Waktu menjelang sore, setelah kegiatan usai mereka pulang kerumah masing-masing termasuk siswa yang ikut dalam kegiatan pengenalan tersebut.
Arul dan ketiga temannya sudah pulang terlebih dahulu karena mereka akan mencari bahan untuk tugas sekolah, termasuk Adinda, Vania dan Amel. Mereka pulang setelah menyelesaikan semua kegiatannya dan berpisah ketika masih berada diparkiran.
Amel : "Dind, gue duluan yah Mama udah nelpon nih minta jemput."
Vania : "Iya, gue juga duluan ya Din. Sory loe harus sendiri." Sesalnya.
Adinda : "Iya, kalian hati-hati ya dijalan, inget jangan ngebut ya Mel, Van." Amel dan Vania mengacungkan jempol tanda mengerti, kemudian mereka melajukan mobilnya meninggalkan Adinda. "Huft! pulang sendiri deh, Adek juga pasti sudah duluan bareng Azriel, Alvin sama Naufal."
Kemudian Adinda mengendarai mobilnya dan keluar dari parkir Sekolah. Disisi lain Dimas juga melihat gadis itu keluar dari Sekolah, ia belum pulang karena masih ingin mengelilingi SMU itu karena ia, Yayak, Septian juga Indra adalah Alumni dari SMU Mahakarya itu.
Setelah mereka puas mengelilingi Sekolah, akhirnya mereka berpencar untuk pulang dan melanjutkan pekerjaannya esok setelah di Kampus. Saat ditengah perjalanan menuju rumahnya Dimas menepikan mobilnya karena melihat sosok gadis ceroboh yang baru saja ia lihat hari ini.
Adinda : "Bagaimana ini? Arul pasti khawatir karena aku belum sampai rumah, apalagi sekarang sudah jam segini." Gumamnya sendiri.
Dimas : "Sudah jam segini, apa yang kau lakukan disini?"
Adinda : "Astaghfirullah!." Kaget Dinda. "Kenapa sih datang enggak bilang, bikin kaget orang adja, kaya makhluk halus adja deh yang tiba-tiba muncul."
Dimas : "Memang saya harus laporan sama kamu untuk berhenti?!." Ucapnya ketus.
Adinda : "Keluar lagi deh mode dinginnya." Lirih Adinda, namun masih terdengar oleh Dimas.
Dimas : "Saya dengar apa yang kamu katakan." Sarkas Dimas pada Adinda.
Adinda : "Tuh kan, kenapa sih dingin banget jadi orang." Tidak ada jawaban dari Dimas.
Dimas : "Nunggu siapa kamu disini?"
Adinda : "Hecmm ban mobil aku bocor kak, hp lowbet dan taxi juga sepi." Jawab Dinda dengan muka ditekuk.
Dimas : "Disini memang sepi taxi. Apa rumahmu melewati jalan ini?."
Adinda : "Ya rencananya mau mampir dulu ke Toko kue tapi ban mobil malah bocor."
Dimas : "Masuklah, akan saya antar kamu. Mobil tinggal adja nanti saya hubungi bengkel langganan untuk datang kesini mengambil mobilmu"
Adinda : "T..t..tappi...."
Dimas : "Tidak ada tawaran untuk kedua kalinya."
Adinda : "Huuh. Dasar es balok!." Adinda langsung masuk ke mobil Dimas.
Brakkk!!
Dimas hanya tersenyum tipis melihat tingkah Adinda. Kemudian ia melajukan mobilnya menuju Toko kue yang dimaksud Adinda. Setelah usai dari Toko kue tersebut, dan mendapat alamat rumah Dinda, Dimas langsung melajukan mobilnya untuk mengantar Adinda pulang kerumahnya.
Dalam mobil tampak hening dan tak ada pembicaraan dari kedua sejoli tersebut, hanya terdengar suara jalus dari pendingin mobil. Mereka sibuk dengan pemikiran mereka sendiri. Adinda hanya melihat keluar jendela dengan menikmati pemandangan yang mereka lewati, tak sadar ia memejamkan mata untuk merehatkan kantung matanya yang sudah meminta di istirahatkan, dan semua itu tak lepas dari penglihatan Dimas.
Sekitar 30 menit kemudian Dimas sudah sampai di halaman sebuah rumah yang terkesan sederhana dan berbentuk minimalis jika terlihat dari jauh namun akan tampak mewah dan elegan jika dilihat dari dekat.
Seketika Dimas menoleh kearah Adinda terlihat gadis itu masih tertidur dengan pulas dibangkunya tersebut. Senyum tipis ia kembangkan bahkan jika ada orang yang melihatnya tidak akan mengetahui jika ia tersenyum karena senyumnya terlampau tipis.
Dimas : "Cantik!." Kata pertama yang keluar dari mulut Dimas. "Apa kau sangat lelah? Kenapa tidurmu sangat pulas bahkan meskipun tidur kau masih terlihat, cantik." Gumamnya dengan pelan.
