Sampai di kamar mandi, Anisa bingung. Karena ia tak melihat pakaian yang di pakai tadi. " Tadi pakaian ku kan ada di sini, sekarang kemana?. Gimana aku mau keluar." ucapnya lirih.
Sementara Andi lama menunggu di luar. " Ada apa. kenapa lama sekali? ". Andi mendekati pintu kamar mandi.
" Sayang.... apa kamu Ok? " Tanya Andi mengetuk pintu.
Namun tak ada juga suara.. Ia merasa khawatir. dan mengetuknya lagi. Lagi-lagi tidak ada suara. baik suara air ataupun suara istrinya.
" Nisa.... ' Tidak ada jawaban. Andi mencoba membuka pintu untung tidak di kunci. saat ia masuk, betapa terkejutnya Andi melihat Anisa yang meringkuk di lantai kamar mandi. Dengan cepat Andi menggendong istrinya ke kasur.
" Kenapa kamu diam saja sayang, aku takut.. " Ucap Andi yang melihat Anisa menggigil.
" Maaf. Aku kelamaan mandi hingga kedinginan, jika begini aku nggak sanggup berdiri. atau pun bersuara." Ucap Anisa lirih.
" Andi selimuti aku, Aku dingin sekali." Ucapnya lagi.
Bukan selimut yang diberikan Andi, tapi pelukan. ia memeluk tubuh istrinya agar hangat.
" Tidurlah, jika kamu nyaman, aku akan membuat tubuh mu hangat." Pelukan Andi membuat Nisa menghangat.
Setelah agak lumayan hangat, ia pun berusaha melepaskan diri dari suaminya. karena ia ingat, dia kedatangan tamu bulanan, dan harus pakai pengaman. Sementara ia tak bawa apa pun.
" Nis, jangan gerak-gerak begitu. kamu menyiksa ku." Ucap Andi dengan suara berat.
" Maaf. tapi aku nggak nyaman." Jawabnya lirih.
" Kenapa.? Tadinya kamu menikmati nya? " Tanya Andi heran.
" Aku... " Anisa kembali berusaha melepaskan diri. pergerakan nya membuat Andi tersiksa. Karena ada sesuatu yang ia tahan.
" Sayang.. tolong. jangan salahkan aku jika aku melakukannya sekarang." Ancam Andi pada istrinya.
" Justru itu. makanya lepaskan aku, aku kedatangan tamu yang tak di undang." bisik Anisa. Andi terkejut.. dan spontan melepaskan tubuh istrinya kesal.
" Kamu kedatangan tamu laki-laki.' Ucap Andi curiga.
Nisa tersenyum." Bukan laki-laki atau perempuan. Tapi ini.. " Tunjuk Anisa agak menggoda.
" Maksudmu. kau halangan.? " Tanyanya tak percaya.
Anisa mengangguk. " Aku tidak bawa apa pun ke sini, apalagi pembalut. bisa kah kamu pinjam punya Feby.? Mohon Anisa.
" Hm! kalau pakaian mu sudah ada di lemari, tapi pembalut aku nggak ada. biar ku telpon dia sebentar." Ucap Andi pasrah.
Andi segera menelpon adiknya." Halo kak, ada apa menelpon ku. apakah aku segera dapat ponakan.? " Tanya Feby menggoda.
" Kau menjengkelkan. landasan becek. kamu punya pembalut nggak.? " Tanya Andi langsung.
Feby bukannya menjawab, malah terkekeh " Kasihan kakakku yang malang, sabar ya kak.." ledek Feby sambil tertawa.
" Aku sudah menduga jawabanmu. tolong antar ke kamarku.! " Ancam Andi pada adiknya yang usil itu. Dan memutuskan telpon nya.
Wajahnya merah padam karena kesal. Anisa memegang tangannya lembut. Ia tersenyum agar suaminya sabar.
Tak lama ada suara ketukan pintu dari luar, Andi segera bangkit dan membuka kan pintu. muncul adiknya membawa kantong kresek.
' Ini kak.. sabar ya.. nggak lama kok, paling seminggu." Goda Feby berusaha mendorong pintu. Karena Andi hanya membuka pintu sebagian saja untuk melihat kakak iparnya.
" Sudah sana. terimakasih bantuannya." Ucap Andi mendorong adiknya.
" Ih. aku kan mau lihat wajah kakak ipar ku. kenapa dorong-dorong." Ucap Feby kembali menggoda. Hingga Andi memukul kepala adiknya dengan kresek yang ia pegang.
' Sana.. dasar usil." Andi menutup pintunya dengan paksa, agar adiknya pergi. masih terdengar tawa Feby walau makin jauh.
