DON'T LEAVE ME PLEASE
HALO SEMUANYA, KINI AKU MAU REVISI BESAR BESARAN YA, DAN MUNGKIN INI CERITANYA BAKAL 100% BEDA BANGET SAMA YANG DULU.
Kakiku bergerak cepat dengan gesit melewati koridor lantai kelas XI. Waktu telah menunjukkan pukul 21:00 tepat dengan suara lonceng yang saat ini berbunyi dengan keras. Suaranya sangat memekakkan telinga karena menggema keseluruh area sekolah. Aku agak heran kenapa malam ini tidak ada satupun satpam yang berjaga.
Jika bukan karena buku kimia ku ketinggalan dikelas mana mau aku masuk kesekolah ini lagi. Guru kimia disekolah ini sangat killer, entah kenapa hanya karena murid izin sedikit saja langsung berpikir yang tidak tidak. Istilahnya overthingkin**g.
langkahku tiba tiba terhenti karena melihat sesosok bayangan disana, aku penasaran tapi juga takut. Akhirnya kupilih untuk mengikuti bayangan itu. Berjalan mengendap endap hingga aku bisa melihat siapa pemilik bayangan itu.
Seseorang yang entah pria atau wanita. Memakai tudung berwarma hitam hingga aku tak dapat melihat bagaimana rupannya, tengah menyeret anggi. kenapa aku mengenalnya ? Karena dia teman sekelasku. Anggi pendiam entah bagaimana bisa dia memiliki musuh.
kaki ku sudah gemetar hebat. "kumohon, seseorang datanglah," bisikku. aku tidak mungkin membantunya. Bukannya membantu, aku malah akan jadi korban berikutnya, dan akhirnya tak ada yang menolong kami.
"tolongghhhh," jerit anggi. Aku melihat semuannya. Aku menyaksikan segalannya. Saat anggi menjerit meminta pertolongan disertai dengan air mata yang terus mengalir pada kedua pipinnya. Hingga tangan yang membekap mulut anggi. Tamparan terakhir yang kulihat sebelum aku meninggalkan anggi sendirian disana.
Ya, aku memilih egois dan melarikan diri sebelum pelakunnya menyadari keberadaanku.
"semoga anggi baik baik aja,"
"anggi pasti baik baik aja,"
Aku terus berusaha meyakinkan diri walaupun sisi lain dari diriku menyangkalnya.
sejengkal lagi aku akan sampai di pintu gerbang, aku masih heran kenapa tetap tidak ada satpam. Aku melangkah sedikit cepat hingga seperti berlari. Aku bersembunyi dibalik tembok dan menatap lantai dua tepat dimana terakhir aku melihat anggi.
Aku masih melihat dia, pelakunya. Dia ada disana entah sejak kapan, semoga dia tidak melihatku saat keluar tadi. Tapi rasanya mustahil dia tidak melihatku. Aku menyesali kecerobohanku. Karena sudah tidak berguna lagi untuk bersembunyi. "dia melihat kesini," bisikku lirih.
aku segera berlari menjauhi sekolah, merasa bodo amat jika dia melihatku. Semuanya sudah terjadi aku hanya bisa menyesali diri. Andai aku tidak takut pada guru killer itu. Andai aku mengerjakan pr lebih awal. Andai aku tidak ceroboh menaruh barang. Andai aku tidak nekat. semuanya tidak akan terjadi. Aku tidak akan melihat adegan seperti ini, tidak merasa ketakukan akan kematian.
"bagaimana jika dia membunuh anggi ?"
Aku segera melajukan mobilku membelah jalanan kota besar ini. Walaupun bukan ibukota namun kota ini sangat padat, hingga aktifitas malamnya.
"tidak mungkin ada orang setega itu,"
Aku menghela nafas pelan. "jangan menyesal kania. Aku telfon polisi ga ya?"
"ga deh, aku takut,"
......................
"sarapan dulu sebelum berangkat!"
"tapi udah jam segini mah," aku melirik jam dinding dengan penuh kekhawatiran.
"kaniaa makan dulu!" mama melotot kearahku. Mau tak mau aku harus kesana dulu.
Aku mendengkus kesal. "iya iya, nanti kalau kanoa telat salah mama,"
"makannya yang cepet, bangun pagi pagi banget, subuh udah mandi ehh tetep aja hampir telat. dandan mulu ngaca aja terus dikamar. Alasan belum skincarean lah, belum make cushion lah, belum make liptint, lipbalm, sunscreen, sunblok, belum lagi rambutnya belum dicatok, tiap hari juga ributin masalh itu sampe ga kelar kelar, telat kan? Belum sarapan pagi lagi,"
"nanti belum lagi ada aja barang yang ketinggalan. Heran deh mama sama papa tuh ga ada yang teledor kaya kamu. Duit aja nomor satu, barang hilang kesekian ribu,"
"udahlah ma, ngomelnya ntar aja aku mau makan,"
"papa mana? Kok cuman kita?" sambungku.
"papa udah berangkat, nunggu kamu kelamaan, sampe ayam betelor baru kamu turun," mama mengangkat satu kakinya diatas kaki yang lain sambil menonton televisi.
"lebay deh ma, apaan sih nyatannya ayam belum bertelor aku udah turun," sahutku.
Mama membalikkan badan kearahku. "kata siapa! Ayam udah bertelur kok, kalau ga percaya, cek aja kebelakang," aku membelalakkan kedua mataku hingga mulutku iku terbuka sedikit dan hanya menganggu angguk.
