Kami pulang bersama untuk pertama kalinya, hari ini 20 juli 2020. Aku dan reynaldy nagara. Dibawah guyuran hujan yang mengguyur kota ini. Didalam sebuah mobil keluaran terbaru tahun ini. Di antara suasana hening yang terjadi kali ini. Aku malas sebenarnya untuk mengakui, jika aku agak tertarik padanya.
Inginku jatuh cinta pada lelaki yang cuek dan sedikit acuh namun aku tak bisa mengendalikan hatiku ingin berlabuh kemana.
......................
"ekhem, yang kemarin abis dianterin cowo bahagia banget kayaknya," sindir mama.
"apasih ma, aku biasa aja," cuekku.
papa mengeryit sejenak. "kania pacaran?" tanya papa. Aku menggeleng panik. Bahkan mataku terbuka lebar.
"engga, itu temen," sangkalku. Bisa runyam kalau papa sampai ngira rey itu pacarku. Dicoret dari kk bisa bisa aku.
"beneran? kania ga pacaran kan ??" papa menghela nafas pelan lalu melepaskan kacamatanya. Menatap ku dengan tajam.
"papa gak pernah ngelarang kamu mau melakukan apapun itu, hanya satu yang papa ga inginkan dari kamu. Jangan pacaran, kania ingat kan ?" aku mengangguk pelan.
"kania tau sendiri kenapa papa sama mama ngelarang kamu untuk berpacaran. Papa ga mau ada sania yang kedua,"
Tapi aku bukan sania.
"papa bolehkan kamu pacaran nanti kalau kania sudah besar. Sudah kuliah, sudah kerja. Punya pacar yang kania kira pas dan cocok ga perlu lama lama, langsung nikah aja ya," papa membelai rambut coklat sepunggungku yang curly dibagian bawah.
"kania dengar papa kan ?" tanya mama. lagi lagi aku mengangguk.
"sana berangkat sekolah, hati hati dijalan. Ga usah ngebut,"
"ga pernah ngebut," sahutku.
......................
kakiku melangkah pelan menuju kelas. Suasana yang hening seperti ini mengingatkannku pada kejadian 1 tahun yang lalu. Sepi.
kemana semua orang? Apa aku terlalu pagi? Selertinya iya.
Tepukan dibahuku membuat tubuhku menegang. Sontak bulu halus disekujur tubuhku berdiri. Aku bahkan tidak berani menoleh kebelakang, takut jika yang akan kutemui adalah pelaku yang satu tahun lalu aku lihat.
Memang kejadian itu agak membekas diingatanku dan membuatku ketakutan tidak jelas sewaktu waktu, namun yang ini berbeda. Ini jelas, entah siapa yang ada dibelakangku.
Tangannya yang ada dibahuku meremas pelan dan memutar tubuhku kebalakang, menghadap kearahnya. Aku masih memejamkan mataku karena ketakutan.
"pagi kaniaa," mataku sontak terbuka lebar dan menatap kesal kearahnya.
"kok kayak ketakutan gitu sih hayoo kenapa?" godanya.
"siapa yang ga takut coba, koridor sepi gini tiba tiba nepuk bahu kan kaget," aku memutar tubuhku kembali.
Rey mengikutiku hingga kelas. Kan memang kami sekelas. Aku menepuk jidatku pelan.
"kenapa ? Kania pusing?" rey mendekatkan wajahnya padaku. Aku langsung memukul jidatnya agar dia mundur.
"reyy jangan ganggu aku buat hari ini ya," tuh kan kayaknya aku ketularan sintingnya sampai bilang aku kamu kedia.
"kenapa ga boleh ganggu? Eh tadi kamu udah mulai aku kamuan lagi ya ? Udah mulai jatuh cinta sama aku?" rey menaik turunkan alisnya menggodaku.
"hehh kalau mau pacaran jangan ngalangin jalan dong," sewot vano. Aku segera masuk kekelas tanpa menanggapi ucapan rey sebelumnya.
Namun sialnya, dia malah duduk dikursi kosong sebelahku. "mau ngapain lagi sih hah ?"
"loh tadi bukannya ketakutan ya ? Ditemenin malah marah,"
Aku mengeram kesal. "kan bisa duduk ditempat lain yang lebih jauh,"
"aku maunya disini sih, gimana coba?" rey tersenyum miring menatapku. Membuatku ingin mendorongnya hingga terjerembab kebelakang. Namun yang pasti semua itu hanya khayalanku belaka. Bukti nyatanya, rey masih menyunggingkan senyumnya dihadapanku.
"yaudah kalau gt diem," aku melanjutkan kegiatanku membaca novel yang tertunda berhari hari.
Rey memang diam namun dia terus menatapku sambil tersenyum senyum. Hingga 5 menit kemudian aku sudah tidak tahan untuk menegurnya.
"rey !! Ngapain sih lihatin mulu?" aku melotot kearahnya dia malah tertawa senang karema berhasil menggodaku.
Vano yang mungkin terusik dengan suara kami menggebrak meja dengan keras lalu menatap kami tajam. "kalau mau ribut diluar aja deh, jangan ganggu yang lain," peringatnya.
"tuhh vano marah kalau kamu teriak teriak. Mending kita kekantin aja yuk," aku mendelik sebal kearahnya.
"kenapa? Mau digendong?" tawarnya.
Semua pasang mata yang memang sudah ada dikelas sontak menatap kami mendengar ucapan rey. Lalu menggoda kami habis habisan.
"ciee pj nya mana ni,"
"aduhhh aduhh pagi pagi udah liat pasangan bucin,"
"gendong ga tuhh,"
"iya aku maunya digendong, gt dong na,"
"iyha mas gendong akhuuu, hahaha"
"tak gendong kemana manaa, "
Mereka menertawakan kami. Membuatku membenamkan wajah ke lipatan tangan. Rey bukannya malu justru ikut tertawa bersama mereka.
"besok ikut aku ya, hari minggu kan ? Libur,"
Karena sudah lama aku tidak jalan jalan dan liburan, tentu aku tertarik dengan tawaran rey. "kemana?"
Rey tersenyum puas. "kita kepantai aja, pasti ramai," aku mengangguk setuju. Karena aku memang menyukai pantai.
"pulang aku anter lagi ya,"
Aku menggeleng keras. "engga ya, mama sama papa curiga aku punya pacar gara gara kamu nganterin aku kemarin. Aku ga mau,"
Rey menghela nafas. "kayaknya bakal susah buat dapetin kamu. Ga cuma kamunya yang nolak aku terus. Orang tua kamu juga ya, " aku mengangguk angguk saja biar cepat.
"nanti kalau abis sma kita nikah aja ya, lulus nanti maksudnya, kita langsung nikah, ini kan bulan juli, berarti, agustus, september, oktober, november, desember, januari, februari, maret. 8 bulan lagi lah ya,"
Aku memukul lengannya keras. Tak peduli jika dia terus mengelak. "udah na udah. iya aku cuma bercanda," aku menghentikan pukulan ku setelahnya.
"tapi sebenernya aku serius loh, kita nikah lulus sma ya," ajaknya lagi. Aku melotot dan hendak melayangkan pukulan untuk yang kedua kalimya sebelum sebuah suara menginterupsi gerakanku. Aku segera duduk dengan tegak dan rey kembali kemejanya karena guru kimia telah memasuki kelas.
Kelas yang semula gaduh menjadi hening.
"pagi anak anak semuanya," sapa guru tersebut.
"pagi pak," jawab kami serentak.
"hari ini bapak ga bisa ngajar kalian. Karena sekolah kita sedang kedatangan tamu penting. Jadi bapak akan berikan tugas kepada kalian. Hari ini juga harus selesai. Bapak tunggu diruangan nanti ya," kami menelan sorakan yang hendak keluar saat guru kimia tersebut mengatakan tidak bisa mengajar kami.
"ketua kelas ?"
"saya pak," sahutku.
"nanti bukunya dikumpulkan diruangan bapak. Bapak tunggu ya," aku mengangguk pelan. "baik pak,"
...****************...
"mau dibantu ga?" tanya vano. Aku mengeryit sejak kapan vano mau membantu orang lain. Mau berinteraksi dengan orang lain. Terlebih aku.
"iya, tolong bawakan setengah bukunya ya," tentu saja aku kerepotan membawa buku karena ada 36 buku dan tebal isi 50 bahkan ada yang lebih. Khusus buku kimia memang guru tersebut reques begitu. Bahkan warnanya juga harus senada semua warna biru.
Sepanjang koridor vano tidak mengucapkan apapun. Bahkan setelah menaruh buku pun dia masih tetap membisu. Hingga saat kami hampir berpisah diparkiran vano mengucapkan sesuatu yang tidak aku mengerti.
Vano menghentikan langkahnya dan menatapku datar. "hati hati sama rey. Dia ga seperti yang terlihat," setelah mengucapkan itu, vano pergi seperti tidak mengucapkan apapun.
21 juli 2020 vano memperingatiku untuk berhati hati pada rey. Sebenarnya ini sudah agak terlambat karena aku sudah menjatuhkan hati pada rey.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
❤️YennyAzzahra🍒
Banyak dukungan untukmu Thorr.
Ditunggu blk dikaryaku 🤗
2021-05-08
1