Erdogan, 26 tahun.
Pria berwajah blasteran Indo-Turki itu memacu sepeda motor sportnya dengan kecepatan sedang. Jalanan cukup lengang. Karna ini hari minggu, jadi orang-orang yang biasanya berangkat ke kantor, lebih memilih untuk bersantai dan istirahat dirumah.
Hari ini dia berjanji akan menjemput Syahna, gadis mungil yang sudah dipacarinya selama empat tahun. Dia sudah merencanakan sesuatu yang spesial untuk kencan mereka hari ini. Seutas senyum yang mempesona terus terkembang di bibir manisnya.
Hampir setengah jam jarak waktu yang ditempuh dari rumahnya ke rumah kekasihnya. Dan begitu ia sampai di depan sebuah rumah elite berlantai dua, dengan pintu gerbang yang hampir tiga meter tingginya, rumah dengan cat dominan berwarna putih kombinasi biru muda.
Seorang pria berumur sekitar 30 tahunan dengan badan tegap berotot, sehingga wajahnya nampak lebih tua dari umurnya yang sebenarnya, membukakan pintu gerbang begitu melihat kedatangan Erdo.
“Pagi mas Erdo,,” sapa Pak Bagus, satpam keluarga Syahna.
Hampir semua anggota keluarga Syahna sudah mengenal dirinya. Termasuk Pak Bagus. Karna Erdo memang sering datang kemari saat ia hendak menjemput Syahna.
“Pagi Pak,,” jawab Erdo sambil melajukan sepeda motornya masuk kehalaman rumah.
“Hei Do,” sapa Lian yang sedang membersihkan sepeda motornya di teras samping.
“Lagi ngapain bang?” Tanya Erdo yang langsung menghampiri Lian.
“Biasa, disiapin buat bertarung entar siang.”Jawab Erdo. “kayaknya si nana belum bangun deh. Coba aja masuk sana kedalam.”
“Yaudah, aku masuk dulu ya bang,,” kata Erdo kemudian masuk kedalam rumah.
Erdo berjalan masuk lewat pintu depan yang terbuka. Sebelum ia masuk, ia menyempatkan diri untuk mengetuk dan memberi salam terlebih dahulu.
“Wa’alaikum salam,,” jawab Pak Adhi, ayah Syahna. “oh,, nak Erdo rupanya, mari masuk. Silahkan duduk.” Jawab Pak Adhi. Pria paruh baya yang hampir seluruh rambutnya sudah ditumbuhi oleh uban itu, selalu bersikap ramah kepada Erdo.
Erdopun kemudian mengambil posisi duduk di seberang Pak Adhi.
“Si nana belum bangun,,” jelas Pak Adhi tanpa ditanya terlebih dahulu. Karna Pak Adhi tau maksud dan tujuan Erdo datang kerumahnya. Apalagi kalau bukan untuk menjemput putri semata wayangnya itu pergi.
“Minum dulu nak Erdo, biar tante bangunkan dulu Nana-nya ya,,” timpal Bu Ayu sambil meletakkan secangkir teh hangat yang masih mengepul ke atas meja tepat dihadapan Erdo.
“Iya tante, makasih.” Jawab Erdo sambil mengangguk sopan. Ekor matanya mengikuti Bu Ayu saat menaiki tangga menuju kekamar Syahna.
Untuk beberapa saat, hanya ada keheningan diantara Erdo dan Pak Adhi. Pemuda itu terlihat salah tingkah dan segan dihadapan pria paruh baya yang kharismanya luar biasa itu. Wajar saja, karna Pak Adhi merupakan seorang pensiunan tentara.
“Gimana kabarnya nak Erdo?” Tanya Pak Adhi membuka pembicaraan. Sepertinya Pak Adhi membaca kecanggungan disekitar mereka.
“Baik om,” jawab Erdo masih dengan suara canggung.
“Sibuk apa belakangan ini?” Tanya Pak Adhi, masih berusaha mencairkan suasana. Dia tidak ingin terlihat kaku dihadapan pria yang mungkin saja nanti menjadi menantunya itu.
“Biasa om, sibuk kerja.” Jawab Erdo, kini dia mulai merasa lebih santai.
“Baguslah, asal ditekuni, pasti tidak berat.” Kata Pak Adhi memberi semangat.
“Iya om...”
Erdo bekerja di salah satu perusahaan multinasional yang bergerak dibidang ekspor dan impor. Pak Adhi tau itu, karna dulu Pak Adhi lah yang merekomendasikan Erdo untuk bekerja disana. Kebetulan perusahaan itu merupakan perusahan milik rekannya.