"yaudah, kania berangkat ya ma," cicitku.
"belajar yang bener, jadi anak yang pinter jangan malu malu in mama,"
"iyaa," mama lalu menoyor kepalaku.
sontak aku melotot. "apaansih ma, aneh deh,"
"dibilangin mamanya tuh dengerin ga sih,"
"denger udah kania berangkat, sayang mama," aku mencium pipi mama.
......................
"kaniaa bestiee gw ya ampun muka lo kusut amat," ucap dania.
"heh dengerin, masa tadi dikelas ada cowo rese banget," aku dania dan nila memang ga sekelas dikelas XII. Aku XII mipa 1 sedangkan dania dan nila XII mipa 2.
"siapa?" tanya nila.
"rey dia anak baru. Baru sebulan sih, tapi tingkahnya itu loh bikin pusing." keluhku.
"owh yg bikin lo uring uringan sebulanan ini kan ??" dania tertawa keras.
"gimana ga kesel coba dia—"
"dia kenapa?" sela rey. Aku melotot lalu menatapnya tajam.
"reyyy ngapain sih?" geramku.
"ga ngapa ngapain. Jalan yuk," tiba tiba aja anak satu itu udah duduk didepan ku.
Udah berkali kali rey memintaku untuk berpergian dengannya namun kutolak. Terakhir adalah permintaannya untuk mengajakku makan malam. Bisa habis dibabat si papa kalau sampai mama papa tau. Dicoret dari kk juga pastinya.
"ga mau," tolakku segera.
"loh kenapa, tenang aja aku yang bayar. kamu mau belanja apa aja juga aku mau kok bayarin. Apa sih yang nggak buat kamu,?"
Dikira aku matre apa ya. Sialan ni cowo.
"kamu tau sendiri aku dilarang pacaran. Udah deh," jawabku kesal. Aku memang dilarang menjalin asmara saat masih sekolah. Katanya nanti kalau udah kuliah aja, kalau udah besar. Anak kecil jangan pacar pacaran dosa. Kalau udah nemu yang pas langsung bawa kerumah.
"yaudah kita bisa temenan aja kok. Kan hts bisa ttm juga bolehhh," ujarnya jenaka.
Aku makin kesal saat kedua sahabatku justru tertawa menyaksikan. Inginku buang saja mereka kelaut.
"gw yang ga mauuu, pliss deh,"
Bukannya apa, rey ganteng kok, kaya apa lagi. Tapi dia masih anak baru disini. Baru juga masuk sekolah satu bulan udah gencar ngedeketin aku. Siapa yang ga curiga coba. Siapa tau dia diajakin vano and the geng taruhan. Kayak yang terjadi setahun yang lalu. Ah udahlah ga usah bahas masa lalu.
"kenapaa ? Aku kan udah nawarin hts aja?" rey mengangkat sebelah alisnya. Tau ga sihhh itu yang bikin aku makin deg deg serr. Munafik kalau aku ga tergoda sama dia. Tapi aku masih curiga, karena dia deket sama vano and the geng.
"ga mau intinya, ngerti ga sih. Cari aja yang lain," ketusku. Rey justru terbahak mendengar ucapanku.
"nanti aku nyari yang lain kamu cemburu. Iya kan,?" godannya. Aku membuang muka ke kanan.
"pokoknya pulang sekolah aku tunggu diparkiran!" tegasnya.
Aku mengeryit. "ga bisa, aku bawa mobil,"
"tinggal aja, nanti aku anter sampe rumah," aku melotot kesal saat dia seenak jidat pergi setelah mengatakan itu.
kok jadi dia yang ngatur ya
"anjirr dia keknya bener bener cinta sama lo deh," dania tertawa pelan.
"kenapa ga lo terima aja sih?"
"terima apa ? Hts ? ogahh gw tuh masih curiga ma dia,"
"curiga apa sih ? Kejadian setahun yang lalu ga akan terjadi jadi lo harus lupain itu,"
......................
"ayo sayang," saat aku memasukkan beberapa buku ketas, rey tiba tiba menghampiriku.
Aku hendak menimpali ucapannya. Namun itu akan semakin memperumit dan aku ingin segera pulang. Malas berdebat lagi. Energi ku habis.
Aku memutar bola mataku. "ayo," putusku.
"yaampun nia nia. Anak baru juga lo gebet ?" tanya karina seakan tidak percaya.
Dia bertanya seolah olah aku menggebet banyak pria saja. Tapi karena aku malas berdebat maka kubiarkan saja.
"rey mending lo jangan deket deket dia deh," mata si nenek lampir itu menatapku sinis.
"ayo kita pulang. Cepetan !" ucapku dengan nada kasar.
"tuh kan dia mah kasar bentak bentak kamu. mending kamu sama aku aja rey," ucap nenek lampir itu dengan nada manja.
Sialan memang.
Kami pulang bersama untuk pertama kalinya, hari ini 20 juli 2020. Aku dan reynaldy nagara. Dibawah guyuran hujan yang mengguyur kota ini. Didalam sebuah mobil keluaran terbaru tahun ini. Di antara suasana hening yang terjadi kali ini. Aku malas sebenarnya untuk mengakui, jika aku agak tertarik padanya.
Inginku jatuh cinta pada lelaki yang cuek dan sedikit acuh namun aku tak bisa mengendalikan hatiku ingin berlabuh kemana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
HIATUS
bom like ya baca nya maraton
2021-05-09
2