Sebuah mobil fortuner menghampiriku sesaat setelah aku melintasi pintu kaca utama hotel. Gegas aku masuk ke mobil milik Elson. Saat ini aku benar-benar sedang membutuhkan bantuan Elson, segala keperluanku pun dibantu olehnya. Mulai dari keuangan, mobil, bahkan mencarikan hotel pun dilakukan oleh Elson. Sepertinya Elson sedang membalas jasa setelah pengorbanan bertubi-tubi yang dulu aku pernah lakukan kepadanya. Aku dulu saat memiliki banyak uang juga sering membantu kehidupan Elson baik berupa materi maupun tenaga. Sekarang keadaan berbanding terbalik, roda pun berputar, kadang di atas-kadang di bawah. Aku sekarang berada di bawah, dan Elson-lah yang memiliki kehidupan lebih baik.
Elson menghentikan mobil di tepi. “Itu dia!” tunjuknya pada sosok gadis berjilbab putih, dengan pakaian longgar warna senada, tampak rompi warna biru muda yang juga longgar menutup area dada sampai ke lutut. Tubuhnya tinggi dan langsing, dengan kulit wajah yang putih.
Jika melihat penampilannya, akan banyak orang tidak percaya bahwa gadis itu adalah dalang kematian keluargaku. Termasuk diriku. Namun kembali kusangkal, bahwa penampilan bukanlah kenyataan.
Kubuka galeri foto, ku-klik gambar wajah Layyana Azalia di ponsel, mencocokkan wajah gadis yang sedang berjalan keluar dari minimarket itu dengan foto di ponsel. Sesaat setelah melihat foto di galeri ponsel, manik mataku mengarah ke wajah gadis itu. Benar, wajah gadis itu sama persis dengan yang ada di galeri fotoku.
Bahkan semakin gadis itu mendekat, maka semakin tampak jelas wajah yang serupa.
“Apa yang akan kita lakukan sekarang?” Tanya Elson.
“Kau tahu dimana alamat rumahnya?” aku balik Tanya.
“Kudengar dulu gadis itu tinggal di jalan Melur, tapi sekarang sudah pindah. Aku kurang tahu alamat rumah barunya.”
“Ikuti dia!” titahku saat melihat gadis itu memakai helm dan menaiki kendaraan roda dua.
Mobil bergerak mengikuti motor yang dinaiki gadis itu. Jaraknya tidak begitu dekat karena takut gadis itu akan curiga.
“Elson, apa kau yakin gadis itu pelakunya?” tanyaku untuk meyakinkan.
“Semua bukti sudah kukumpulkan, akurat. Dan memang gadis itulah pelakunya. Tidak diragukan lagi,” jawab Elson meyakinkan. Kemudian dia menoleh ke arahku. “Apa kau tertipu dengan penampilannya? Itu muslihat. Apakah kau pikir orang berpenampilan alim tidak bisa berbuat jahat? Di negeri kita ini ada dua versi penampilan, pertama penampilan orang yang terlihat alim, dan kedua penampilan yang tidak alim dengan baju yang serba terbuka. Jangan kau kaitkan antara penampilan dengan perbuatannya, sebab itu adalah dua hal yang berbeda. Sedangkan di Arab sana, pembunuh pun tetap berhijab. Apakah ada orang yang mengaitkan antara hijabnya dengan perbuatannya? Tidak, Rico.”
Aku mengingat seluruh barang buti yang dikumpulkan oleh Elson, tentang kematian keluargaku. Dan tidak bisa dipungkiri, bahwa memang seluruh bukti akurat mengarah pada gadis itu.
Rasanya aku ingin memerintah Elson menabrakkan mobil ke arah motor yang dikendarai gadis itu, sayangnya motor gadis it uterus melaju di area keramaian. Aku bukan orang bod*h yang menjalankan misi setol*l itu. Perlu kewaspadaan dan pemikiran yang matang supaya dendam terbalaskan dengan rapi.
Aku terus mengawasi gadis yang sampai saat inis etia mengendarai motor maticnya. Motor berbelok di sebuah perumahan komplek. Jalan yang dilalui cukup lebar, dengan sisi kanan dan kiri jalan merupakan komplek perumahan. Motor berbelok memasuki halaman rumah.
Oh.. ternyata gadis itu sudah sampai di rumahnya. Rumah sederhana dengan halaman yang tidak begitu luas. Aku memerintah Elson menjalankan mobil meninggalkan rumah itu saat gadis itu memasuki rumah.
“Aku perlu memikirkan hal ini lebih lanjut,” tukasku dan diangguki oleh Elson.
***
TBC
L o v e,
E m m a S h u
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
Ashilah Zea
udah lupa rico itu yg mana ya di novel salah nikah.
yg aku ingat arkan ma reza
2022-07-21
2
Ros Tikawati
masih nyimak.....😊😊😊
2022-05-13
0
Nasa
Hahaha. ... rambut sama hitam hati siapa yang tahu...#kaurasa
2021-12-20
0