Karena kelelahan, Zia tertidur masih menggunakan PDH dan belum sempat membersihkan diri. Dia terbangun saat mendengar ponselnya yang terus berbunyi. Ditambah adiknya yang berusaha membangunkan dirinya dengan menggelitiki kakinya dan menguncang tubuhnya.
"mbak, ayo bangun udah sore, ponselnya juga bunyi terus tuh dari tadi" Adiknya yang bernama Riko itu terus mengguncang tubuh kakaknya agar cepat terbangun.
"ah ganggu aja sih, aku masih capek tau gak sih" Suara Zia serak khas orang bangun tidur.
"udah mau maghrib mbak, kata ibuk kalau gak bangun nanti didatengin mbah Darmi lho" Zia yang mendengar nama tetangganya yang sudah meninggal beberapa hari lalu langsung tersentak bangun dari tidurnya.
"ih berisik banget sih, pakek bilang kayak gitu lagi" Gerutunya.
"biarin, habisnya tidur udah kayak kebo aja, dibangunin dari tadi gak bangun-bangun" Riko langsung ngacir saat tahu kakaknya bersiap melempar bantal pada dirinya.
Melihat adiknya sudah keluar kamar. Dia mengecek ponselnya, ada beberapa chat WA dan 5 panggilan tak terjawab dari nomor baru.
"nomor siapa sih ini, telfon sampai berkali-kali" sambil menggerutu dia membuka satu persatu pesan WA-nya.
Ada pesan dari grub kelas, teman SMP nya tapi ada satu pesan dari nomor baru yang mengalihkan perhatiannya.
+6285649******
hai, udah sampai rmh belum?
aku Aji, ternyata benar nomormu sudah ada digrub.
"oh ternyata kak Aji, gimana ya bales... enggak... bales... enggak..." Zia masih bingung harus balas atau tidak. Hati dan fikirannya kali ini sedang bertentangan.
Si hati maunya membalas pesan tersebut. Tapi si otak berfikir realistis apa lagi setalah apa yang ia lihat di parkiran sepulang sekolah tadi.
Tak mau ambil pusing, dia pun segera bangkit dari kasurnya. Ia ingin mandi agar bisa lebih rileks dan bisa kembali berfikir jernih. Apalagi hari juga sudah semakin gelap. Mandi terlalu malam menggunakan air dingin itu tidak sehat, bisa menyebabkan rematik. Masak masih muda udah kena rematik aja, apa kata dunia.?
Selesai mandi dan badan juga udah segar kembali. Seperti biasa dia melihat film kartun kesukaannya sambil makan dan juga bermain ponsel. Multitasking. Ponselnya pun berdering tanda ada pesan masuk.
+6285649******
kok cuma di read aja
jangan lupa save ya nmbr aq
Zia
maaf baru sempat pegang ponsel, iya insyaallah nanti di save kalau gak lupa
Setelah mengirim pesan tersebut Zia langsung menyimpan nomor tersebut. Gerakannya berbanding terbalik dengan ucapannya di chat yang ia kirimkan tadi.
¤¤¤
Kegiatan pembekalan PKL kelas XI berjalan lancar. Tak terasa sudah diujung acara. Hari ini adalah hari penutupan kegiatan serta seremonial pelepasan kelas XI yang akan mengikuti PKL.
Banyak cerita dibalik kegiatan selama seminggu ini. Ada banyak pasangan terjebak cinlok. Tak terkecuali Zia dan Aji. Mereka berdua semakin dekat meskipun belum berstatus sebagai pacar. Bahkan ada beberapa kakel yang iri melihat kedekatan Zia dengan mantan ketos tersebut. Siapa lagi kalau bukan Aji.
Hingga pada saat selesai upacara seremonial. Ada seorang cewek yang beberapa hari lalu ditemuinya di parkiran menemui Zia.
"loe kan yang namanya Zia?" tanya cewek itu tanpa basa basi.
"iya, ada apa ya mbak?" Zia pun balik bertanya karena merasa dia tidak pernah dekat dengan kakak kelas sehingga gak ada alasan kakak kelas mengenal namanya.