" Hai! kenapa kamu bahagia sekali." Tanya Kakek Wijaya pada cucunya.
" Kakek harus bersabar ya. landasan becek, jadi nggak bisa pesawat masuk." Ucap Feby fulgar yang dapat pukulan di kepalanya dari kakek.
" Ih. anak kecil. ngomongnya sudah ngelantur, sana tidur! sudah malam." Usir kakek nya. Feby pun menurut.
Sementara Anisa kembali ke kamar mandi untuk bersih-bersih serta memakai pengaman. Dan memakai baju yang dia ambil di lemari di ruang ganti.
' Kenapa nggak ganti pakaian di ruang ganti saja, nanti dingin lagi. apa kamu senang di peluk." Ucap Andi sarkas.
" Ih kesempatan.Aku merasa lengket makanya ke kamar mandi. oh ya thanks ya bantuannya tadi." Ucap Anisa sungkan.
" Hanya ucapan terimakasih. tidak ada balasan apa gitu, sementara aku sudah berkorban." ucap Andi berargumen.
" Jadi kamu nggak ikhlas. Ih besok-besok biar saja aku seperti itu. toh aku sudah biasa melaluinya sendiri." Jawab Anisa jutek.
Andi mendekati istrinya. "bukan tidak ikhlas sayang. apakah selalu seperti ini.? " Tanya Andi mengalihkan pembicaraan.
" Ya.. Entah kenapa.. jika baru datang bulan, apalagi sedang mandi datangnya aku menggigil kedinginan." Jawab Anisa.
" Andi memeluk tubuh istrinya erat." Mulai sekarang sudah ada penghangat mu. dan aku tidak akan membiarkan mu kedinginan. Oh ya apa perlu kita cek ke dokter? " Tanya Andi antusias.
Anisa mengangguk tanda setuju."Sudah larut kita tidur ya." Ucap Anisa mengalihkan topik.
" Sini aku peluk biar nggak dingin." Goda Andi pada istrinya.
" Maunya." Jawab Anisa malu...
Andi tidak menerima penolakan, ia pun memeluk istrinya dari belakang." Nyaman. sepertinya tidurku sangat nyenyak setelah ini." ucap Andi lirih di telinga Anisa.
Anisa mencoba memejamkan matanya, karena ini pertama kali tidur di pelukan seorang. Hingga keduanya Tertidur.
Paginya ada kehebohan di bawah. Anisa terbangun mendengar keributan. Ia berusaha membangunkan suaminya yang masih tidur memeluknya. Anisa memukul lengan suaminya pelan, namun tidak ada pergerakan.
" Ia pun berusaha memutar badannya menghadap suaminya. dan menatap suaminya intens. " Ganteng... " Ucapnya lirih.
" Iyalah.. suami siapa dulu." Jawab Andi dengan mata yang masih terpejam.
Anisa mencubit hidung suaminya." Jika sudah bangun.. ayok lah keluar. Aku nggak tahu ada apa di luar heboh." Anisa mencoba melepaskan pelukan suaminya.
" Cium dulu. baru aku bangun." Andi menggoda istrinya.
"Ayok lah.. jangan aneh deh.. dengarlah makin heboh sekali sepertinya menuju ke sini." Mohon Anisa pada suaminya.
Benar, terdengar suara ketukan pintu dari luar kamar. Bahkan terdengar lagi suara ribut.
Andi melepas peluk kan nya, dan mencium bibir istrinya cepat." Hm manis." ucapnya sambil berlari membuka kan pintu.
" Ada apa pa. ganggu pengantin baru saja." Ucap Andi cuek sambil memandangi kedatangan Papanya.
" Dasar anak gila. Kau menikah tampa memberitahu ku.! " Hardik Handoko. Pada anaknya.
" Papakan juga begitu." Jawab Andi santai.
" Kau.. Ah..! Awas. aku mau lihat mantu ku." Ucap Handoko mendorong anaknya.
" Pa... " Ucap Andi melarang papa nya masuk.
Namun ia tidak melihat istrinya di kasur. Ah mungkin ia di kamar mandi. Baru ia lega.
" Baiknya kita tunggu di bawah pa. nggak enak sama mantu. Selamat ya nak. moga kamu bahagia." Ucap felisha ibu tirinya Andi yaitu mamanya Feby.
Andi dan Feby satu ayah, tapi lain ibu. Andi sangat menyayangi Feby walau mereka beda ibu. mungkin karena hanya mereka berdua saja, jadi mereka tidak ikut dengan masalah orang tuanya.
