Setiap minggu pagi Nisa sibuk dengan pakaiannya. karena hari libur ini ia biasa menyetrika pakaiannya. Karena hari lain ia selalu pulang hampir sore.
Setelah selesai strika pakaiannya. ia rencana rutin ke duanya yaitu. belanja ke pasar. untuk kebutuhan satu minggu.
Setelah mandi ia bersiap naik angkot. ia rencana sarapan di pasar. karena memang itulah rutin Nisa beberapa tahun ini.
Sudah tiga tahun ia tinggal di kota ini. Kota Bandung yang penuh dengan kuliner yang menggiurkan, dan cuaca yang mendukung selalu membuat ia ingin selalu ngemil. Walau begitu tubuhnya tetap kecil mungil. jika ia berpakaian SMA mungkin masih pantas dengan postur tubuh serta wajah yang mendukung imut.
Baru saja ia akan naik angkot yang baru lewat di depannya, sebuah motor sudah berhenti tepat di depannya secara tiba-tiba. Anisa terkejut bukan main, hingga ia memegang dadanya.
" Assalamu'alaikum buk guru cantik." ucap seseorang di balik helm.
Anisa menoleh (rasanya tidak familiar siapa ya). pikir Anisa dalam hati.
Kebingungan Anisa terbayar di saat pemuda tersebut membuka helmnya. " Mau kemana buk guru cantik pagi ini.? " Tanya Andi turun dari motornya sambil tersenyum.
Anisa terdiam. " Hm.. mau ke pasar, ada apa ya. sepertinya saya nggak ada janji hari ini.? " Tanya Anisa heran.
" Oh. santai aja buk. apakah buk guru sibuk, hingga tidak bisa menerima ke datangan saya.? " Tanya Andi makin mendekat.
Keadaan ini membuat Anisa tidak fokus, karena Andi selalu bikin ia melongo. " Nggak juga." jawabnya menetralkan perasaannya.
" Hm. senang hati ini. oh ya kalau boleh tahu, buk guru mau ke mana? apakah boleh saya membantu.? " Tanya Andi to the points.
Anisa terdiam dan tersenyum. " Terimakasih bantuannya, sepertinya kamu ngga bisa bantu saya. maaf saya mau pergi dulu." Ucap Anisa tersenyum. Karena ia yakin nggak mungkin Andi mau di ajak ke pasar yang kontras dengan macet, becek, dan bising.
Anisa melangkah kakinya menjauh untuk menyetop angkot. Namun lagi-lagi Andi menarik tangannya.
" Andi. ada apa.? kenapa kamu menarik tangan saya. saya tuh mau ke pasar beli persediaan, jadi baiknya kamu pulang. nanti kalau ada waktu saya senggang, akan saya beri tahu." Ucap Anisa agak kesal.
Andi tersenyum, namun ia tidak mau melepaskan tangannya, malah menarik tangan Anisa untuk naik ke motornya. Anisa berusaha berontak, namun pegangan tangan Andi yang kuat membuatnya terpaksa menurut. untung kali ini ia pakai celana kulot.
Andi memakaikan helm untuk Anisa, membuat Anisa gugup.
" Biar saya antar, buk guru ke pasar tradisional atau mall.? " Tanya Andi saat ia sudah menaiki motornya.
" Saya mau ke pasar tradisional, saya suka belanja di sana, selain membantu rakyat kecil seperti saya, juga sayuran nya masih segar dan baru." Jawab Anisa datar.
" Hm.. Ok. pegangan yang kuat buk, nanti jatuh." Ucap Andi yang tiba-tiba kencang, hingga Anisa terpaksa memeluk Andi.
Andi yang di peluk tersenyum mengemudikan motornya.( Akhirnya ia mau juga). ucapnya dalam hati.
Tidak membutuhkan waktu lama, mereka sampai di sebuah pasar tradisional. Andi langsung parkir yang membuat Anisa heran.
" loh! Kenapa kamu parkir.? " Tanya Anisa turun dari motor.
Andi tersenyum dan membuka helmnya, rencana akan membukakan helm untuk Anisa, namun Anisa dengan sigap membukanya. takut dengan kejadian yang tidak mengenakan tadi.
" Kalau saya nggak parkir, gimana caranya temani ibuk belanja.? " Tanya Andi mengedipkan matanya.
Anisa menarik nafas panjang melihat sikap siswanya yang satu ini. " Begini. biasanya sebelum belanja, saya biasanya sarapan dulu. apa kamu mau sarapan di tempat seperti ini.?" Tanya Anisa penasaran.
Bukan jawaban yang Anisa dapat, malah Andi menarik tangannya ke tempat orang jualan sate Bandung. Ia berusaha melepaskan tangannya, rasanya nggak pantas ia lakukan. apalagi ini tempat umum, yang pasti nanti ada saja siswa yang lain melihat.
" Andi. lepaskan tangannya, ini tempat umum." ucap Anisa lirih. Takut di dengar orang yang lalu lalang.
" Oh. jadi kalau bukan tempat umum boleh dong buk." Ucap Andi yang membuat Anisa melotot kan matanya.
" Kenapa ibuk sering melotot kan mata pada saya, saya tahu tuh ganteng. tapi di lihat seperti itu buk, saya jadi malu." ucap Andi berbisik.
Anisa masuk ke warung sate tampa menjawab ucapan siswanya, benar-benar butuh kesabaran menghadapi siswa yang satu ini.
Anisa duduk di pojokan, kebetulan hanya itu tempat yang kosong.
" Hm. ibuk pintar juga cari tempat, biar bisa berdua an ya buk." Goda Andi setelah duduk di sampingnya.
Anisa tidak memperdulikan omongan siswa nya, Ia mengambil ponsel ingin menelpon seseorang.
Baru saja ia akan menghidupkan handphone nya, tiba-tiba ada telpon masuk dari seorang yang bernama Bayu. Andi yang melihatnya jadi kesal. Ia langsung meraih HP tersebut dan mematikannya.
Anisa membesarkan matanya jengah ia berusaha mengambil HP nya lagi namun Andi memasukan HP tersebut ke saku celananya. Hingga mang satenya datang mengantar pesanan mereka.
" Kamu tidak sopan ya, suka seenaknya sendiri. pantas saja banyak cewek yang kecewa denganmu." Ucap Anisa lirih.
" Makan buk. nanti keburu dingin." Ucap Andi memakan satenya. Anisa dengan terpaksa memakan satenya.
Disaat sedang makan, HP Anisa kembali berbunyi. namun di biarkan saja di dalam sakunya. Andi fokus makan satenya.
Jika tidak di tempat umum mungkin Anisa sudah menjambak siswanya ini. tapi tidak mungkin ia lakukan sekarang. Dia diam dan menghabiskan satenya. setelah selesai mereka pun belanja kebutuhan Anisa. yang juga dibantu Andi untuk membawanya.
" Aduh neng gelis.. kirain neng nya masih sendiri, ternyata sudah bersuami toh.. saya jadi patah hati." ucap penjual ayam. yang membuat Andi kesal. Namun ia juga bahagia, karena di anggap suaminya Anisa guru yang telah mengisi hatinya.
Semenjak Anisa mengajar di sekolahnya, entah kenapa Andi selalu berusaha mendekati Anisa dengan alasan yang ada saja. hingga ia menggoda cewek di kelasnya menangis. untuk cari perhatian, makanya terjadilah kedekatannya semenjak sore kemaren.
" Oh ini, bukan... " Belum selesai Anisa menjawab Andi mengalihkan ucapannya yang membuat Anisa melotot lagi.
" Sayang.. setelah ini kita beli apa lagi." ucap Andi yang fulgar. hingga penjual ayam tersenyum.
" Aduh neng mesranya. ini neng sudah selesai harganya seperti biasa." ucap penjual ayam. Anisa akan memberikan uangnya. namun di dahului Andi.
" Ini mang. kembaliannya ambil saja sebagai bonus." Jawab Andi ia menarik tangan Anisa dan menjauh dari penjual ayam.
" Oh.. ini yang namanya segar ya. pantas senang belanja di sini. ada yang merayu. hm" ucap Andi.
Anisa menoleh melihat Andi yang berjalan di sampingnya." Maksudnya. dari tadi saya jadi bingung dengan sikap kamu ini. jangan bikin aneh-aneh lagi. ini tempat umum." Ucap Anisa menekankan nadanya.
Namun Andi terus berjalan. ia membawa belanjaan Anisa ke parkiran. yang membuat Anisa berteriak.
" Andi. tunggu.." Teriakan Anisa membuat beberapa orang menoleh ke padanya.
Andi menoleh namun ia cuek saja. ia menggantungkan belanjaan Anisa di motornya. dan memakai helm.
Mau tidak mau. Anisa naik juga ke motor tersebut." Kamu kenapa langsung pulang. masih ada kebutuhan ku lagi yang belum aku beli." Ucap Anisa melunak.
" Kita ke supermarket di dekat sini saja lagi. Kamu mau beli apa lagi." Ucap Andi jutek.
Anisa terkejut dengar ucapan Andi yang menurutnya aneh." Hai kamu kenapa. apa kamu sakit atau amnesia. saya kan guru mu. kenapa tidak sopan." Ucap Anisa di sela-sela angin. itu membuat Andi kurang mengerti sebab telinganya tertutup helm.
