Karena dia memang di besarkan disitu, maka dia sangat paham dengan jalan setapak untuk masuk ke desanya. Jalan tanah yang sedang ditempuhnya itu melewati sebuah bukit kecil dan menembus ke belakang desanya yang berupa ladang jagung. Ketika dia melewati ladang itu, dia melihat salah seorang petani yang juga adalah tetangganya dulu, meski tak ingat dengan namanya dia masih ingat wajah orang itu. Petani itu nampak kaget melihat Rajendra, dia mencoba kabur dari situ. Rajendra yang bertekad mencari tahu tentang keadaan adiknya segera mengejar orang itu. Kecepatan Rajendra tentu bukan tandingan orang tua itu, dalam sekejap saja orang itu sudah berhasil ditangkap dan dijatuhkan ketanah.
"Kenapa juga bapak kabur?, apa bapak lupa dengan saya?" Tanya Rajendra kesal.
"Ampun...saya takut, saya kaget anda kembali ke desa ini" orang tua itu nampak hampir menangis.
"Tapi untuk apa mencoba lari?, bukankah Bapak kenal saya?" Kata Rajendra sambil mengeraskan genggaman tangannya.
"Tentu saja saya tau, anda Rajendra anak tuan Kanaka, saya takut dan reflek lari tuan.."
"Lupakan itu, sekarang ada yang mau ku tanyakan padamu, apa yang terjadi dengan adikku apa yang sebenarnya sekarang terjadi di desa? Dan jangan mencoba bohong atau ku patahkan tanganmu !" ancam Rajendra yang masih memegangi tangan kurus petani itu.
Petani itu bercerita dengan prolog panjang dan diakhiri dengan tangisan. Rajendra pun melepaskan genggamannya dari tangan petani itu, wajahnya tampak marah ketika mendengar cerita orang itu. Dari ceritanya dia kini tahu, jika orang-orang di desa yang terlihat masih muda diambil secara paksa oleh pihak penguasa, yang lelaki akan dijadikan prajurit dan wanita muda yang terlihat cantik akan dibawa ke istana untuk dijadikan selir atau pelayan. Tentu saja Utari adik Rajendra salah satu yang dibawa ke istana karena tak akan ada penduduk desa yang mengingkari jika dikatakan Utari adalah kembang desa di desa Seruni.
"Sial..!!" Teriak Rajendra sambil memukul batang sebuah pohon. Dia merasa kesal karena sadar tak ada yang saat ini bisa dilakukan untuk menyelamatkan adiknya. Dia tahu meskipun jika dia nekat menerobos masuk ke istana dan mencoba mencari adiknya, kemungkinan dia hanya akan terbunuh sebelum sampai kedalam benteng. Kekesalan itu berangsur menjadi sebuah kesedihan, dia nampak putus asa dan memandang ke langit, dia membayangkan senyum di wajah adiknya matanya nampak berkaca kaca. Justru ketika saat itu tiba-tiba datang dua orang prajurit yang sepertinya sudah melihat Rajendra dari kejauhan.
"Siapa kamu?apa yang sedang lakukan disini?" Tanya salah satu prajurit yang membawa tombak, sambil berusaha mengancam dengan mengarahkan tombak itu kearah Rajendra.
Tak ada niat Rajendra menjawab pertanyaan itu dengan kata-kata, karena inilah kesempatan baginya untuk melampiaskan kemarahannya. Dengan sebuah gerakan cepat dia rampas tombak itu dan menyapukannya ke arah prajurit yang lain, gagang tombak itu berdesit mengenai kepala prajurit yang tidak siap dengan serangan itu, lalu dengan gerakan yang sama cepatnya dia hujamkan ujung tombak itu kepada prajurit yang lain. Dua prajurit itu nampak roboh dan mati.
Petani yang melihat pemandangan yang mengerikan itu seketika lari ketakutan dan berteriak-teriak seperti kesetanan. Rajendra sadar dirinya kini telah menjadi musuh pemerintahan yang sedang berkuasa karena telah membunuh dua prajurit itu, dirinya tentu saja kini jadi buronan. Lekas-lekas dia meninggalkan tempat itu dan berlari kearah bukit, larinya semakin dipercepat ketika dia sadar mendengar suara riuh orang-orang dibelakangnya. Dia terus berlari semakin jauh masuk ke dalam hutan dan menghilang dalam rimbunnya pepohonan. Beberapa prajurit yang sedang berpatroli sepertinya mendengar suara teriakan minta tolong dari petani itu. Mereka tampak berlari mencari sumber suara, ketika mereka melihat petani yang berlari, seorang prajurit menghadangnya dan bertanya,
"Ada apa? apa yang terjadi?"
"Di sana, di sana ada orang yang membunuh dua prajurit" Jawab petani itu sambil menunjuk ke arah yang tak jelas.
"Dimana? tenangkan dirimu dan tunjukan tempatnya sekarang" Ucap salah satu prajurit yang sudah datang mendekati mereka.
Petani itu pun tampak mengambil nafas dan mulai berhasil menenangkan dirinya, kemudian dia menuntun para prajurit itu ke tempat kejadian. Melihat teman-temannya di bunuh dengan keji darah beberapa prajurit itu bergolak, amarah mereka memuncak.
"Siapa yang melakukan ini?" Tanya seorang prajurit dengan nada tinggi pada petani itu.
"Namanya Rajendra tuan dia dulu penduduk desa ini" Jawab petani itu ketakutan.
"Rajendra" Batin para prajurit itu, nama yang akan mereka ingat dan mereka bertekad akan membalas setiap perbuatannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
rajes salam lubis
lanjutkan mantap
2023-01-27
0
rajes salam lubis
mantap bener
2023-01-27
0
Endanks
. masih nyimak aja teerruuuuusssssss lanjut thor'😜
2021-12-16
1