Tak Sekelam Mawar Hitam
"Papa kumohon, bangun papa. Jangan tinggalkan aku sendiri, Mama sudah pergi kemarin. kumohon papa." Mawar berbalik menguncang dokter yang menunduk menyembunyikan mata nya yang berkaca kaca.
Bagaimana Mawar hanyalah anak berusia dua belas tahun yang baru dua hari lalu ikut menguburkan ibu nya karena kecelakaan mobil yang menimpa orangtua nya.
Kecelakaan itu mengakibatkan ibu sang Mawar meninggal ditempat, sementara ayah nya kritis di ICU , tapi mawar tetap berharap ayahnya bangun dan sembuh karena dia tidak punya siapa pun. Mawar anak tunggal, begitu pun dengan orangtua nya. Sedangkan kakek nenek nya sudah lama meninggal dunia. Jika ayahnya meninggal juga, Mawar akan menjadi sebatang kara dan dia tidak ingin sendirian.
"Lakukan sesuatu dokter, tolong papaku, hanya dia yang aku punya, Kumohon... tolong aku dokter, Jangan diem saja."
"Maafkan kami nak, luka-lukanya terlalu berat dan kami sudah melakukan semuanya semampu kami nak, tidak ada lagi yang bisa kami lakukan." Dokter itu tidak mampu menatap mata Mawar.
Para perawat yang mengangkat kepalanya juga tidak benar-benar menatap gadis kecil itu. Mata merekapun berkaca-kaca. Beberapa perawat beranjak melepaskan selang-selang yang melilit tubuh kaku Hary ayah mawar.
"Jangan! Tanpa alat alat itu papaku tidak akan bisa bertahan." Mawar bergerak menghalangi para perawat.
"Dia akan bangun, percayalah padaku. Dia sudah berjanji akan mengajakku ke pantai minggu ini. Dia tidak pernah mengingkari janjinya. Mendadak Mawar menyerang salah satu perawat yang hendak menutup wajah ayahnya dengan selimut putih.
"Biarkan papamu pergi Mawar, dia sudah terlalu lelah, biarkan dia beristirahat. Bukankah kau menyanyanginya seperti kami yang yang juga sayang padanya." Yuyun memeluk Mawar dan dengan perlahan menjauhkan Mawar dari jasad ayah nya.
Perempuan itu segera membawa Mawar keluar ruangan dengan dibantu bambang, Suaminya.
"Kita harus menyiapkan satu pemakaman lagi mas. " Ujar Yuyun dengan lirih. Tangisnya ikut pecah ketika dia merangkul Mawar yang terkulai lemas.
Kalau ada orang lain yang merasakan kesedihan sedalam Mawar itu pasti Yuyun. Karena dia telah ikut keluarga Mawar dari sebelum Mawar lahir.
"Kita harus pulang sayang," Yuyun kembali mengelus-elus rambut Mawar. Baginya Mawar seperti anak nya sendiri. Karena sejak menikah dengan Bambang 10 tahun lalu tidak kunjung diberi momongan. Mereka tidak ingin memeriksa kedokter, mereka terlalu takut jika hasilnya akan melukai salah satu dari mereka.
°Keesokan hari nya
"Kau butuh sesuatu? mau ku buat coklat panas lagi?" Yuyun muncul diambang pintu.
Mawar bangkit dari ranjangnya, matanya masi tampak bengkak. Kemarin siang dia menagis begitu lama dipusara ayahnya yang berdampingan dengan makan ibunya.
"Kau ingat yun, papa sering menyanyi untukku saat perasaan ku sedang buruk, Meskipun suara nya tidaklah bagus." ujar Mawar dengan lirih.
"Kadang aku berfikir lebih baik dia tidak usah menyanyi. Karena aku yakin burung-burung pun akan langsung terbang." Yuyun duduk dipinggir ranjang sambil tersenyum.
"Sayang, Terkadang ada beberapa hal yang tidak selalu bisa kita miliki. Sering kali kita harus melepaskan apa yang ingin kita miliki dan sering kali juga kita harus menerima apa yang sangat kita benci. Hidup adalah memberi dan menerima. Jika kita kehilangan sesuatu. Nanti kau akan mendapatkan yang lain jauh lebih baik sebagai gantinya." Yuyun menguatkan mawar sembari mengegam tangannya.
"Benarkah?" tanya mawar.
Walaupun dia cerdas secara academic, tetap saja mental dan psikologinya seperti gadis kecil yang beranjak remaja. Mawar belum mengerti sepenuhnya semua penjelasan yang diberikan Yuyun. Tapi mawar selalu menemukan kenyamanan saat Yuyun mengenggam tangannya dan berbicara padanya layaknya perempuan dewasa.
