Ketua Mafia

Malam ini adalah rapat perkumpulan anggota mafia yang di ketuai oleh Alexander. Pertemuan di lakukan di salah satu hotel ternama di kota tersebut.

Pemilik dari hotel itu adalah salah satu anggota dari perkumpulan mafia yang diketuai oleh Alexander.

Alexander sudah lama memimpin kelompok mafia. Ia menggantikan Michael, ketua sebelumnya. Michael memilih Alexander karena dia memiliki potensi jiwa Iblis pada Alexander. Apalagi Alexander adalah orang yang tidak pernah takut mati dan setia dalam kelompoknya.

“Aku dengar ada yang berani mengizinkan senjata nuklir masuk ke negara ini ya? Ada yang mau mengakuinya? Kalau berani mengakuinya, aku akan mengurangi hukumannya setengah.” (Ucap Alexander dengan santai tapi menegangkan).

Alexander berjalan mengitari anggotanya. Perlahan-lahan dia mengeluarkan pistol kesayangannya yang di simpan di belakangnya. Klik...Duarrr! Alexander melepaskan timah panasnya tepat di bagian kepala dan bahu seorang laki-laki yang duduk di rapat itu.

“Aku tidak suka ada yang berkhianat di kelompokku, meskipun aku sudah beberapa kali mengatakan seperti ini, tapi masih ada juga yang berani mengkhianati aku.”

(Semua orang panik dan ketakutan).

“Zee siapkan mobil! Aku lapar.” (Perintah Alexander pada asisten pribadinya).

“Baik tuan.” Jawabnya sambil keluar dari ruangan.

“Kalian pulanglah, jangan lupa istirahat. Jaga kesehatan dan keluarga kalian.” (Perintah Alexander sambil berjalan menyusul Zee meninggalkan ruangan itu).

***

“Sialan! Aku kalah judi lagi.” (Umpat Yanto papa angkat Sherline. Yanto memang punya kebiasaan buruk, yaitu main judi dan mabuk-mabukan.

“Aku harus cari uang dari mana lagi ini.” Gumamnya.

Seorang pria menghampirinya. Tentu saja dengan niat buruk.

” Bagaimana, apa kau mau berhenti, kau sudah tidak memiliki uang lagi.” (Ucap pria tersebut).

“Aku mau main lagi, tapi aku tidak memiliki uang.”(Keluh Yanto pada pria itu).

“Apa yang kau punya?” Tanya orang itu lagi.

“Aku tidak punya apa-apa. Aku tinggal di kontrakan, dan aku tidak memiliki kendaraan, aku tidak punya apa pun . Tapi, aku punya anak gadis, dia masih perawan, apakah masih bisa?” Tanya Yanto.

“Apakah kau bermaksud menjual anak gadis mu sendiri? Kau sangat jahat sekali ya.” (Pria itu tersenyum sinis menanggapi penawaran yang dilakukan oleh Yanto.

“Demi uang apa pun akan aku lakukan. Lagi pula dia hanya anak angkat ku, dia aku ambil dari panti asuhan.” (Yanto menyeringai senang).

“Baiklah, akan aku pikirkan dulu." (Setelah berfikir cukup lama, pria itu mengangguk tanda setuju. Papa Sherline pun kembali berjudi dengan taruhan anak gadisnya sendiri. Namun, lagi dan lagi selalu kalah. Selama ini papa Sherline tak pernah menang barang satu kali pun. Hanya bermodalkan nekat tentu tak dapat mengalahkan lawan yang penuh strategi dan kecurangan serta kelicikan dalam bermain.

Dringgg...Dringg...Dringgg...

“Halo, ini siapa?” (Tanya Marina).

Marina menjawab panggilan telepon dari Hp milik suaminya.

“Saya Yugo , temannya si Yanto, apa Yanto nya ada?” (Tanya laki-laki bernama Reno).

“Ada urusan apa ya?” (Tanya Marina penasaran).

“Saya ingin membicarakan suatu hal dengannya.” (Ucap Yugo).

“Tunggu sebentar akan saya panggilkan.”

Marina pun memanggil suaminya Yanto yang ada di kamarnya.

“Pa, ini ada orang yang namanya Yugo, katanya mau berbicara sesuatu sama kamu.”

Yanto mengambil Hp yang di tangan Marina.

“Yanto, bos saya mau membeli anak gadismu yang kau bicarakan kemarin.” Ucap Yugo.

Yanto senang dan kaget. “Berapa?” Tanya Yanto.

“100 juta.” Jawab Yugo.

“Deal. Lalu, bagaimana pembayarannya?”

“Kirimkan nomor rekening mu sekarang.” Ucap Yugo.

“Oke!"

(Yanto berniat ingin menjual anak angkatnya itu).

Tutut.... Tuutt..... Tttuuuutt....

“Halo.” Jawab Sherline melalui panggilan Hp.

“Halo, ini papa yang bicara.” Jawab Ferdi papa angkat Sherline.

“Oh iya Pah, ada apa Pah?” Tanya Sherline.

“Papah mau minta tolong sama kamu.” Ucap Ferdi.

“Minta tolong apa Pa?” Tanya Sherline.

“Sherline, apa kamu bisa bantu menggantikan Papah bekerja hari ini? Papah lagi tidak enak badan.”(bohong Yanto).

“Jam berapa Pah?”(Sherline tampak berfikir).

“Sekitar jam 10 malam ini, kamu hanya menggantikan papa jadi pelayan.” (Jawab Yanto kembali berbohong).

“Baiklah Pah.”(akhirnya Sherline mengiyakannya).

Sherline menerima pesan masuk di handphonenya, sebuah alamat klub tempat papahnya bekerja. Dengan memakai motornya dia beranjak menuju klub malam itu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!