Cewek itu pun tanpa aba-aba langsung menjambak rambut Zia. "loe gak usah sok kecantikan deh buat ngedeketin Aji. Dia itu pacar gue jadi loe gak usah macem-macem"
"eh mbak lepasin, sakit tau" Zia pun berontak berusaha melepas tangan cewek itu dari rambutnya. "mbaknya salah orang kalau nuduh saya deketin kak Aji. Semua juga tau kalau kak Aji sendiri yang suka ke ruang kesehatan buat nyari saya."
"eh loe sok kecantikan banget bilang Aji yang ngedeketin loe"
"emang nyatanya gitu, kalau dia emang pacar situ makanya jagain. Lagian kak Aji aja bilang dia masih jomblo, situnya aja kali ngaku-ngaku"
Zia yang merasa tidak bersalah pun terus membela diri saat cewek tersebut mengata-ngatainya. Sampai menimbulkan kegaduhan yang membuat siswa lain yang belum pulang berkerumun untuk melihat apa yang telah terjadi.
Aji yang sedang mencari-cari keberadaan Zia pun akhirnya ikut mendatangi keruman tersebut. Saat tau yang jadi bahan tontonan adalah Zia, dia pun segera menerobos masuk kerumunan.
"ada apa ini? Yang lain bubar!" bentak Aji dengan sorot mata tajam kearah siswa yang berkerumun.
"ada apa sih, sampai bikin geger aja" tanya Aji pada kedua gadis didepannya setelah kerumunan membubarkan diri.
Cewek itu pun tak langsung menjawab. Akhirnya Zia lah yang angkat bicara "kakak tanya aja sama pacar kakak ini" ketusnya.
"pacar? siapa?" tanya Aji bingung.
Zia hanya mengedikan bahu. Sedangkan cewek tersebut langsung angkat bicara "aku lah, aku kan pacar kamu, Ji." Dan cewek itu pun merangkul tangan Aji dengan mesra.
"lepas tangan gue!" Aji pun menghempaskan tangan cewek itu dengan kasar.
"tapi...."
"oh... gini ya, Zi, gue jelasin. Gue sama dia itu udah putus" potong Aji lalu berpindah menatap cewek tersebut "dan loe! Apa loe lupa kalau gue udah mutusin loe" Lanjut si Aji. "jadi mending loe yang jangan macem-macem sama Zia, dia itu sekarang pacar gue. Sampai loe ganggu dia urusannya sama gue."
"loe mutusin gue cuma gara-gara cewek ini? Tega banget sih loe, Ji. Apa coba yang kurang dari gue," teriak cewek itu.
"udah lah gak penting loe kurang apa, yang penting kita udah putus dan sekarang gue udah jadian sama Zia" ucap Aji tegas.
Zia yang mendengar pengakuan Aji dibuat terkejut. Dia hanya mampu diam dan menunduk.
"sejak kapan kak Aji jadi pacarku. Ngutarain perasaan aja gak pernah" gerutunya dalam hati.
Setelah melalui perdebatan panjang dengan cewek tadi yang ternyata bernama Mike. Aji pun menggandeng tangan Zia dan menariknya keluar ruangan. Zia tak banyak bicara kali ini. Dia masih berfikir mengenai banyak hal, tentang Aji.
Mereka berdua sampai di taman belakang sekolah. Dan mereka masih sama-sama terdiam menatap jauh kedepan.
Tiba-tiba Aji memegang tangan Zia. "maaf ya soal tadi. Aku sama dia udah lama putus"
"gak masalah" jawab Zia sekedarnya.
"Zi, soal ucapanku tadi aku serius. Kamu mau kan jadi pacar aku?" Dia terus menggenggam tangan Zia dengan erat.
Zia tertegun, baru kali ini ada seorang cowok mengungkapkan perasaannya secara langsung. Dia bingung harus menjawab apa. Disatu sisi dia telah jatuh hati pada pandangan pertama. Tapi disisi lain dia takut. Takut jika akan banyak kakel maupun teman seangkatan yang menerornya.
"apa kamu tidak suka sama aku? kenapa kamu diam aja?" tanya Aji yang merasa diacuhkan oleh Zia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 140 Episodes
Comments