Brukk....
"Kurasa kau perlu pelajaran kesopanan sebelum dilepas keluar kandang!" hardik Putra muncul dengan bogem mentahnya.
Membuat Roy melepaskan rangkulannya hingga Mawar terhempas ke lantai. Sementara Roy yang dipukul terjatuh kesofa.
"Kalau kau berani melakukan nya lagi, aku akan mengajar mu sampai mati." Putra beranjak dari tubuh roy dengan tangan yang terkepal kuat menahan amarah yang memuncak.
"Jangan ikut campur! Memangnya kau siapa?" Roy bangkit namun tidak berani mendekati pria bertubuh besar itu.
"Pergi dari sini sekarang, atau kau ingin aku mengusir mu menggunakan ambulans?" ejek Putra sambil berjalan.
Gerakan Putra membuat Roy memutuskan untuk meninggalkan ruangan itu tanpa bicara apapun. Bahkan dia tak melirik Mawar yang masih terduduk dilantai dengan wajah yang masih syok dan pusat pasi.
"Sebentar saya akan mengambil segelas air putih untuk ibu." Putra sambil melangkah menuju dapur.
Mawar segera berdiri dan duduk disofa dengan sisa tenaga yang dia miliki.
Keringat bercucuran diwajah cantiknya. Sisa air mata pun masih jelas terlihat, semuanya terjadi begitu cepat, dia bersumpah tidak akan pernah lagi mau melihat Roy memasuki rumahnya.
Dengan kejadian ini, Mawar semakin yakin untuk menjalankan rencananya. Sepertinya dia tidak memiliki pilihan lain. Dia hanya berharap semoga Putra tidak menolak tawaran nya nanti.
Dia melihat jejak cengkraman Roy di lengan nya. Membuat tubuhnya terasa dingin, kenangan buruk itu tiba-tiba terlintas begitu saja, berputar-putar di pikiran nya. Mawar membayangkan seandainya Putra tidak datang, memikirkan nya saja membuat dada nya sesak. Air matanya kembali mengalir.
Apakah ini petanda? Meski suaranya tidak terdengar, dia sempat meminta pertolongan dalam hati nya, siapapun..
Putra datang dengan segelas air di tangannya dan menaruh nya diatas meja dengan mawar.
"Minumlah dulu," kata Putra lembut.
"Sebaiknya ibu beristirahat saja, saya akan datang lagi besok." ujar Putra lagi.
Dengan cepat Putra beranjak dari tempatnya berdiri.
"Tunggu, menikahlah denganku!
"Menikah?" ucap Putra setengah berteriak karena terkejut,
Apa perempuan ini sudah gila? Segila apa pun jaman, yang namanya lamaran tetap seorang pria yang melakukan nya.
Lagian kami belum saling mengenal.
"Bu-bukan pernikahan sungguhan," Kata Mawar melihat Putra yang seperti nya sedang kebingungan.
"Mungkin kau terkejut, tapi aku memang memerlukan seseorang, aku... Aku tidak mengenal siapa pun. Yuyun dan Bambang terus mendesakku, aku pun tidak bisa melindungi diriku dari pria seperti Roy." Dengan kepala tertunduk Mawar menjelaskan.
Dia meremas ujung dres yang dikenakan. Mengatasi rasa gugup bercampur malu. Dia sadar tidak wajar jika perempuan yang melamar lelaki.
Sedangkan Putra? Masih diam mencerna kata gadis didepannya ini, dengan mulut yang sedikit terbuka.
"Jangan salah paham dulu, Putra, dengar aku tidak menyukai pria, karena itulah aku tidak ingin menikah. Tapi Yuyun dan om Bambang selalu saja mendesakku. Aku tidak mau dijodohkan." kata-kata Mawar semakin tak terkendali, dia takut Putra akan menolak tawarannya.
"Aku pikir kau akan bersedia menikah denganku, hanya menikah di atas kertas. Hanya sebagai status. Kita tidak perlu menjadi suami istri sungguhan, kita akan saling menguntungkan."
"Apa ibu baik-baik saja?" Putra masih tidak mengerti.
Keuntungan? Astaga gadis ini membuat ku syok saja. Dan apa katanya tadi, tidak menyukai pria? Dia lesbi? Jadi, dengan menikah denganku dia memanfaatkan ku untuk menutupi ini semua?
"Kumohon Putra, aku tidak punya siapa pun untuk melindungiku. Aku akan memberikan mu setengah dari perkebunanku jika kau bersedia menikah denganku. Sebagai suamiku kau berhak melakukan apapun terhadap perkembangan perkebunan. Bukankah kau mengukai perkebunan ini?"
"Dan lagi, karena kita bukan pasangan sungguhan, kau boleh menikah dengan gadis yang kau cintai. Aku tidak akan melarangmu, hanya saja jangan disini karena mereka pasti akan tahu. Tolong jangan menolak Putra. Aku juga akan membayar mu." Mawar semakin panik dan menyodorkan cek kosong.
"Aku sudah menandatangani nya, kau isi berapa pun yang kau inginkan." mata Mawar mulai berkaca-kaca.
Putra menatap cek ditangannya lalu menatap mawar dengan perasaan kasian bercampur bimbang. Bagaimana pun yang namanya pernikahan itu bukan lah permainan bisnis seperti yang Mawar tawarkan.
Pernikahan kontrak?" itulah yang ada dibenak Putra sekarang.
Padahal menikah adalah hal yang paling Putra hindari. Baginya menikah itu urusan terakhir yang ada dipikirkan nya. Putra ingin hidupnya mapan, dia bahkan terus menabung dan berhemat. Pengalaman di masa lalu nya mengajar kan banyak hal, yang mungkin belum pernah di alami oleh orang seperti Mawar.
Tapi tawaran keuntungan dari perkebunan ini sangat menarik belum lagi cek kosong yang bisa dia isi sesuai keinginan nya. Benar-benar tawaran yang sulit ditolak. Lagi pula mereka hanya menikah di atas kertas, ya hanya status.
Putra sebenarnya tidak ingin direpotkan dengan hal yang berbau rumah tangga. Hati kecilnya pun berkata ini tidak adil untuk mawar, disamping itu Putra masih trauma dengan pernikahan nya dulu. Ya dulu sekali, Putra pernah menikah diusia yang masih muda.
"Tapi saya bukan pria baik yg cocok menjadi suamimu! Ibu pasti akan kecewa." jawab Putra lirih
"Bukankah sudah kubilang, ini hanya pernikahan di atas kertas."
"Aku akan memikirkan nya dulu bu, ini sangat tiba-tiba." jawab Putra.
"Putra, aku perlu jawaban sekarang. Ku mohon, aku tertekan dan ketakutan. Bantu aku Putra." Mawar menjawab sambil terisak.
Sekilas putra melihat Mawar meremas ujung dress nya. Gadis itu benar-benar ketakutan. Mungkin memang dia gadis yang manja. Pikir Putra
Setelah menimbang-nimbang rupiah yang akan mengalir ke kantong nya, putra pun memutuskan menerima tawaran mawar. Simbiosis mutualisme
"Jika ibu yakin dengan keputusan ini, baiklah saya akan mencoba nya."
Ini keputusan yang berani! Putra tidak pernah membayangkan akan seperti apa menjalani nya nanti, tapi dia akan berusaha sebaik mungkin.
Expresi Mawar langsung berubah ceria dan lega. Akhirnya dia memiliki seseorang yang akan melindungi nya.
"Sungguh aku berterimakasih. Aku berjanji kau tidak akan dirugikan sedikit pun disini. Ya tuhan lega sekali rasa nya."
"Aku akan memberitahu Yuyun dan Bambang, kami akan menyiapkan semua nya. Apa kah kau keberatan?"
"Terserah ibu saja." jawab putra singkat
"Dan sebagai awalnya, jangan panggil aku ibu. Mulai sekarang panggil aku Mawar saja." Ucap Mawar sembari tersenyum.
Putra hanya mengangguk tanda setuju.
°°°°°
Putra duduk dengan gugup di ruang tamu bersama Yuyun dan om Bambang. Ya rencananya Mawar akan memberi tahu dua orang tersebut prihal pernikahan nya.
"Ada apa ini?" Yuyun bertanya dengan alis yang bertaut.
Dia bingung, ini adalah pemandangan langkah melihat Mawar mau berdekatan dengan sesorang pria.
"Apa kalian melakukan kesalahan? Dan ingin mengakui dosa itu?" Bambang menatap curiga.
"Tidak ada yang salah, kami disini karna ada berita penting." Mawar mencoba bersikap tenang.
Mawar takut om Bambang dan Yuyun akan curiga dan tidak percaya dengan apa yang akan dia katakan nanti.
"Jadi apa yang kalian ingin katakan?" kali ini Yuyun yang bertanya.
Mawar menarik nafas dan berkata
"Saya dan Putra memutuskan akan menikah." Mawar menatap mereka.
"Menikah?." Tanya Bambang dan Yuyun serempak. Sungguh mereka terkejut,
Bagaimana tidak, selama ini Mawar selalu menolak jika disuruh menikah, tapi lihat sekarang! Bahkan dia tanpa ragu mengatakan nya sendiri.
°°°°
----Mohon dukungan nya ----
°Jangan lupa
Rate
Like
dan jejak komentar
°Terimakasih
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
🍾⃝ͩʜᷞεͧrᷠaͣ☠ᵏᵋᶜᶟ✰͜͡w⃠
semoga aja Putra ga memanfaat Mawar dan hartanya.. omaigoot kl itu sampai trjadi km gada bedanya dengan Alan dan Roy sama² bajigur..
uuhh jadi pengen bajigur 🏃🏻♀️🏃🏻♀️
2022-08-21
0
🍾⃝ͩʜᷞεͧrᷠaͣ☠ᵏᵋᶜᶟ✰͜͡w⃠
hhmmm iyaa ayo mau yg mana.. tangan kanan RS kiri kuburan 😳🧐
2022-08-21
0
🍾⃝ͩʜᷞεͧrᷠaͣ☠ᵏᵋᶜᶟ✰͜͡w⃠
yeee Putra datang..😂
2022-08-21
0