AISHA POV
DRRRRTTT....
Gue kebangun saat Handphone gue yang bergetar tepat di samping kepala gue. gue pun liat jam yang ngegantung tepat di atas dinding depan tempat tidur masih jam 6.00 pagi.
Shiitt!!! siapa sih pagi-pagi udah ganggu orang aja?!
Gue liat layar Handphone yang bertuliskan Big Boss.
Oh Shittt...
"He... Hello Sir, can I help you?"
"Where are you? why aren't you here yet?"
"Sorry, Sir??" Gue masih setengah sadar ngucek mata.
"You are my Secretary, so you should have come here, to take care of my needs!" Tandasnya ketus. Dan gue cuma ngela napas jengah.
Gila ya... Itu ga ada dalam jobdesk gue ya ngurus keperluan lo... pengen banget gue teriak itu sekarang.
"Sorry sir, but in my job description, I only help you during office and office hours."
"And I don't care, I'm waiting for you 30 minutes... from now on!"
****!!
Gue pun langsung matiin Handphone dan bergegas ganti baju.
Untungnya gue selalu mandi sebelum Sholat subuh jadi pas pergi langsung ganti baju dan sedikit make Up.
Dan tumben banget kali ini gue tidur lagi sehabis sholat subuh.
***
"Loh Sha... kok udah siap-siap kan masih pagi!!" Teriak Mamah saat gue jalan dari tangga dan lewat ke meja makan sekaligus dapur itu.
"Aku udah telat mah... C ' Big Boss rese, pagi-pagi udah telpon pengen disiapin keperluannya buat hari ini."
"Jadi nggak akan sarapan?"
"Nggak deh... Papah mana Mah?"
"Masih di kamar..."
"Mmhh, ya udah aku pergi dulu ya mah... Assalamualaikum Mah..." gue buru-buru nyalimin tangan nyokap dan langsung pergi keluar rumah ngambil kunci mobil.
Gila dikira perjalanan dari rumah gue ke Apartmentnya deket apa? sial banget deh baru juga hari pertama kerja sama dia udah di bikin esmosi tingkat tinggi apalagi kedepannya?? God help me...
Sambil nemenin gue di sepanjang perjalanan gue pun ngegerutu ngutuk si Big Boss yang nggak kira-kira nyuruh gue seenaknya. Segala sumpah serapah pun ikut keluar dari mulut gue. Biarin aja biar kuping dia panas, biarin aja dia kesedak makanan, bodo amat...
***
Ting Tong Ting Tong Ting Tong...
Gue sekalian aja nih bel gue pencet sekenak hati gue, udah keburu kesel juga kan...
Ceklek...
Pintu Apartment dibuka...
Snd wolaaaaahhh...
Dia buka pintu cuma pake handuk doang dengan rambut dan badannya masih basah.
"Astagfirullah Pak.... ngapain sih pagi-pagi udah telanjang?! Masya Allah..." gue ngomel-ngomel pake bahasa Indonesia nggak sadar.
"lagian kamu mencet bel kayak ngasih tau kebakaran! udah tau saya lagi mandi, sabar dikit kenapa sih?!" Eh dia ngomel-ngonel pake bahasa Indonesia juga. Otomatis gue diem bengong dong.. Gue pikir dia nggak bisa bahasa Indonesia.
"Kenapa bengong? Kagum sama saya?" dia senyum smirk kearah gue dong.
"Eu... Saya pikir Bapak nggak bisa bahasa Indonesia." gue cuma nyengir kecut kearah dia.
"Saya lahir disini, Ibu saya berasal dari Indonesia tentu saja bisa bahasa Indonesia."
Ck... tau gitu dari kemaren gue pake bahasa Indonesia aja, ga usah capek-capek pake bahasa Inggris...
"Nggak usah menggerutu di belakang saya Ai!!"
Diiihhh... kok bisa tau kayak dukun deh...
Gue makin bengong aja kearah dia.
"Dan saya juga bukan dukun, saya cuma liat reaksi muka kamu... Masuklah, siapkan baju yang akan saya pakai sekarang."
Dan dengan pasrah gue pun ngikutin keinginan Big Boss. Gue siapin baju yang akan dipakai Big Boss, sekalian aja gue nyiapin roti dan salad yang praktis buat sarapannya si Big boss, and ofcourse gue pun nyiapin laporan yang akan dibahas nanti pada saat Meeting dan untung banget gue bawa-bawa kemaren karena doi minta.
"Hm... So all this time there's been cheating? Why doesn't Om Erik act decisively in giving doubts?"
"Karena Om Erik hanya penggati bukan pemilik. Sebenarnya Pak Erik udah pernah nyoba buat ngusut kasus ini tapi ya gitu, Om Erik hanya bisa menunggu anda untuk bertindak sebagai pemilik dari
C. Etrama Group." Gue jelasin pànjang lebar.
"Pak ada hal yang mesti saya ingatkan sama Bapak!"
"Hm..." ucapnya sambil masih membaca laporan yang gue kasih tadi.
"Saya cuma mau mengingatkan Pak... Saya bekerja sebagai Sekretaris bukan Assistant Anda, jadi segala keperluan pribadi anda, alangkah lebih baik kalau dilakukan oleh Assistant anda."
"Kalau begitu kamu merangkap saja Sekretaris sekaligus Assistant... Saya akan berikan komisi double..."
"Maaf pak, dengan segala hormat saya tidak bisa meskipun Bapak menggaji saya 3 sampai 5 lipat sekalipun." Akhirnya gue memberanikan diri ngomong dengan tegas. Dan dia pun mulai ngeliat gue serius.
"Why? Kamu nggak tertarik dengan gaji yang saya berikan?"
"Ini bukan soal gaji pak..!"
"So what?!"
"Karena saya wanita dan anda laki-laki!" tandas gue agak kesel. Dan dia diem liat gue. Ini dia yang bego apa bagaimana sih? katanya dia muslim tapi ga tau batas-batas?! eerrgghh...
"Saya tidak bisa mengurus hal pribadi anda yang sensitif seperti tadi... dan kalau saya menyarankan lebih baik bapak cari Asistant Pribadi laki-laki agar bisa mengurus bapak sampai ke hal-hal terkecil." Dia akhirnya mengangguk mudah-mudahan sih ngerti magsud perkataan gue tadi ya...
***
AUTHOR POV
Di Lobby Gedung C'Etrama Group...
Mobil yang di kendarai Oleh Pak Nadir sudah berhenti di depan Lobby pintu masuk. Seseorang sudah membukakan pintu untuk Raizel begitu pun Aisha.
Lalu diluar ada beberapa karyawan atau para pemimpin Divisi berbaris menyambut Raizel.
"Selamat datang kembali Tuan Muda..." Ucap Erik yang berjalan menghampiri ke depan Raizel.
"Apa kabarmu Erik?!" ucap Raizel membuka kacamata hitamnya yang bertengger di hidung mancungnya lalu menyalami Erik sambil tersenyum.
"Bagaimana rasanya menetap lagi disini?"
"Hm., lumayan hanya saja jalanannya memang sangat ramai..." Erik hanya tersenyum.
"Itu hal yang harus Anda lalui selama tinggal disini Tuan Muda..." Melihat keadaan putra Boss nya dalam keadaan baik-baik saja membuat Erik bernapas lega.
"Kerja bagus Sha..." Lanjutnya melirik kearah Aisha yang berada di belakang Raizel. Aisha pun hanya menunduk.
"Itu sudah menjadi tugas saya Pak..."
Dan saat mereka berjalan ke dalam beberapa Karyawan yang berbaris menunduk saat Raizel melewatinya. Sampai dia tiba di pintu Lift khusus untuk Raizel.
***
Di ruangan Raizel...
Raizel berjalan masuk diikuti oleh Aisha dan juga Erik.
"Pak.. Ruangan saya ada di depan jadi kalau bapak memerlukan saya Bapak bisa telpon saya... Dan jika tidak ada lagi yang dibutuhkan, saya permisi Pak.... karena saya akan mempersiapkan Meeting." Ucap Aisha menunduk memberi hormat lalu berjalan keluar ruangan Raizel.
"Bagaimana dengan ruangannya Tuan Muda? Apa sudah sesuai?" Erik bertanya saat Raizel melihat Interior ruangannya lalu duduk di singggasananya yang baru.
"Not Bad..."
"Apa anda sudah siap untuk meeting Tuan?!"
"Hm... Tadi Aisha sudah memberikan materinya. So... Jadi benar dugaan Daddy selama ini kalau ada pihak-pihak yang ingin untung sendiri?! lalu kenapa kamu tidak bertindak?!"
"Maaf Tuan, tapi hanya anda yang berhak selain Tuan Besar." Raizel memutar matanya jengah sambil mendengus.
"Ck... gitu aja harus nunggu saya.. Ya udah mana bukti-buktinya? siapa saja yang tekait? dan Laporan-laporan dari tahun-tahun sebelumnya... Biar saya periksa!"
"Baik Tuan Muda!" Ucap Erik lalu berlalu dari ruangan Raizel.
***
Pukul 11.00 Siang...
Di ruang Rapat...
Raizel yang sedang duduk di kursi Direktur terdiam dengan Aura sangat mematikan bagi karyawan lain yang hadir di ruangan itu, sehingga semua orang yang ada di ruangan itu menunduk ketakutan tidak berani melihat maupun melirik Raizel, begitu pun dengan para ketua Divisi mereka juga ikut menunduk karena tidak ingin kena semprot untuk yang pertama kalinya dari CEO baru karena mereka mendengar rumor kalau Raizel terkenal berdarah dingin tanpa pandang buku saat bekerja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments