Part 1

Sore harinya aku ikut dengan mas irwan kerumah yang akan kami tempati. Sampainya disana aku menyukai interiornya yang bisa dikatakan sangat elegan dan juga simple itu seperti kepribadianku.

       "Bagaimana apa kamu menyukainya ?" Tanya mas irwan yang berada dibelakangku membawa koper ku, aku membalik tubuhku tersenyum canggung dan mengangguk sebagai jawaban.

       "Syukur jika begitu, ayo saya tunjukan kekamar yang akan kita tempati" mendengar ucapan dia itu membuatku kembali menegang, sebelum aku memikirkan yang tidak-tidak aku segera mengekori mas irwan menuju ruang yang dia bilang sebagai kamar ku dan dirinya.

       Saat pintu di buka aku terkegum dengan ruangan ini yang menurutku cukup unik karena atapnya kaca dihiasi lampu dan ada pintu terbuat dari kaca juga yang menghubungkan ke kolan berenang yang di luar. Setidaknya itu deskripsi yang bisa aku gambarkan karena aku juga bingung untuk mendeskripsikan bagaimana lagi.

    "Kamu boleh menaruh baju-baju kamu di lemari ini" aku yang mendengar kembali suara mas irwan segera berbalik menatap pria itu yabg berdiri di depan lemari yang terbuat dari kayu itu ia mengambil sebuah kaos dan membuka kemejanya di hadapanku tentu saja aku kaget bukan main, saat mataku tampa sopannya menatao badan atletis milik suamiku itu.

       Sampai hitungan detik kelima aku memekik kaget dan mas irwan menatapku dengan datar. "Kenapa ?" Tanyanya dengan santainya sedangkan aku menutup wajahku dan panik sekali. "Mas---mas kenapa buka baju disini" ucapku heboh.

     Aku mendengar suara tarikan nafas. Cukup lama aku menutup wajahku menggunakan tangan sampai tak mendengar suara apapun, aku sedikit membuka sela-sela jari tengah dan telunjukku untuk mengintip.

       Mas irwan masih berdiri di tempatnya menatapku, dia sudah mengenakan kaos coklat dan celana pendek berwarna hijau army. Aku menurunkan tanganku ketika mas irwan mengankat satu halisnya, aku cukup canggung dan memilih menggaruk tengkuk ku yang tak gatal.

     "Kenapa menjerit ? Hm" tanya nya lagi dengan suara yang lebih tegas. "Anu---anu mas aku nggak biasa liat cowo buka baju didepan aku" kenapa jadi tiba-tiba gagap sih aku meruntuki diriku yang bersikap begiti bodoh. Jadi aku memilih untuk menunduk berharap menghilangkan rasa malu yang tengah aku rasakan.

    Tak ada jawaban dari dia hanya aku mendengar kekehan dan saat aku mengangkat kepalaku sudah tidaka da mas irwan lagi di hadapanku. Aku sedikit kaget karena jika mas irwan telah meninggalkan kamar ini lalu tadi kekehan siapa ?. Horor banget sih dibanding membuat otakku berpikir yang tidak-tidak aku memilih membuka koperku dan mulai menyusun rapih pakaianku di samping pakaian mas irwan.

Setelah selesai aku mengambil bajuku dan masuk kekamar mandi untuk membersihkan diri.

****

Saat sudah selesai aku berjalan turun kebawah, tepatnya kamarku dan mas irwan di lantai atas. Aku melihat mas irwan sedang di ruang tengah sedang menonton berita, aku tak ada niatan untuk mendekatinya jadi aku melewatinya berjalan menuju dapur.

        Tampa minta izin dulu aku membuka kulkas itu, aku menemukan beberapa bahan yang bisa dimasak. Saat aku ingin mengambilnya apa tidak terlalu lupa diri jika tidak menanyai yang memiliki rumah ingin dimasakan apa ? Jadi sebelum tanganku menggapai bahan-bahan masakan itu aku kembali menutup kulkas dan berjalan menutu ruangan tengah.

    "Mas maaf ganggu, mas ingin dimasakan apa untuk makan malam" mas irwan memindahkan atensinya dari layar tv menatap diriku, aku tersenyum kiku juga sih walau aku mencoba pending semua rasa gugupku.

    "Kamu bisa masak ?" Oh apakah dia sedang meragukanku, tak apa dia baru pertama kali hidup denganku jadi aku harus sabar. "Aku bisa masak kok mas, jadi masnya mau di masakin apa ?" Mas irwan mengangguk-nggangguk "saya tidak masalah makan apa saja jadi kamu bebas memasak apa saja di dapur" setelah ucapannya itu aku berpamitan kedapur.

     Sudah menjadi kebisaan diriku sebelum masak dimulai aku memulainya dengan membersihkan bumbu-bumbu yang akan aku pakai dan mengiris-ngiris sayuran dan bumbu barulah aku masuk kedalam kegiatan utamanya.

      Saat aku akan menyalakan kompor suara dencitan dari kursi dan lantai terdengan aku membalik sebentar melihat mas irwan yang teha terduduk di patry dengan segelas air putih di hadapannya.

   Sebisa mungkin aku tidak menunjukan rasa gugupku, entahlah mungkin karena asing atau merasa tidak sopan dengannya aku selalu dilanda gugup dan canggung.

       Tidak ada suara yang di keluarkan dari mas irwan, mungkin pria itu tidak ingin mengganggu fokusku.

Setelah 25 menit aku bertempur dengan penggorengan dan alat dapur lainnya akhirnya aku menyelesaikannya dengan dua pring menu makan malam hari ini. Aku ingin melihat sebentar ekpresi apa yang akan mas irwan berikan pada menu yang aku buat jadi aku mengangkat wajahku sebentar dan kembali menunduk ketika melihat ekpresi wajah mas irwan masih sama datar.

Apa mas irwan tidak memiliki ekpresi sejak bayi ? Bahkan di hari pernikahan di saat tamu sedang menyalami kami ia masih saja datar aku heran sendiri jadinya.

"Mas mau aku ambilkan ?" setelah mendapatkan persetujuannya aku mengambil piring kosong dan menyendokan nasi putih untuknya, ah sebelum aku mengupas-upas bumbu aku sempat mengecek ricecooker dan benar saja tak ada nasi yah bagaimanapun mas irwan tinggal disini sendiri saat ia belum nikah.

Aku menyajikan masakan ku pada mas irwan aku menunggu pria itu memasukan makanan nya pada mulutnya sebelum aku memasukannya. Wajah pria itu langsung berubah aku jadi khawatir jika masakanku tidak cocok dengan lidahnya.

"Nggak enak yah mas ?" tanyaku saat melihat ekspresinya seperti kaget dan aga aneh, dia menggeleng aku jadi semakin khawatir dan gugup. "Tidak, ini enak saya suka hanya saja saya kaget dengan rasanya" responnya dengan nada datar seperti biasa setelahnya aku menyendokan makanan ku seperti biasanya enak-enak saja bumbunya juga pas itu menurutku yah.

Tak sampai menghabiskan waktu 30 menit kami telah selesai menghabiskan makanan kami, jadi aku mengambil piring-piring kosong itu membawanya ke wetapel untuk menyucinya. Sedangkan mas irwan masih di tempat duduknya.

Setelah aku selesai mas irwan berdiri. "ayo tidur" ucapnnya, tidur ? Rasa takut ku kembali aku takut tidur yang di maksud oleh mas irwan adalah tidur......

TBC

[Minggu, 24 Oktober 2021]

Safira Aulia Hamidah

Selamat membaca

Terima kasih

Terpopuler

Comments

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Setakat ini aku suka Irwan yg bersikap biasa saja ke istrinya,gak kek novel yg pernah kubaca soal pernikahan perjodohan,mlm setelah nikah ada yg ketemu temen2,ada yg pisah kamar,ada yg cowok atau ceweknya yg berkata2 kasar kepasangan nya,gak mau masak,gak tau masak tp gak mau belajar masak,,tapi yg ini aku suka alurnya sampai di bab ini,,

2023-04-10

1

ChaManda

ChaManda

Ada roti sobek ngga tuh🤧

2022-01-08

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!