Dimas masih setia mengamati wajah teduh Adinda, bahkan sudah 10 menit tapi ia masih setia dengan pemandangan yang ada di depannya itu.
DEG!!!
Dimas : "Oh Tuhan, apa yang terjadi dengan jantung ku, apa aku sakit? Tapi itu tidak mungkin. Atau karena gadis ceroboh ini. Sejak kapan aku memikirkan seorang gadis."
Suara detak jantung Dimas yang ia sadari, jika Adinda tidak tidur pasti dia juga bisa mendengarnya. Kemudian...
Adinda : "Apa sudah sampai kak?. Namun tak ada respon dari sang empunya. "Kak Dimas!."
Dimas : "Apa?!."😒 Keluar mode dinginnya.
Adinda : "Keluar juga mode es baloknya. Sudah sampai kah?." Sambil melihat keluar jendela. "Oh sudah sampai ternyata, kalau gitu terima kasih ya Kak sudah repot-repot nganterin Dinda pulang. Kak Dimas mau mampir dulu kerumah? Ini sudah hampir Maghrib loh?."
Dimas : "Hecmm, tidak perlu. Saya bisa mampir ke Masjid nanti. Keluarlah dari mobilku."
Adinda : "Dasar es balok." Brak! Adinda keluar dari mobil Dimas. "Terima ka..." Belum selesai mengucapkan lanjutannya Dimas sudah pergi begitu saja. "Nyebelin banget sih jadi orang, untung lebih tua coba lebih muda pasti aku omelin. Sabar Adinda, kamu harus sabar." Seketika dia ingat perkataan Amel. "Jangan sampai deh aku berjodoh dengan dia." Gerutu Dinda sambil melihat kepergian Dimas.
Arul : "Kakak bicara sama siapa?." Tiba-tiba Arul muncul tanpa disadari oleh Dinda.
Adinda : "Astaghfirullah!!" Adinda terperanjat kaget karena ada suara yang tak ia sadari, namun setelah ia melihat siapa yang bertanya barulah ia bernafas lega. "Adek, kamu sudah pulang? Pulang jam berapa, humm?"
Arul : "Hecmm kebiasaan kan kalau Adek tanya Kakak pasti tanya balik tanpa jawab pertanyaan Adek dulu😏 Sudah sekitar jam 4 sore tadi sampai, kenapa Kakak lama sekali? dan dimana mobil Kakak? Siapa yang mengantar tadi? Apa itu kekasih Kakak?"
Adinda : "Maaf sayang, tadi Kakak bicara sendiri, hehee. Maaf Kakak pulang telat, mobil kakak bannya bocor pas mau ke Toko kue buat beli kue kesukaan adik kesayangan Kakak ini. Alhamdulillah tadi ketemu sama Kak Dimas, lalu dia menawarkan untuk ikut, daripada tambah malem lalu kamu khawatir, jadi Kakak fikir ikut sama mobil Kak Dimas saja."
Arul : "Oh, jadi Kak Dimas yang anter Kakak pulang, bukannya dia K.a Humas dari PPA ya? Apa dia kekasih Kakak?"
Adinda : "Uhuk! Uhuk! Mendengar pertanyaan dari adiknya itu membuat Adinda tersedak air minum yang baru ia ambil dari dapur. (Ceritanya mereka sudah masuk ke rumah ya kakak) "A.appa yang kau tanyakan, hum? Kak Dimas hanya anterin Kakak pulang, diantara Kami tidak ada hubungan seperti itu, okey!."
Arul : "Baiklah Arul percaya sama Kakak, tapi Kak Dinda harus janji jika suatu hari nanti Kakak didekati harus bilang sama Arul, Arul enggak pengen Kakak punya kekasih dulu!." Arul berlalu pergi meninggalkan Adinda.
Adinda : "Hecmm, baiklah Kakak janji! Bersiaplah untuk Shalat, sebentar lagi Maghrib. Setelah semua selesai, Kakak akan siapin makanan untuk malam ini, karena Bi Narti masih libur." Tak ada jawaban dari Arul. "Huft! kenapa Arul berfikir aku akan memiliki kekasih?." Gumam Adinda saat memasuki kamarnya.
Mereka memasuki kamar, dan melaksanakan shalat Maghrib. Selesai shalat, Adinda langsung memasak makan malam nasi goreng dan tahu goreng tak lupa soup hangat kesukaan adiknya. 15 menit kemudian makanan sudah tersedia diatas meja, Arul turun menuju meja makan, setelah itu mereka menikmati makan malam tanpa gangguan sedikitpun. Selesai makan...
Arul : "Ehmm kak, kuenya..."
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Bagaimana reaksi Adinda mendengar pertangaan adiknya?? Pantengin terus kelanjutan cerita mereka...
Hari ini Author up panjang ya kakak.
Maaf jika masih ada typo.
Salam kenal dari teteh filest kakak...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 156 Episodes
Comments