Kegiatan pembekalan hari kedua masih tidak jauh berbeda dengan hari pertama kemarin. Cuaca yang panas dipagi sampai siang hari berbanding terbalik dengan sore hari yang sering turun hujan. Dan lengkap sudah penderitaan bagi Zia hari kedua kegiatan ini. Dia lupa membawa topi, alhasil dia harus panas-panasan dibawah terik matahari.
"pakai ini!" Sebuah topi dengan wangi maskulin yang sangat familiar mendarat tepat di atas kepala Zia.
"tapi..." Ucapnya sambil mencoba melepaskan topi dan bermaksud mengembalikan pada empunya.
"udah pakai aja, aku masih ada satu di dalam tas" potong pria itu saat Zia akan melepas topinya. "aku masuk barisan dulu ya, bantu yang lainnya." Tanpa menunggu jawaban, pria itu sudah tunggang langgang menuju barisan meninggalkan Zia di pinggir lapangan.
"terimakasih" Batinnya. Dia terpaku menatap topi dengan bordiran bertuliskan OSIS dengan wangi maskulin yang dua hari ini telah menjadi candu bagi hidungnya. Ada seulas senyum terbit di sudut bibirnya.
"woy...!" Titis tiba-tiba menepuk pundak mengagetkannya. "ngelamun aja, . . . eh bentar deh, ini kan topi OSIS, punya siapa?" Tatapan Titis tajam penuh selidik.
Zia tak mau menjawab, dia hanya tersenyum dan berlalu pergi menuju ruang kesehatan. Titis pun mengejar Zia, dia masih penasaran ingin mencari jawaban.
¤¤¤
Aji di tengah lapangan sedang membantu mengatur jalannya kegiatan bersama OSIS dan Paskibra. Dari tengah lapangan dia curi-curi pandang ke arah dimana Zia dan beberapa tim medis berdiri di pinggir lapangan.
"bener-bener beda sama yang lainnya." Gumam Aji.
"gimana, udah ada kemajuan?" Bisik seorang cowok yang menggunakan seragam sama seperti anggota OSIS lainnya.
"santai, tunggu aja kabar baiknya" Jawab Aji sombong.
"ok, gue tunggu kabar baiknya sebelum malam tahun baru" Balas cowok tersebut dan berlalu meninggalkan Aji.
Aji pun hanya mengacungkan jempolnya kearah cowok tersebut.
Saat jam istirahat lagi-lagi Aji mendatangi ruang kesehatan mencari keberadaan Zia. Dia tak menghiraukan tatapan dari kelas XI yang tadi sempat pingsang maupun tim medis dan anggota OSIS serta paskibra yang berseliweran melewati ruang kesehatan.
"kali ini gue harus bisa dapetin nomor tuh cewek" Batinnya. "tapi dimana sih tu cewek, tumben-tumbenan amat gak ada disini" Dia pun menggerutu sendiri, matanya masih mencari-cari keberadaan Zia.
Akhirnya setelah putus asa mencari di ruangan tersebut dan menunggu sampai beberapa menit tapi tak kunjung melihat batang hidung Zia. Aji pun menemui ketua tim medis yang seangkatan dengan dirinya.
"eh, anak buah loe yang namanya Zia mana?" Tanya Aji pada Fina.
"eh, ada mantan ketos, ngapain loe nyari dia?" Fina bukannya langsung menjawab tapi malah balik bertanya.
"ah ribet loe, jawab aja lah dia dimana sekarang?" Aji terus saja mendesak Fina untuk menjawab pertanyaannya.
"tadi sih katanya mau ke perpus, ada urusan gitu"
"yaudah, makasih"
Aji langsung berlari menuju perpus yang berada di belakang deretan gedung yang digunakan untuk kegiatan ini. Tapi sesampainya di perpus, ia tak menemui seorangpun di sekitaran perpus. Saat masuk pun, perpus nampak sepi hanya ada beberapa anak saja.
Aji berinisiatif untuk bertanya pada petugas perpus daripada dia harus mencari keliling perpus.
"mas, tadi ada anak dari timkes masuk sini gak?" Tanya Aji.
"siapa? Zia?" Pertanyaan dijawab dengan pertanyaan. Itulah petugas perpus yang menyebalkan. Tapi itu mempermudahkannya dalam mencari Zia. Dia pun langsung mengagguk saat nama Zia disebutkan.
"itu tadi masuk keruangan Bu Putrin, tunggu aja disini, palingan bentar lagi juga keluar" lanjut petugas perpus tersebut.
"Zia sering datang kesini ya mas?"
"hampir setiap hari, tapi kalau pas lagi gak ada praktik di lab."
"oalah, rajin juga tuh anak" gumam Aji.
Sambil menunggu Zia keluar dari ruangan Bu Putrin yang berada di perpus. Aji memutuskan untuk duduk-duduk di teras sambil menikmati snack untuk mengganjal perut. Waktu terus berjalan sampai jam istirahat selesai digantikan dengan persiapan apel siang sebelum kegiatan hari ini berakhir. Sedangkan Zia tak kunjung keluar dan anak-anak yang berada di dalam perpus sudah pada pulang tinggal 3 orang yang tengah asik membaca.
Mau tak mau, Aji meninggalkan perpus untuk mempersiapkan apel siang. Meski hatinya masih belum tenang karena tak kunjung mendapatkan apa yang ia cari.
Sampai apel selesai dan dilanjut dengan evaluasi. Zia masih tak kunjung menampakkan batang hidungnya. Jurus yang terakhir, Aji pun menunggunya di parkiran.
"Ji, ngapain disini? Kok gak langsung pulang?" Tanya cewek berseragam OSIS.
"lagi nunggu orang." Jawab Aji cuek.
"nungguin gue ya, yaudah yuk pulang kalau gitu" tanpa basa-basi cewek itu pun langsung merangkul mesra lengan Aji.
Bertepatan dengan itu muncul lah Zia dari arah gedung perpus. Dia bersama Titis tengah asik berbincang saat baru menyadari ada keributan kecil di ujung parkiran.
"dasar play boy cap kadal!" batin Zia.
"Zi, bukannya itu kak Aji ya, yang tadi topinya kamu pakek itu kan?" Tanya Titis sambil menajamkan pandangan ke ujung parkiran.
"may be" Jawab Zia sambil mengedikan bahu acuh.
"dasar ya cowok. Bisanya baperin anak orang sana sini"
"emang siapa yang dibaperin, udah pulang aja yuk, capek aku habis ngadepin Bu Putrin"
Akhirnya mereka berdua pun berjalan melewati sepasang anak manusia yang sedang bermesraan di lingkungan sekolah. Aji yang menyadari keberadaan Zia pun berusaha melepas rangkulan cewek tersebut.
"lepasin gak!" Perintah Aji dengan tatapan matanya yang tajam kearah cewek tersebut.
Mau tak mau, cewek tersebut melepaskan rangkulannya. Dan Aji pun mengejar Zia yang masih kasak kusuk dengan Titis.
"Zi. . .! Zia. . .!" Aji berteriak memanggil Zia tapi tak mendapat respon "Fauzia. . .!" Sekali lagi dia meneriaki namanya.
Dengan terpaksa Zia pun menoleh kebelakang dan menghentikan langkahnya.
"ada apa kak?" Tanyanya saat Aji telah berdiri di depannya dengan nafas sedikit ngos-ngosan.
"kenapa dipanggil dari tadi gak berhenti sih" Keluh Aji.
"maaf gak denger" Kilahnya "emangnya ada apa?"
"aku mau minta nomor kamu!"
"nomor apa? Baju, sandal, sepatu atau nomor apa nih?"
"terserah deh mau kasih nomor apa, tapi yang terpenting nomor ponsel kamu dulu"
"oh, buat apa? Bukannya di grub WA udah ada ya"
"masak?"
"cari aja dulu di grub, kalau gak ada besok aku kasih, sekarang udah sore aku mau pulang soalnya udah capek juga"
Zia pun langsung pulang, sedangkan Titis sudah pulang ke kos terlebih dahulu tadi saat Zia masih ngobrol dengan Aji. Tanpa Zia sadari ada sepasang mata yang menatap kepergiannya dengan penuh kebencian.
¤¤¤
Sesampainya di rumah, kali ini Zia tidak langsung mandi. Dia memilih untuk merebahkan badannya di atas kasur kesayangannya. Melepas penat, karena seharian mengikuti kegiatan dan harus mengkonfirmasi nilai ujian fisika yang tidak sesuai. Nilai ujian hariannya tidak ada, padahal dia tidak pernah absen saat ada ujian. Kerja kerasnya masak hilang begitu saja, dan harus mengulang sendiri.
Alhasil setelah menjelaskan pada guru pengampu. Memperlihatkan buku agenda miliknya yang berisi catatan nilai setiap ujian harian. Guru tersebut pun menyadari ada kesalahan teknis saat pemasukan nilai sebelum-sebelumnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 140 Episodes
Comments