Permintaan Kakek

"Naya ..." panggil kakek hari itu. Naya baru saja selesai menggosok semua pakaiannya. Dia buru-buru merapihkan gosokan nya. Lalu bergegas menemui kakeknya dikamar.

"Ada apa, Kek?" Naya segera menghampiri kakeknya dikamar.

"Sedang apa kamu, nak?"

"Baru saja selesai menggosok baju, Kek. Ada apa, Kek"

"Duduklah, Nak. Kakek ingin bicara"

"Baik, Kek" Kanaya duduk di sebelak kakeknya. Mendengarkan baik-baik apa yang hendak dibicarakan kakeknya pada dirinya.

"Nak, ... Kakek ini sudah tua dan sakit-sakitan. Kakek takut umur kakek tidak lama lagi. Kakek khawatir sama kamu, Nak. Nanti jika kakek tak ada, siapa yang akan menjaga mu kelak. Kakek tak mungkin mempercayakan mu pada Papimu. Sedangkan dia sendiri tak pernah menemuimu kesini, jika tidak kamu yang kesana" papar Kakek memulai pembicaraan.

"Papi mu pun tak pernah mengirimkan nafkah buat mu, Nak. Selama ini kita hanya hidup dari kita dari hasil dagang kakek diwarung. Dan sudah sebulan sejak kakek sakit warung kita tutup , Nak. Jika kakek tidak ada bagaimana, nasibmu nanti. Siapa yang akan melindungimu, yang akan menjagamu?" jelas Kakek lagi.

"Kakek, jangan terlalu mengkhawatirkan hal itu. Percayalah Naya akan baik-baik saja" Naya mulai terbawa suasana. Hatinya terenyuh mendengar kata-kata kakeknya tadi.

"Bukan begitu. Anak perempuan tanpa mahram akan sangat berbahaya. Akan banyak fitnah, Nak. Kakek berniat menikahkan mu dengan seseorang. Kakek tahu benar latar belakang keluarganya. Dan kakek yakin dia akan bisa menjagamu dengan baik" ucap Kakek kemudian.

"Menikah?? Tapi kan Naya masih sekolah, Kek. Mana bisa"

"Kalau hanya ijab kabul secara agama saja bisa. Nanti setelah kamu cukup umur baru kalian urut surat nikah kalian ke KUA"

"Tapi, Kek ... "

"Kakek harap kamu tidak menolaknya kali ini. Ini semua demi kebaikan kamu"

"Bagaimana dengan Papi, Kek. Dia kan wali nikah Naya. Apa Papi setuju?"

"Kamu bicaralah baik-baik dengan Papimu"

" Ya Tuhan ... tak terbayang olehku harus menikah diumur enam belas tahun" batin Naya.

******

Naya mencoba menghubungi Papinya. Namun Papinya sedang berada di luar negeri untuk urusan bisnis. Dia mengirimkan pesan melalui email pada Papinya. Meminta Papi datang menikahkan dia.

"Papi sedang sibuk, lain kali saja kita bicara" jawabnya sambil memutus hubungan telepon nya.

Naya mencoba mengirimkan pesan WhatsApp ke ponsel papinya. Hanya di read tanpa di balas. Dan untuk kesekian kalinya papinya tidak mengindahkannya.

Naya mencoba menghubungi ibu tirinya, mengatakan niat nya dan meminta mereka hadir nanti. Cuma respon negatif yang diberikan ibu tirinya. Dua hari kemudian baru datang balasan pesan WhatsApp dari Papinya.

"Lalukan sesukamu, Papi sedang banyak urusan. Kalau sudah mau menikah ya menikahlah. Wakilkan saja dengan wali hakim. Kamu selalu saja mengganggu pekerjaanku" bentak Papinya saat Naya mencoba menghubungi nya lagi.

Naya terdiam. Hatinya sangat sedih.

"Apa jawaban Papi kamu, Nak?" tanya Kakek. Kakek melihat ekspresi sedih dari wajah Naya.

"Papi sedang banyak pekerjaan, Kek. Dia sedang ada di Singapura"

"Kalau begitu biar penghulu saja yang menikahkan mu nanti"

Naya menatap kakeknya. Dalam hatinya terdapat ribuan pertanyaan dan kegundahan. Tapi dia sungkan menolak permintaan kakeknya.

"Kek, apakah kakek yakin dengan pilihan kakek? Apakah laki-laki itu bisa membahagiakan Naya, Kek?"

"Percayalah pada kakek, Nak"

Naya kembali kekamarnya. Dia menangis tanpa besuara. Sesak dadanya memikirkan kelanjutan hidupnya kelak. Dia masih ingin bersekolah dan menikmati masa remajanya.

******

"Ada apa kakek memintaku datang kesini?" tanya Rian pagi itu.

"Maafkan kakek yang sudah menggangu pekerjaanmu, Nak Rian"

"Ah, tidak Kek. Kebetulan masa cuti ku belum habis. Jadi aku masih berada Bangka. Lusa aku baru kembali ke Riau daratan, Kek"

"Kamu terlihat gigih bekerja. Sama percis seperti almarhum kakekmu" Kakek memuji calon cucu menantunya itu. Dia benar-benar yakin kalau Adrian adalah orang yang tepat buay Naya.

"Kakek, bisa saja. Aku sudah terbiasa hidup mandiri, Kek. Karena tak ada lagi kerabat yang aku punya didunia ini"

"Begini, Nak Rian. Sebenarnya kakek mau minta tolong sama nak Rian" Kakek membuka kata obrolan.

"Jika aku bisa bantu akan ku bantu, Kek. Katakan saja ada apa?" jawab Rian.

"Dua tahun yang lalu kakek di diagnosa menderita penyakit kangker kelenjar getah bening. Waktu itu masih stadium awal. Namun kakek tak pernah memeriksakan kesehatan kakek lagi. Bahkan, Naya cucu kakek tak tahu tentang masalah ini. Belakangan ini kakek merasa, tubuh kakek semakin lemah, kakek tak berani menceritakannya pada Naya, kakek takut dia khawatir. Naya adalah cucu kakek satu-satunya. Anak dari Maryam, putri tunggalku. Dia sebenarnya mempunyai seorang ayah, namun sejak lahir dia tak pernah mengurus Naya. Bagi Naya sekarang hanya kakek lah satu-satunya keluarga yang dia punya. Kakek takut umur kakek tidak panjang. Kakek takut tidak ada yang akan menjaga dan melindungi Naya jika kakek tiada nanti. Jadi kakek ingin meminta mu untuk menjadi suami Naya, menikah dengannya. Agar ada seseorang yang bisa kakek percaya untuk menjaganya kelak" papar Kakek panjang lebar pada Rian.

"Menikah?" Rian mengerutkan kedua alisnya.

"Iya, Kakek yakin kamu bisa menjadi imam yang baik untuk Naya. Sekarang Naya baru berusia enam belas tahun. Kakek mau kalian menikah secara agama dulu. Jika Naya sudah cukup umur dan selesai sekolahnya, barulah kalian urus surat nikah kalian nanti" jelas Kakek lagi.

"Naya masih sekolah?" tanya Rian.

"Iya"

"Tapi kek, apakah Naya mau menerimaku. Aku ini hanya seles penjualan biasa. Gajiku tak besar. Lagian kami pun belum pernah bertemu sebelumnya" Rian merendahkan diri.

"Itu tidak masalah. Urusan rezeki Tuhan yang mengatur. Kakek yakin kamu punya rasa tanggungjawab yang besar sebagai seorang laki-laki"

"Tapi bagaimana perasaan Naya, Kek?" tanya Rian lagi.

"Kakek rasa dia mau menerimamu sebagai suaminya. Bagaimana denganmu nak, Rian?"

"Kek, ... Izinkan aku bicara dari hati ke hati dengan Naya"

Kakek belum sempat menjawab permohonan Rian dia sudah merasa tubuhnya lemas dan berkali-kali memuntahkan semua isi perutnya. Rian membantu kakek membersihkan diri dikamar mandi. Lalu membimbingnya kembali ke tempat tidur. Rian menuju dapur dan membuatkan teh panas agar kakek merasa lebih nyaman. Rian meminta kakek untuk berobat ke rumah sakit namun dia menolaknya. Akhirnya Rian menungguinya hingga kakek tertidur.

******

Terpopuler

Comments

Didit Pindo

Didit Pindo

beb ini awal karyamu ya maaf kata2nya agak beda dengan karyamu yg lain

2021-02-13

1

Bunda Nya Elma

Bunda Nya Elma

lanjut kayaknya seru nie. . .

2020-07-25

1

Maya Mawardi

Maya Mawardi

lanjut thor

2020-06-25

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!