Semenjak mama Andi meninggal Handoko membawa Istri dan anaknya tinggal di London. Ia mengelola bisnis Pak Wijaya yang ada di sana. Pak Wijaya pun tidak mampu membantah, asal Andi tinggal dengannya.
Pak Wijaya tidak pernah membedakan kedua cucunya. karena melihat ke akrab pan kedua cucunya.
Handoko dan Felisha pun ke bawah, berkumpul dengan yang lain, karena kehadiran Handoko yang heboh membangunkan semua orang.
Anisa keluar saat ia sudah selesai mandi, ia pun mengambil pakaiannya di lemari.
Andi pun masuk kamar mandi bergantian. Setelah mereka rapi. keduanya pun keluar menuju ruang keluarga.
Di sana telah berkumpul, Feby terlihat sekali dengan wajah bantalnya. Hanya dia yang keliatan masih acak-acakan. Dan merenggut kesal.
"Semuanya sudah kumpul. Sebaiknya kita makan dulu." Ucap Pak Wijaya ..." Yang melihat kekesalan di wajah semua orang. Mereka pun sarapan pagi bersama.
" Oh ya Kek. hari ini aku pindah ke apartemen ya. " Ucap Andi setelah sarapan.
" Kenapa begitu cepat. Kakek kan rindu kalian berkumpul begini. Tolak Pak Wijaya pada cucunya.
" Kek. ada Feby menemani kakek. ya kan Feb? Tanya Andi yang di anggukan Feby.
" Yah..! Baiklah. tapi kamu sering-seringlah ke sini. jangan biar kakek tua ini hidup kesepian, kalian jangan menunda untuk memiliki anak. biar anak kalian saja tinggal di sini. kalian boleh tinggal kan aku." Jawab Pak Wijaya.
Handoko yang tersindir pun mendekati papanya." Maaf kan aku pa. Aku ego.. Baiklah Feby apakah kamu mau tinggal dengan kakek mu? " Tanya Handoko pada putrinya.
" Ok Pa. jangan khawatir ya kek. aku yang gantikan kak Andi yang jelek itu." Goda Feby mengajak perang.
" Dasar adik tidak berakhlak." Kesal Andi.
Feby terkekeh melihat kakaknya yang kesal. Karena ia tahu kakaknya lagi sial, malam pertama yang gagal.
" Kek. Aku ambil kuliah di sini saja, aku sekalian mengajar kakakku yang bodoh. masa sampai tinggal dua tahun." Goda Feby yang membuat Andi makin jengkel. Namun semuanya tertawa.
Anisa yang sudah tahu penyebab suaminya yang tinggal kelas, hanya tersenyum. Tanpa ia sadari, ternyata ia penyebab suaminya tinggal kelas.
" Hai. kamu benar-benar ya." Andi mengejar adiknya. mereka pun kejar-kejaran mengelilingi mereka.
Anisa bersyukur. untung keluarga nya kembali pulang semalam. kalau tidak. mungkin ia merasa malu dengan sikap keluarga mertuanya di depan keluarga nya...
" Lihat lah, apa kamu nggak menyesal menikah dengan pria seperti dia." Ucap Handoko melihat tingkah kedua anaknya.
Andi memutar arah menghadap papanya." Pa. jangan menodai pikiran istri ku." Kesal Andi pada papanya.
Handoko tertawa mengejek anaknya." Bukan menodai, papa hanya kasihan dengan Anisa. apakah ia mampu menghadapi sifat mu yang masih seperti ini, kamu tuh sudah ada ekor. jangan manja lagi." Ucap papanya bercanda.
Namun ucapan papanya membuat Andi berhenti mengejar adikya. " Semenjak kapan papa peduli denganku." Jawabnya ketus.
"'Nisa. kamu harus stok sabar yang banyak ya. karena kamu sudah memilihnya, jadi kamu nggak bisa mundur lagi. tapi papa percaya pada mu. kamu bisa menaklukkan singa liar ini." Ucap Handoko menasehati
" Ia pa. makasih kepercayaan nya." jawab Anisa tersenyum.
Banyak hal yang tidak ia tahu tentang suaminya, tapi ia akan mencoba mengetahui sedikit demi sedikit.
"Kalau begitu kami siap-siap ya kek. kami mau pulang." Andi pun mengajak istrinya bangkit dan membawanya ke kamar.
" Kakak ipar, besok aku datang ke apartemen mu." sorak Feby pada Anisa.
" Tidak boleh, ganggu aja." Jawab Andi. Namun Anisa memberi kode Ok pada Feby.
" Ok! besok kita ke mall ya kak." Ucap Feby lagi. Andi melotot kan matanya pada istri dan adiknya. Semua tertawa.
Setelah sampai di kamar, Andi memeluk istrinya dari belakang." Sayang.. kenapa kamu mau aja di ajak Feby ke mall. kamu nggak kasihan dengan ku. kita kan masih pengantin baru, udah di tinggal." Andi berucap manja pada istrinya.
" Dasar manja." Jawab Anisa cuek.
" Ih. manja sama istri boleh dong, kalau sama istri orang baru nggak boleh." Jawab Andi merajuk. Anisa hanya mampu geleng-geleng kepala.
" kamu itu beda sekali saat di sekolah dulu. Oh ya. emang kita bawa apa saja ke apartemen. aku kan belum pernah ke sana. Terus sebelum kita ke apartemen. aku mau ke kosan dulu ambil barang-barang ku." Pinta Anisa lembut.
" Ok.. istri ku sayang.." Andi mengendus leher istrinya. membuat bulu kuduk Anisa meremang.
" Hm.. bisa nggak kondisikan. katanya kita mau beres-beres.' ucap Anisa mengalihkan kecanggungan nya...
Andi terus mengendus. bahkan ia mengecup dan memberikan tanda kepemilikan di sana. Ada gelenyar aneh yang di rasakan Anisa.
Anisa berusaha melepaskan diri, karena nggak tahan dengan rasa geli menjalar seluruh tubuhnya.
" Kenapa di lepas sayang.. " Ucap Andi yang matanya sudah merah.. berkabut gairah.
" Apa yang akan kita bawa.? " Tanya Anisa kembali mengalihkan suasana yang canggung.
" Oh. nggak perlu. di sana sudah aku siapkan juga. biarlah pakaian yang di sini kita tinggal. untuk ganti, jika menginap di sini." ucap Andi yang masih memeluk istrinya.
" Tapi aku tidak mungkin meninggalkan pakaian ku yang kotor. aku kan halangan." Jawab Anisa tidak Terima.
" Baiklah. siapkanlah kemudian kita berangkat." Jawab Andi melepaskan pelukannya.
Setelah menyiapkannya semua keperluannya. Andi dan Anisa menemui keluarganya yang masih duduk di ruang keluarga.
" Jadi kamu nggak mau menundanya untuk sehari pun. papa mama akan kembali lagi besok." Harap Handoko pada anaknya.
" Jam berapa papa kembali, besok kami datang mengantarkan papa. beri kabar saja." jawabnya santai.
Handoko dan Pak Wijaya pun tersenyum.
Ternyata Andi sudah menemukan pawangnya. pikir mereka berdua.
" Ok. besok mungkin sore siap Ashar. tapi usahakan sebelumnya kalian ke sini." Ucap Handoko berharap.
"Hm! Jawab Andi memberikan jempolnya. Anisa bersalaman dengan semuanya. saat bersalaman dengan Handoko, tangannya di tahan." Papa percaya kamu pasti bisa. membantu anak papa jadi yang lebih baik." Ucap Handoko pada mantunya.
" Terima kasih atas kepercayaan nya. pa" Anisa tersenyum.
Kemudian ia pun bersalaman pada Felisha namun Felisha memeluknya. dan mencium kedua pipi Anisa. " Kami tunggu kabar baiknya ya, jika kalian hany moon, bilang pada kami. atau kalian ke London. biar kami ajak keliling nanti." Felisha berucap antusias.
" Makasih ma. nanti kami pikirkan." Jawab Anisa sopan.
Saat ia sampai pada Pak Wijaya. Ia pun di peluknya erat." Kamu persis seperti almarhum neneknya Andi. neneknya selalu sabar mendampingi ku. makanya sampai sekarang aku tidak mau mencari penggantinya. Jaga Andi buat kakek ya Nis." Kakek Wijaya melepaskan peluk kan nya.
" Kakek nggak tahu apa ke inginkan nya hingga ia rela untuk tinggal kelas, sampai kakek kewalahan dengan sikapnya dua tahun ini. Jika kakek tahu keinginannya untuk menikahi mu. tentu dari dulu kakek nikahkan."
ucap Kakek Wijaya bahagia.
" Hm. Sepertinya kakek senang sekali membully ku hari ini, Kakek balas dendam untuk dua tahun ini ya." Ucap Andi kesal yang di belakang Anisa.
" Ha... ha.... kamu tahu saja.' Jawab Kakek Wijaya yang diiringi tawa. semuanya pun tertawa. Hanya Andi yang manyun.
*Jangan lupa like dan komentar nya ya*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments