Hari Pernikahan Dan Kepergian Kakek

Besok hari Naya sudah siap dengan kebaya dan kain songketnya. Dandannya sederhana, dia merias sendiri wajahnya. Belajar melalui YouTube. Dua orang saksi sudah juga hadir disana. Kakek dan penghulu sudah duduk di ruang tamu. Acara itu hanya sederhana, dihadiri oleh pejabat RT setempat dan ustad dikampungnya. Naya masih didalam kamarnya. Duduk ditepi tempat tidur. Tepat pukul delapan pagi akad nikah dimulai.

"Saya terima nikahnya Kanaya Davilla Myezha binti David Myezha dengan mas kawin sebuah cincin emas seberat lima gram dan seperangkat alat solat dibayar tunai !!!"

Dengan lancar Rian menyebutkan akad nikah dan para saksi dan ketika penghulu bertanya, para tamu yang hadir menyambutnya dengan ucapan ... Saaaaahhh... ..

Setelah ijab kabul diucapkan, Naya dipanggil oleh penghulu untuk menemui suaminya di depan. Semua mata terpesona oleh keanggunan Naya saat itu. Kebaya putih dan kain songket begitu padu dengan paras cantiknya.

Rian menyematkan cincin mas kawin di jari manis tangan kanan Naya. Lalu Naya mengambil tangan suaminya dan mencium punggung tanggannya. Rian membalasnya dengan mencium kening istrinya itu.

Raut wajah bahagia terpancar dari muka kakek. Dia bangkit dari duduknya dan tiba-tiba kepalanya berputar-putar cepat sekali lalu dia tak sadarkan diri. Semua yang disana merasa panik dan segera membawa kakek kerumah sakit.

Naya masuk kekamar mengambil beberapa potong pakaian nya lalu menyusul suaminya ke mobil menuju Rumah Sakit Bakthi Wara. Setelah tiga puluh menit perjalanan akhirnya mereka sampai di ICu rumah sakit. Dokter segera memberikan pertolongan pada kakek.

"Kakek... Aku mohon bertahanlah" gumam Naya cemas.

Rian menghampiri istrinya dan memeluknya. Mentransfer kekuatan pada perempuan yang baru dinikahinya itu. Naya menangis dalam pelukan Rian. Dia benar-benar cemas dengan keadaan kakek.

"Lebih baik kamu berganti pakaian dulu, sayang. Kamu pasti tak nyaman dengan baju itu?" ucap Rian.

Naya menuju kamar mandi dan mengganti bajunya dengan pakaian yang dibawanya tadi. Tak lama dia kembali ke sisi suaminya. Dua jam menunggu akhirnya dokter datang menemui mereka.

"Kanker? Stadium akhir?" Naya tak percaya dengan apa yang didengarnya.

"Benar. Sejak dua tahun yang lalu saya menyarankan agar kakek menjalani perawatan intensif rutin dirumah sakit."

"Aku tak pernah tahu itu, dokter. Apakah kakek bisa diobati" tanya Naya pada dokter yang merawat kakek.

"Sel kangker nya sudah menjalar ke organ tubuh lainnya, saya tak ingin memberi harapan lebih"

"Kakek tidak akan tertolong lagi?" ucap Naya lirih.

"Kita hanya bisa berdoa semoga semangat hidup kakek masih kuat dan dia mampu melewati semua ini"

Naya merasa seluruh tubuhnya lemas. Dia nyaris jatuh, untung saja Rian dengan sigap memegang tubuhnya.

******

Sudah pukul sebelas malam. Kakek masih juga belum sadarkan diri. Pukul satu dini hari nafas kakek mendadak menjadi sesak. Tak lama dokter dan para perawat datang. Lima belas menit dokter berjuang menyelamatkan kakek, namun nyawanya tidak tertolong lagi.

Naya histeris menangisi kepergian kakeknya. Suasana duka menyelimuti ruang ICU. Pukul 01.15 wib kakek menghembuskan nafas terakhirnya.

******

Kanaya mencoba menghubungi Papinya. Namun lagi-lagi responnya negatif. Akhirnya kakek di makamkan tepat disebelah makam almarhumah nenek dan maminya. Para pelayat yang datang mengucap rasa bela sungkawa kepada Naya. Naya hanya membalas ucapan itu dengan senyum kesedihan.

Rumah terasa sepi tanpa kakek. Naya berdiri mematung didepan pintu kamar kakek. Masih terbayang dimatanya kakek yang sedang tertidur di atas tempat tidurnya.

Dari belakang Rian mendekati istrinya. Memeluk pinggangnya. Naya menyandarkan kepalanya dibahu suaminya.

"Yang ikhlas, ya ... Dek. Biarkan kakek tenang disana" Rian memberikan support dan kekuatan hati pada perempuan halalnya itu.

"Aku masih tidak percaya Kak, kalau kakek akan pergi secepat ini. Aku tak punya siapa-siapa lagi sekarang" mata Naya mulai menggenang.

Rian memutar tubuh istrinya. Mereka saling berhadapan. Tangannya membelai lembut pipi istrinya yang masih dibasahi dengan airmata. Menghapus semua airmata yang mengalir di pipi halus perempuan halalnya itu.

"Sayang, kamu masih punya aku. Sekarang aku suami mu. Dan kamu adalah istriku. Sekarang hidupmu adalah tanggung jawabku" ucap Rian sambil tersenyum pada Naya. Naya memandang pada Rian. Kata-kata Rian memberinya kekuatan hati yang luar biasa.

"Besok kita urus surat pindah mu sekalian berkas pengantar untuk ke KUA"

"Surat pindah?" tanya Naya.

"Iya, Sayang. Aku sudah memundurkan cutiku satu atau dua hari. Lusa aku harus sudah masuk kerja. Aku tak mungkin meninggalkan istriku seorang diri disini. Kamu mau kan ikut kemanapun suamimu pergi?" tanya Rian lembut sambil membelai rambut perempuan halalnya.

"Iya, Kak" jawab Naya yakin.

******

Terpopuler

Comments

Bunda Nya Elma

Bunda Nya Elma

lanjut thor. . .

2020-07-25

1

Maya Mawardi

Maya Mawardi

lanjut Thor...

2020-06-25

1

Tini Widya Astuty

Tini Widya Astuty

Sampe baper nih. Penulisan jamenunggu

2020-04-27

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!