" Bu.. apa ini benar?? maksudnya apa yang ibu dan bapak ambil ini benar akan membuat bahagia??"
" Kenapa kau menanyakan hal itu??"
" Aku sedikit ragu Bu.. aku merasa sangat gelisah.. akan hal ini.."
" Sudahlah.. berfikir saja yang positif, Bapak dan ibu ngga akan menerima hal ini jika kalian dan kami takkan menjadi bahagia terutama kau.. kau, adalah anak pertama ibu dan bapak.. apalagi kau wanita.. kau harus selalu terlindungi.. dan ini salah satu cara untuk kami bisa melindungi mu.."
" Hemm.. iya, jika ini terbaik buat semuanya dan untuk kebutuhan aku akan ikhlas Bu.. Emm.. Mau aku bantu Bu.. " Juli mengulurkan tangannya saat ibunya sedang kesusahan memeras cucian baju.
.....
" Pah, baiklah.. aku akan menerima perjodohan ini tapi, Papah ga boleh ikut campur dalam urusan ku lagi.. bahkan tentang kotak itu.."
" Hemm.. apa kau tak bisa membuang kotak itu?? Kenapa kah sangat peduli pada kotak itu?? kau sudah jauh berbeda, kau lebih angkuh dan cuek bahkan kau sekarang sangatlah dingin karena kotak itu.."
" Hah! omong kosong apalagi ini Papah?? sudah, yang jelas aku menerima apa yang Papah inginkan.. Dan papah juga harus tepati perkataan ku.." Tama pun langsung pergi.
Kotak, ya.. sebuah kotak kecil seperti peti karun dengan ukiran yang sangat kuno. Ia mendapatkannya dari bibinya. Dia sering membawanya lalu dimasukkan ke dalam kantung atau dijadikan kalung karena kotak itu juga memilki tali panjang.
Akhirnya setelah hari itu berakhir keesokkannya Juli sudah sangat sibuk untuk mempersiapkan diri dan berbagai hal dirumah.
" Bu.. apa ini semua dari Pak Adirata itu?? Ini, terlalu mewah Bu?? memangnya kita akan melaksanakan dimana??"
" Emm, kita akan melaksanakan di sebuah hotel miliknya.."
" Hah, apa!! Ibu.. ini benar terlalu berlebihan.."
" Sudahlah, nak.. yang jelas kan kita ga mengeluarkan uang sama sekali untuk hal ini.. semua ini sudah ditanggung oleh mereka.. kau hanya menuruti saja apa kata ibu mu ini.."
" Hemm, ya.. baiklah.."
" Hanya saja ini terlalu berlebihan sekali Bu.. apa ibu ga merasa ini aneh?" batinnya.
" Nah.. Daripada kau terus disini dan ngedumel aja dari tadi dan membicarakan hal seperti itu terus.. lebih baik kau pergi sama Vian ke toko yang ada di alamat ini.. kau bilang saja, bahwa kau adalah calon pengantinnya.."
" Emang ga bisa yang lain aja ya Bu?? Emm.. ya udah lah.. aku akan pergi kesana.. benar kata ibu.. mungkin ini yang terbaik.. Baiklah, aku berangkat Bu.."
" Vian.. ayo dek, ikut Mba yuk.. temani Mba sebentar.." panggilnya Juli.
" Iya Mba, Ayo.. mau kemana.." Vian yang langsung nongol didepan Juli membuat Juli terkejut.
" Hah! Hemm.. dek, kalo mau ngagetin tuh jangan gitu.. nanti kalo ke jedot aja siapa yang nangis.. Hemm.."
" Iya, iya.. maaf mba.. abis aku terlalu senang.. hehe.."
" Ya udah, sekarang kita pergi jalan.."
" Emang kita mau kemana mba??"
" Hemm.. kita akan ke suatu tempat yang penuh dengan baju.. tunggu dulu dek.. sebentar ya.." Juli yang masih didepan pintu rumah pun heran karena ada mobil dan juga supir yang seperti sedang menunggunya.
" Hemm.. Maaf, Pak apa bapak sedang menunggu seseorang disini??" Juli menghampiri supir itu dan bertanya.
" Ah, iya Non.. apa benar Nona adalah Nona Juli??"
" Ya, itu bener saya sendiri.. ada apa ya Pak?? ah, iya.. ngga usah panggil saya Nona pak.. panggil aja saya Juli.."
" Oh.. iya Non, eh.. Juli.. ini saya disuruh Pak bos.. untuk jemput anda ke alamat yang tertulis dalam kertas yang anda pegang itu.."
" Owh.. jadi gitu.. Hemm, baiklah saya akan ikut dengan Bapak.. sebelumnya terima kasih ya pak.."
" Ah, iya.. sama-sama ini pun juga sudah kewajiban saya ko.. ayo, mari silahkan masuk.."
" Baik.. Vian, ayo.. masuk sini.."
" Iya, Mba.. tunggu sebentar.."
" Ayo cepetan, kasian ini Pak supirnya..."
" Iya Mba.." Ryan pun langsung masuk kedalam mobil.
Mereka pun langsung menuju ke butik tempat dimana gaun pernikahan itu dipesan. Dalam perjalanan Juli hanya terus berfikir dan terus menduga-duga padahal ia sendiri pun tak bisa memperkirakan apa yang akan terjadi nantinya.
15 menit, mereka melaju menuju butik itu. Hingga ketika sampai di butik itu Juli bertemu dengan Pak bos. Dia hanya tersenyum lalu mengajak Juli dan Ryan masuk.
" Emm.. Bapak, kenapa sampai menunggu saya seperti ini?.. saya jadi sedikit tak enak hati.."
" Sudahlah, jangan perlu kau khawatirkan.. sekarang kau masuk ke bagian sana, lalu cepat pilih gaun mana yang menurut mu itu sangat cocok.."
" Emm.. maaf, pak.. tapi,..."
" Sudah, masuk saja.. adik mu ini biar sama papah.." Tama yang tiba-tiba muncul dihadapan Juli membuat Juli sangat terkejut.
" Iya, Vian adik mu biar sama Bapak saja ga papa ko.. Bapak juga pengen ngajak adik mu ini jalan ke tempat bermain yang ada didepan toko ini.. ga papa kan.."
" iya.. Pak.. ga papa.. maaf, pak sudah ngerepotin.."
" Sudah tak apa-apa.. karena bapak yang menginginkan jadi ga papa.. " senyumnya Adirata.
Lalu mereka pun pergi meninggalkan Tama dan Juli berdua. Baik Tama maupun Juli mereka hanya diam saja melihat Bapaknya dan adiknya itu pergi begitu saja dihadapan mereka. Hingga akhirnya Tama langsung pergi juga meninggalkan Juli didepan pintu masuk butik itu.
" Iiihhh.. anak ini ya, padahal dia yang bilang kalo adik ku harus bersama dengan bapaknya, tapi.. malah dia pun juga meninggalkan. ku disini.. aku juga bingung kenapa harus melhhat wajahnya lagi.. padahal dia ga terlalu suka jika bertemu dengan ku.. lah ini.. adehh.. semoga ga akan ada kejadian yang sangat menyebalkan lagi.." gerutunya Juli dalam hati.
....
Di taman.
" Emm.. Pak, kenapa bapak sangat baik pada kami?? padahal Bapak ku hanya seorang biasa saja.."
" Emm, apa bapak harus menjawabnya??"
" Ya.. bapak harus menjawabnya.. jika tidak aku akan semakin tidak mengerti dengan suasana di rumah."
" Hemm.. baiklah, jika itu mau mu.. aku akan memberikan alasannya.. tapi, ada satu permintaan bapak ini pada mu??"
" Apa pak.. aku akan lakukan apapun itu jika bapak beneran memberi tahu ku.. hehe" kata Ryan dengan senangnya dan penuh semangat.
" Oke, sini-sini.. bapak akan bisikkan.." Sambil mendekat dan mulai membisikkan sesuatu pada Vian.
Setelah membisikkan sesuatu pada Vian, Adirata pun langsung menepati janjinya begitu pun juga dengan Vian yang harus menepati janjinya nanti.
Ia menceritakan apa yang sudah terjadi pada Vian serta dengan sebabnya. Awalnya Adirata hanya ingin memberitahunya sedikit saja. Namun tak disangka ternyata anak kecil ini lebih jago membuat orang berkata terus terang padanya.
" Hemm, sepertinya sudah sampai disini dulu ya.. yang jelas, bapak dan bapak mu itu hanya ingin anak-anak kami menikah dengan baik dan ini pun juga sangat baik dalam agama iya kan.. Emm, apakah Ryan menanyakan hal ini Hanya karena Ryan ingin seperti ini nantinya dengan calon Ryan sendiri?? Hem.."
" Emm.... ......." Vian hanya terdiam saat mendengar pertanyaan seperti ini.
\*\*\*
Happy reading😆😆
..
..
Jangan lupa tinggalkan jejaknya ya.. bye..👋😉
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments