Syahna berjalan seanggun mungkin saat menuruni tangga. Soalnya tadi dia sudah kalah malu. Erdo yang melihat kekasihnya itu sudah rapi dan cantik, langsung menebarkan senyum pesonanya dengan mata yang berbinar.
“Udah siap?” Tanya Erdo yang dijawab dengan anggukan kepala dari Syahna.
“Euleuh,, euleuh., yang mau kencan. Cantik amat.” Sindir Lian, kakak laki-laki Syahna.
“Abang, apa-apaan sih..” Jawab Syahna dibarengi dengan wajahnya yang merona. Biar bagamanapun Syahna adalah seoang wanita. Yang tetap saja kalau dipuji ‘cantik’ pasti langsung salah tingkah. “Abang mau kemana? Sudah rapi begitu.?”
“Emangnya cuma lo doang yang punya jadwal kencan? Abang juga punya keles.” Seringai Lian sambil mengambil helm di rak dekat pintu.
“Yeee,, bisanya kalau kencan bawa mobil, kok ini bawa motor?” Syahna balik bertanya.
“Bocah kecil dilarang kepo.” Seloroh Lian sambil berlalu keluar rumah. Dan tidak lama kemudian terdengar suara motor di starter.
Sementara Syahna memanyunkan bibirnya sambil melotot kearah Lian. Dia sebal karna terus saja dipanggil bocah kecil oleh kakaknya itu.
“Udah, jangan cemberut. Ayuk kita juga pergi sekarang.” Ajak Erdo dengan senyuman mempesona khasnya. “kalau gitu kami berangkat dulu ya om,,” pamit Erdo kemudian menyalami dan mencium punggung tangan pak Adhipati.
“Hati-hati dijalan ya.. Jangan terlalu malam pulangnya.” Pesan pak adhi.
“Iya yah, kami berangkat dulu ya yah.” Jawab Syahna. “Nda.! Kami pergi dulu..” Imbuhnya setengah berteriak. Karna Bu Ayu sedang berada di dapur.
“Dasar bocah gak ada sopan-sopannya. Pamitan bukannya datengin ke dapur, malah teriak-teriak.!” Bu Ayu merepet sambil berjalan ke ruang tamu. “anak-anakmu itu lo yah, kok satupun gak ada yang beres. Yang satu pergi malah gak pamitan.” Bu Ayu melampiaskan kekesalannya kepada suaminya.
“Anakku ya anakmu juga to nda,, nda,,” jawab pak Adhi santai sambil menyeruput kopi terakhirnya dari atas meja.
Tentu saja jawaban itu langsung mendapat cibiran dari Bu Ayu. Tapi kemudian wanita paruh baya itu kembali kedapur untuk melanjutkan membuat kue. Tapi tidak lama kemudian, Bu Ayu malah kembali lagi keruang tamu.
“Yah, apa menurut ayah Nana cocok sama Erdo? Bunda kok kurang sreg ya yah,, perasaan bunda, nak Erdo itu, gimana ya cara jelasinnya...” Kata Bu Ayu memutar bola matanya keatas, seperti sedang memikirkan sesuatu dengan keras.
“Nda, kita itu gak bisa mengatur mereka masalah jodoh. Anak-anak jaman sekarang itu beda sama jamannya kita dulu. Lagian yang akan menjalani pernikahan kan mereka, bukan kita. Mereka pasti bisa memilih yang terbaik buat mereka sendiri. Yang jelas, yakin saja sama yang diatas. Kalau Erdo bukan jodoh Nana ya mereka pasti gak akan bersatu biar gimanapun caranya.” Jelas Pak Adhi panjang lebar.
Bu Ayu mengangguk-angguk sambil mencibir. Dia membenarkan perkataan suaminya. Kemudian kembali lagi ke dapur untuk melanjutkan membuat kue nya.
Di halaman, Syahna sedang bersiap-siap, dengan Erdo yang sedang mengenakan helm kepadanya. Wajah Erdo yang berada sangat dekat dengan wajahnya membuat pipi Syahna merona. Gadis itu sudah sepenuhnya takluk kepada pria berwajah manis itu.
“Kenapa muka kamu merah gitu?” Tanya Erdo pura-pura tidak tau. Padahal tentu saja Erdo tau, karna diam-diam, Erdo memang sengaja menggodanya.
Syahna mengeratkan pegangannya di pinggan Erdo sebelum motor sport itu melaju ke jalan raya.
“Selamat bersenang-senang Mbak Nana..” Seloroh Pak Bagus sambil tersenyum misterius. Kemudian membukakan pintu gerbang untuk mereka. Pak bagus adalah satpam keluarga Pak Adhi yang berasal dari Semarang, Jawa Tengah.
“Makasih ya Pak.” Jawab Syahna.
Motor yang mereka kendarai sudah keluar dari halaman rumah, tapi kemudian Erdo menghentikan motornya tiba-tiba saat melihat Lian yang sedang duduk di motornya juga sedang berhenti di rumah tetangga Syahna.