"Tapi aku belum lega, dadaku masi terasa sesak seperti ada seseorang yang memukulinya dengan keras." Mawar kembali memeluk Yuyun begitu erat, matanya pun kembali berkaca kaca.
Yuyun menarik nafas panjang, seolah berusaha mengeluarkan rasa sakit yang juga menyesak kan dada nya. Dia beruntung memiliki Bambang orang yang selalu mengenggam jemarinya selama proses pemakaman kemaren. Pengalaman hidup dan usia yang matang juga membuat mereka bisa berfikir logis dan lebih kuat menerima kepahitan ini.
Tapi Mawar? Dia hanya gadis kecil yang bahkan tidak tahu apa yang harus dilakukannya setelah semua tradegi ini.
"Kurasa aku benar-benar mengganggu kalian, dasar para wanita melow." goda Bambang.
"Diamlah mas, kaupikir semua hadir di pemakaman buta ya? Kau pria paling cengeng disana." Yuyun menyeka air mata yang mengalir di pipi Mawar.
"Ya baiklah, aku memang sedikit cengeng. Tapi aku pria cengeng yang sangat tampan." canda Bambang.
Kalian harusnya bangga bisa menjadi gadis-gadisku." Lanjut Bambang dengan ekspresi wajah bangga yang dibuat-buatnya lucu.
Yuyun mengangkat bahu dan kedua tangannya.
"Sebaiknya kau banyak berdoa mas, semoga mereka yang berada dibawah makam tidak tergila-gila pada ketampananmu dan mereka mengejar mu sampai kesni." Sambil berpura-pura menatap suaminya itu serius.
"Astaga! Aku tidak berfikir sampai kesitu. Tapi apa kau serius? Maksudku apa itu bisa terjadi?" wajah Bambang mendadak pucat dan cemas sambil mendekati Yuyun dan Mawar yang sedang tertawa.
"Tidak, aku hanya menggoda mu... " sahut yuyun dan mawar pun ikut tersenyum.
"Om sudah tua untuk merasa ketakutan seperti itu." goda Mawar sambil tersenyum kecil.
"Dan lagi kalau pun itu terjadi kurasa mereka yang akan ketakutan duluan melihat Yuyun dengan sapunya itu."
"Kau dengar yun? Gadis tersayang mu sekarang sudah bisa menghina ketuaanku! Dan aku tau dari mana dia belajar itu." Bambang sambil melirik istrinya itu sambil tertawa. Tapi dia benar, kau sangat horor dengan sapumu itu." sahut Bambang sambil tertawa.
Akhirnya mereka bertiga pun tertawa, Hal yang sangat beda dan tidak mereka lakukan sejak kesedihan itu.
"Aku sangat lapar, yun apa kau tega melihat pria tampan ini mati kelaparan? Oh, dunia pasti akan kehilangan diriku."
Merekapun kemabali tertawa.
"Oh ya! tadi pak Sigit menelpon siang ini kita harus pergi kekantor nya." Kata Bambang ditengah asik makan nya.
"Aku tidak bisa meningalkan Mawar sendirian dirumah." Yuyun menatap Mawar dengan bimbang.
"Tidak apa apa yun, pergilah." Mawar menarik kursi dan ikut duduk.
"Tidak apa apa om, aku tidak akan bunuh diri." lanjut Mawar seperti mengerti arti tatapan Bambang.
"Aku juga akan mengunci pintu rapat rapat dan tidak akan membukanya untuk orang yang tidak ku kenal." ujar Mawar lagi sambil tersenyum.
Itulah pesan Yuyun yang sangat dia hapal. Bahkan ketika Yuyun hanya keluar untuk berbelanja atau sekedar pergi ke ATM terdekat.
"Juga kunci semua jendela." Tambah Bambang.
Kedua orangtua mawar memang super sibuk. Ayahnya selalu menghabiskan waktu nya diperkebunan nya, sementara ibu nya sibuk mengurus angka-angka diperusahaan nya.
keseharian mawar hanya ditemani Yuyun, dan hanya Yuyun.
°°°°
----Mohon dukungan nya ----
°Jangan lupa
Rate bintang 5
Like
dan jejak komentar
°Terimakasih
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
▾𝚊𝚕𝚊𝚍𝚍𝚒𝚗ᵗ㍭
kun fayakun
2023-11-18
3
◉‿◉♡-Ƥυтrу Ƴαѕмιη-♡◉‿◉
Bags kayanya ini, mampir ahh
2022-10-24
1
🏘⃝AⁿᵘKᵝ⃟ᴸℝ𝕒𝕪𝕚𝕚☠ᵏᵋᶜᶟ🍂
Jejak pertama Mister.. nanti di lanjut lagi..☺️
2022-10-24
1