4 Hati 1 Cinta

4 Hati 1 Cinta

Turun Dari Langit.

Gelap!

Hanya itu yang sekarang bisa terlihat. Serta dingin yang teramat sangat.

“Di mana, aku?” jerit hati Bang Dani, sementara tubuhnya terasa berat dan kaku, hanya bisa menggerakkan leher ke kiri dan kenan melihat sekeliling.

Selebihnya … gelap.

Tiba-tiba selarik cahaya muncul di hadapan.

“Dani Firmansyah!” Sentak suara tersebut. Suaranya dingin dan datar, seperti datang dari kedalaman yang sangat jauh.

“Si-siape?” ucap Bang Dani gugup.

“Man Robbuka?” ucap bayangan sinar padanya.

“Hah, ape?” jawab Bang Dani gugup.

CTAR!

Sebuah cambuk melayang menghujam tepat mengenai tubuhnya.

“Ugh,” jerit lelaki itu kesakitan, tubuhnya berdarah, kemudian tak lama kembali lagi seperti semula.

“Man Robbuka?” ulang sinar itu kembali bertanya.

“Am-ampun, Bang. Aye kagak tau, bukan aye pula pelakunye.” Tersedu sedan lelaki itu ketakutan.

Dan kejadian pencambukan terulang kembali.

“Am-ampun,” isak tangis Bang Dani menjadi. Dia bingung.

Sumpah, dia bingung. Yang dia tau, tadi dia tengah berada di dalam kamarnya, tengah asyik sendiri pakai narkoba.

Sekarang, terbangun dalam ruang dan dimensi yang sangat berbeda. Lidahnya kelu.

Sinar yang dia yakini sekarang sebagai malaikat menarik dirinya kuat, dia menjerit setinggi langit. Takut, gamang dan berbagai perasaan berkecamuk menjadi satu.

Setelah terangkat tinggi, kemudian secepat kilat, tubuhnya dihempaskan entah kemana, yang dia tau seperti terjatuh dari tempat yang tinggi.

AAARGHHH! Dia takut, sungguh takut setengah mati.

Akan tetapi, dia tidak terjatuh. Perlahan tubuhnya yang nyaris menghantam tanah seperti melayang.

Di sana, dia melihat rumahnya, tampak ramai.

Dilihatnya para tetangga sibuk memadati rumahnya. Ada Engkong Ma’in yang dia tau adalah teman kakeknya dulu, serta Tuan Soka, sahabat almarhum ayahnya, serta beberapa orang lain yang tak dapat dia ingat, tampak mengangkat sesuatu keluar dari rumah, kemudian memasukkannya ke dalam mobil yang telah dipersiapkan.

Beberapa orang tampak ikut masuk ke dalam mobil tersebut, yang kemudian melaju kencang, membelah jalan siang menuju petang.

Tanpa sadar dia juga ternyata ikut masuk ke dalam mobil, sekilas dilihatnya apa yang tetangganya bawa dan dimasukkan dengan cepat ke dalam mobil.

“Hah?” Dia terkejut bukan kepalang.

Yang diangkat tetangganya tadi ternyata adalah sesosok tubuh, entah mati atau kah sekadar pingsan. Dan orang itu, adalah dirinya.

Kini, dia jadi ingat. Mungkin, dia tadi over dosis di kamarnya, dan sekarang … telah mati.

Keringat dingin membanjiri tubuhnya, menyadari bahwa cerita hidupnya telah berakhir.

“Allah.” Entah kenapa, saat seperti ini akhirnya dia teringat akan Tuhan juga.

“Aku belum siap. Aku belum siap untuk selesai. Masih terlalu banyak dosa yang aku punya. Tolong! Aku tidak siap ke nerakaaaa…,” jeritnya setinggi langit.

Tubuhnya dengan cepat mengangkasa, kembali ke tempat gelap yang semula.

Secercah sinar itu masih menunggu di situ. Lengkap dengan cambuk di tangan, yang siap setiap saat menghantam badan. Inilah hukuman.

“Ampun. Izinkan aku kembali. Izinkan aku turun lagi ke bumi. Menjalani hidup seperti dulu,” pintanya merengek pada cahaya tersebut.

Namun cahaya itu bergeming. Perlahan tangan yang memegang cemeti terangkat, siap unutk menghujam dalam.

“Ampuuuuunn,” jerit Bang Dani lagi.

"Lantas, jika kau bisa kembali lagi. Apa yang akan engkau lakuin?"

Bang Dani tersentak.

"Ten--tentu saja aku akan beribadah dengan sebaik-baiknya."

Sinar itu terbahak.

"Itu juga yang dulu diucapkan Fir'aun."

Bang Dani mengkeret.

"Tolonglah!' pintanya. Namun cahaya itu tidak menggubris dan malah mengangkat tangannya yang memegang cemeti, siap meluluh-lantakkan tubuh Bang Dani sekali lagi.

Sedikit lagi cemeti menghantam punggung, tiba-tiba tangan kekar itu terhenti. Dari kejauhan terdengar suara.

“Kamu beruntung, Dani Firmansyah. Tuhan masih memberi kamu satu kali lagi kesempatan untuk menjalani hidup. Kali ini jangan kau sia-siakan. Penuhi dengan amal ibadah, dan berusaha sebaik mungkin agar dapat berguna untuk orang banyak,” kata suara itu terdengar dari kejauhan, tapi sangat keras menggema di telinga Bang Dani.

“I-iya. Aku berjanji, dengan segenap hatiku,” ucap Bang Dani tulus penuh rasa haru.

“Baik. Aku pegang janjimu, Dani Firmansyah. Andai kau kembali lagi ke tempat ini, dengan kondisi yang masih sama seperti sekarang ini. Maka, jangan harap kau akan mendapat ampunan kembali. Tubuhmu, akan segera kulemparkan jadi bahan bakarnya neraka.” Kali ini sosok sinar terang itu yang berbicara, membuat nyali Bang Dani ciut.

Akan tetapi, dia sangat bersyukur, masih diberi pengampunan untuk saat ini.

Belum sempat mengucapkan terima kasih, tubuh (mungkin roh) Bang Dani seperti melesat dihempaskan kembali dari ketinggian.

Dari gelap menuju cahaya, kini dia bahkan tak sanggup untuk membuka mata karena silaunya.

“Terima kasih,” lirih kata itu ia ucapkan, sebelum akhirnya dia bisa membuka mata, dan dapat melihat di sekeliling, ruangan serba putih, di mana beberapa orang tetangganya tampak menunggu dengan cemas.

Terpopuler

Comments

Aroem Aziez

Aroem Aziez

terima kasih 😊

2021-06-04

0

Nyenk Fateem

Nyenk Fateem

tulisannya bagus, lanjut baca..

2021-06-03

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!