Syahna langsung melihat dan tersenyum mengejek kearah Lian.
“Jiaahh,,, rupanya Bang Lian kencan sama Natta De Coco.” Seloroh Syahna. Saat melihat Natta yang juga sedang mengenakan helm dan berjalan menghampiri Lian di pinggir jalan. “emangnya udah gak ada cewek apa Bang? Masak iya jalan sama sari kelapa.” Syahna merasa berada diatas awan saat bisa mengejek Lian dan Natta secara bersamaan. Karna memang Lian dan Natta sudah bersahabat sejak mereka pindah ke rumah itu. Momen ini jarang sekali dia dapatkan.
“Berisik, lu bocah.!” Dengus Lian.
Sedangkan Natta hanya melirik saja kearah Syahna dan Erdo. Pria dengan hidung mancung dan bola mata berwarna coklat itu memilih untuk diam dan tidak meladeni ejekan Syahna. Hari masih pagi, dan Natta tidak ingin memulai harinya dengan berdebat dengan Syahna.
“Kami duluan Bang.” Ujar Erdo mengangguk sopan kepada Lian dan Natta.
“Yoi. Hati-hati ya.” Jawab Lian.
“Iya Bang.” Jawab Erdo kemudian melajukan motornya keluar komplek perumahan elit itu.
“Beb, mau beli sesuatu dulu gak buat cemilan disana nanti?” Tanya Erdo menawari.
“Boleh. Kalau gitu kita mampir ke minimarket dulu ya,,”
“Siap.” Jawab Erdo yang membuat Syahna terkekeh.
Pria yang sudah 4 tahun dipacarinya itu selalu saja bisa membuat Syahna tersenyum dan tertawa. Selalu menuruti semua keinginan Syahna tanpa terkecuali.
Erdo menepikan motornya di sebuah minimarket, setelah turun dari motor, mereka langsung masuk kedalam untuk membeli camilan.
Syahna membeli dua bungkus keripik kentang, satu bungkus keripik tempe, dua kaleng minuman bersoda, dan dua buah es krim stroberi kesukannya. Setelah membayar di kasir, Syahna menenteng belanjaannya dan menghampiri Erdo yang sudah lebih dulu keluar dan sedang duduk di sebuah kursi yang ada didepan minimarket tersebut.
“Beb, kita berhenti sebentar ya, makan es krim dulu.” Pinta Syahna yang langsung ikut duduk disamping Erdo.
Syahna mengambil dua bungkus es krim dari dalam plastik kemudian memberikan satu bungkus kepada Erdo. Untuk sejenak mereka melepaskan rasa panas dengan menjilati es krim. Hari ini cuacanya memang sangat terik. Bahkan masih jam 10 saja sudah terasa sekali panasnya.
Syahna tersentak saat Erdo menggenggam tangannya dan meraih tangannya kemudian meletakkannya diatas paha pria itu. Sudah 4 tahun pacaran, tapi Syahna masih saja terkejut saat Erdo dengan tiba-tiba menunjukkan kemesraannya seperti itu. Entah kenapa dia merasa risih.
“Kamu tadi ngobrol apa aja sama Ayah beb?” Tanya Syahna mencoba mengalihkan rasa tidak nyamannya karna genggaman tangan Erdo.
“Emmm,,, ngobrolin tentang kapan mau ngelamar kamu.”
“Uhuk. Uhuk. Uhuk.!” Syahna langsung tersedak jilatan terakhir es krimnya. Wajahnya kembali merona. Erdo dengan sigap langsung menepuk-nepuk punggung Syahna kemudian berlari kedalam minimarket dan membeli sebotol air mineral.
Ngelamar? Ngelamar gue? Yang bener? Gue mau dilamar? Erdo mau ngelamar gue? Astaga.!
“Nih, minum dulu,” kata Erdo sambil menyerahkan botol air mineral yang sudah dia buka sebelumnya.
Dengan segera Syahna langsung meneguknya sampai habis setengah botol.
“Kok malah kaget sih? Emangnya kamu gak berharap begitu?” Tanya Erdo memancing.
“Ehm,,, enggak, bukan begitu. Aku,, aku,,” Syahna tidak mampu melanjutkan jawabannya. Suaranya tercekat ditenggorokan.
Entahlah, Syahna belum yakin kalau ia akan berakhir dengan menikahi Erdo. Masih ada sedikit rasa tidak nyaman dihatinya.
Apa memang Erdo adalah orang yang tepat untuk membina rumah tangga bersamanya? Syahna masih mencari jawabannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Maminya Nathania Bortum
semoga thor org yg tepat jadi teman saya saling sport
2022-04-16
0
Jusna Aliza
bimbang nana
2021-05-05
1
Ati Setiawati
paling demen dech dgn karakter timur tengah atau amerika latin❤❤❤
2021-05-04
0