Aku celingukan di area parkiran sambil menggenggam benda tajam yang kusembunyikan di balik jaket, Layyana tidak ada di sekitar sana. Seharusnya gadis itu masih ada di sekitar sana. Lalu kemana dia pergi? Kulihat motor gadis itu masih teronggok di tempat semula. Artinya gadis itu belum benar-benar pergi.
Bruk!
Tubuhku tertabrak dari arah samping, benda tajam di genggamanku pun terlepas seiringnya dan jatuh ke lantai. Aku menoleh, menatap sosok penabrak. Layyana. Gadis itu melempar senyum sambil berkata, “Maaf, saya nggak sengaja.”
Aku terdiam menatap sikap lembut gadis itu, hingga aku tersadar saat gadis itu memberikan benda tajam yang baru saja dia pungut dari lantai.
“Ini milikmu terjatuh. Pisau bawang ya? tajam sekali!” Gadis itu kemudian melenggang pergi karena tidak mendapat respon dariku.
Suara mesin motor matic terdengar keras meninggalkan area parkiran. Layyana pergi.
Aku memandangi benda tajam di tanganku, lalu membuangnya. Aku tidak membutuhkannya. Mungkin lebih baik bermain simple, tidak perlu menggunakan benda yang sejak tadi tidak berguna. Kutoleh lenganku, tepat dimana tubuh gadis itu menabrak hingga permukaan tubuhnya yang kenyal menempel di sana.
***
Aku sudah duduk di dalam sebuah taksi, dalam perjalanan untuk menghadiri pesta Rendi, abang kandungku. Penampilanku jangan ditanya, sangat rapi menggunakan tuxedo putih dan celana warna senada. Setelah sepuluh tahun aku pergi dari rumah, sekarang saatnya aku kembali. Aku juga ingin menyaksikan Bang Rendi menikah. Sejenak kulupakan masalah dendam. Fokusku pada keluarga sekarang.
Entah apa tanggapan bunda Aisyah mengenai aku. Terakhir kali aku pergi dalam situasi amarah bunda yang mendidih sesaat setelah aku berkelahi dengan anak tetangga, aku kabur dan tidak pulang-pulang. Kuanggap diriku merantau dengan meniti jejak Arkhan, dulu dia seorang mafia besar di kota metropolitan. Sekarang, semua itu sudah kutinggalkan. Dan aku ingin pulang.
Bunda… Aku ingin menemuimu.
Taksi berhenti di depan sebuah rumah sederhana, di sisi kiri terdapat pohon jambu. Dulu saat aku masih berusia empat belas tahun, aku sering memanjatnya meski pokok dan rantingnya masih sangat kecil. Dan sekarang pohon itu sudah tumbuh dengan gagah dan kokoh. Tampilannya kini jauh berbeda setelah puluhan tahun kutinggalkan, mulai dari cat, tiang jendela dan lain sebagainya sudah banyak didapati renovasi hingga tampilannya lebih elegan dan modern meski tetap terkesan sederhana dan sedikit klasik di setiap sisi sudutnya.
Tidak banyak orang yang datang ke rumah, sebab pernikahan Bang Rendi dilangsungkan di masjid yang jaraknya lumayan jauh dari tempat tinggal Aisyah, bundaku. Dan di masjid itu juga para tetangga dan seluruh kerabat sudah menunggu.
Sosok pria keluar dari rumah mengenakan tuxedo putih, tak lain Rendi. Dia pria yang dulu sering berkelahi denganku saat berebut mainan atau hanya sekedar berebut sepeda. Ah, aku rindu masa-masa itu. Meski konyol, tapi menyenangkan. Sengaja aku menyamakan pakaian karena aku tahu kesukaan Rendi adalah warna putih. Dan tidak kusangka dia juga mengenakan tuxedo.
Sosok wanita paruh baya menyusul keluar mengenakan kebaya warna senada. Menyusul beberapa orang yang kupastikan adalah para tetangga, jumlahnya hanya sekitar sepuluh orang saja. Selebihnya sudah lebih dulu menunggu di masjid.
Kulangkahkan kaki menuju ke rumah.
Sejurus mata menatapku dengan penuh Tanya. Mereka pasti sedang mempertanyakan siapa diriku, yang tiba-tiba muncul dan asing di mata mereka. Bahkan mengenakan tuxedo seperti seorang yang sukses. Untuk menghadiri pernikahan abangku, inilah penampilan yang harus kutunjukkan.
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
ternyata kmu babang reza ku😳 temen nya babang Arkhan, ah.. kangen kmu babang wkwkwk aku kira kmu udh ditelan bumi🥺😂🤧
2022-08-24
1
Say Yang ,sama2
cerita nya berlanjut ya,,dari keturunan arkan
2022-05-04
0
ren rene
suka baca karya kak emma. good job
2022-04-15
0