Saat sedang mengingat kebaikan dari Pak Adhi, mata Erdo dikejutkan dengan sosok gadis mungil yang sedang berjalan menuruni tangga ambil menguap beberapa kali. Mata gadis itu bahkan masih agak terpejam, tangannya juga beberapa kali menggaruk-garuk kepalanya diantara rambut yang berantakan dan air liur yang sudah mengering dengan balutan piyama berwarna biru langit yang dulu dia berikan. Seketika membuatnya tersenyum lebar.
Wajah Syahna lucu sekali. Itu adalah kali pertama Erdo memergoki penampakan Syahna saat baru bangun tidur.
“Hai Na.” Sapa Erdo.
Sapaan Erdo ternyata malah membuat Syahna terkejut dan kemudian berlari kembali menaiki tangga. Membuat Erdo tertegun sambil terkekeh.
“Ya ampun. Dia pasti malu setengah mati.” Seloroh Pak Adhi sambil menoleh kearah tangga. “jadi nak Erdo, apa kamu sudah siap meminang Syahna?”
Glek.!
Sebuah pertanyaan yang tidak pernah diduga oleh Erdo. Dan pertanyaan itu kembali membuatnya salah tingkah.
“O,, e,,” Erdo tidak mampu mengeluarkan kata-katanya. Seketika tenggorokannya terasa kering, dan jantungnya berdegup sangat kencang.
Pertanyaan itu terasa lebih mencekam ketimbang pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan saat dia wawancara kerja dulu.
Dulu, saat wawancara kerja, walaupun dia gemetaran, tapi dia masih bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan itu dengan lancar. Berbeda halnya dengan satu pertanyaan yang baru saja dilontarkan oleh Pak Adhi.
Hanya satu baris kalimat tanya, tapi sudah mampu meruntuhkan semua rasa percaya diri Erdo.
“Saya memang sudah berencana seperti itu om, tapi belum menemukan waktu yang tepat.” Akhirnya, dengan segenap tenaga dan keberanian, ia memaksa suaranya untuk lolos dari mulutnya.
“Berikan yang terbaik buat putri om ya, bagaimanapun caranya.” Pesan mendalam dari orang tua yang sangat menyayangi putrinya. Erdo bisa melihat harapan yang besar dari tatapan pias dari mata Pak Adhi.
“Baik om. Itu sudah pasti.” Jawaban dari Erdo sekaligus menegaskan, bahwa ia akan bertanggung jawab penuh kepada Syahna. Seperti yang diharapkan oleh Pak Adhi.
Untuk menghilangkan kecanggungannya, Erdo kembali menyeruput teh yang sudah mulai dingin. Tepat disaat itu, Syahna muncul dan berjalan dengan anggunnya dengan mengenakan dres selutut bermotif bunga. Terlihat sangat cantik, apalagi sebuah jepit rambut membantu menambah kesan manis dari gadis itu.
Seketika juga Erdo tersenyum senang melihat kedatangan Syahna.
“Udah siap?” Tanya Erdo dengan mengembangkan senyumam mematikan miliknya.
Dan setelah berbasa-basi sedikit dengan Lian, mereka berduapun langsung berjalan keluar dari rumah. Erdo tidak bisa menahan rasa jahilnya saat ia mengancingkan kancing helm milik Syahna. Ia sengaja mendekatkan wajahnya sampai jarak yang sangat dekat dengan wajah kekasihnya itu.
Ia semakin menjadi saat melihat pipi Syahna yang semakin merona karna kejahilannya. Kemudian tersenyum senang dan langsung berbalik sambil menghidupkan mesin motornya.
Dengan segera Syahna juga ikut naik, kemudian memeluk pinggang Erdo seperti biasa.
Erdo menghentikan laju sepeda motornya saat melihat Lian yang juga sedang berhenti di depan rumah tetangga mereka. Ia hanya tersenyum saja mendengar Syahna yang berkali-kali melontarkan ejekan kepada abangnya itu.
Tidak mau melihat ‘perang’ itu berlangsung lama, ia segera pamit kepada Lian dan kemudian kembali melajukan motornya membelah jalanan ibu kota dengan cuaca yang sangat terik.
Erdo sengaja menstabilkan kecepatan motornya dengan kecepatan sedang. Karna ia tidak ingin terlalu cepat sampai di tujuan mereka. Di perjalanan, ia terus memikirkan tentang perkataan Pak Adhi padanya. Dan entah kenapa, ia merasa sedikit terganggu.
Apa Syahna memang ditakdirkan untuk menjadi pendamping hidupnya?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Maminya Nathania Bortum
mantul
2022-04-16
0
Ati Setiawati
lope lope Erdogan halunya mak eee🥰🥰
2021-05-04
0
U_Line
4 th udah terlalu lama,sudah saat mengambil keputusan Erdo.......🙈
2021-05-04
0