Sampai di sebuah supermarket. Andi memarkirkan motornya." Jika aku tahu belanjaannya banyak, aku bawa mobil tadi." acap Andi sambil membuka helmnya. Dan berencana membuka helm Anisa. Namun di dahului Anisa.
Mereka masuk ke supermarket tersebut. Anisa langsung ke tempat perlengkapan mandinya, sabun mandi, sabun cuci, sampo dan lainnya sudah menipis. Ia asik dengan belanjaannya. Sementara Andi pun sibuk dengan pilihannya. Mereka bertemu di kasir. sampai di kasir. ada seseorang yang mengenal Andi.
" Halo Andi. apa kabar. waduh makin ganteng saja. sudah dua tahun nggak ketemu." ucap seorang gadis di depannya.
" Baik." Jawab Andi cuek.
" Dari dulu kamu selalu cuek dengan cewek. nggak capek tuh hidup jomblo. aku mau dong jadi pacar kamu." ucap gadis tersebut.
" Makasih. Oh ya maaf saya mau ke kasir." Andi langsung meninggalkan gadis tersebut. Anisa yang melihatnya dari jauh jadi heran dengan siswanya itu.
Setelah selesai Anisa pun ke kasir, kebutuhan nya sudah lengkap. ia harus pulang. takut nanti ikan yang ia beli di pasar tadi membusuk.
Setelah selesai Andi langsung ke parkiran, Anisa pun keluar menenteng belanjaannya dan melihat Andi sudah menunggunya.
' Keliatannya kamu bete, apa yang telah terjadi..? " Tanya Anisa pura-pura tidak tahu.
" Ah sudahlah. ayok mana belanjaannya. naik...kita pulang." Jawab Andi cuek.
Anisa mengerutkan keningnya.( Apa yang terjadi) ucap Anisa dalam hati.
Tak membutuhkan waktu yang lama. mereka sampai di kosan. Anisa turun, ia meminta Andi untuk pulang. Namun Andi diam saja dan malah membawa belanjaan Anisa.
" Buka pintu nya. ini cukup berat. belum lagi helm aku belum di buka." Ucap Andi masih jengkel.
Anisa tersadar, ia membuka pintu kosnya. dan berencana membukakan helm Andi. Baru saja tangan Anisa mendekat Andi melotot kan matanya.
" Ada apa.? "Tanya Andi yang membuat Anisa gugup.
" Nggak hanya rencana buka kan helmnya." ucap Anisa lirih.
" Oh. nggak usah.. saya mau pulang, kebetulan ada perlu. nanti sore saya kembali lagi ke sini." Ucap Andi meletakkan belanjaan Anisa dan pergi.
Anisa geleng-geleng kepala dengan sikap siswanya itu. Namun ia tak peduli melanjutkan aktivitas nya.
Setelah selesai masak. dan makan. Anisa rencana mau menelpon. Tapi baru sadar. kalau hpnya sama Andi. dia terpaksa mendesah berat.
" Benar bodoh aku dengan anak ini." Ucap Anisa pada diri nya sendiri.
Karena tidak tahu mau berbuat apa. Anisa memilih tidur siang. cuaca yang sejuk membuat ia ketiduran sampai senja.
Andi datang di saat hari hujan di senja. Anisa masih tidur. dia malah makin merapatkan selimutnya saat Andi mengetuk pintu kosnya.
Tempat kosnya Anisa terpisah dengan yang lain. karena ada taman di sebelahnya. hingga tetangga sama kosnya tidak bisa mendengar jika hanya ketukan pintu. apalagi hari hujan.
Andi kembali mengetuk pintu. tidak ada sahutan. lampu belum hidup. Andi penasaran. Ia mencoba membuka pintu.Dan...
" Oh tidak di kunci. berarti ia di dalam. tapi kenapa lampunya tidak di hidupkan. benar ceroboh." ucap Andi mencari saklar lampu dengan modal senter hpnya.
Andi terus masuk. di kamar terdengar dengkuran halus." Oh dia tertidur ternyata." Andi melihat Anisa yang tertidur di kasurnya.
Andi duduk mendekat, melihat wajah Anisa yang tertutup rambut. ia mencoba menggeser kan rambut yang menghalangi nya.
Entah kenapa, Ada desiran aneh jika selalu dekat guru cantiknya ini. " Sepertinya aku benar jatuh cinta padanya. Aku belum pernah seperti ini jika dekat dengan cewek. Tapi jika dekat dengannya hatiku selalu bahagia. jika jauh saja sedikit aku begitu merindukannya. Ah.... " Desah Andi memandangi Anisa.
Anisa yang merasakan ada yang menyentuhnya. terbangun.. " Astaga Andi kamu ngapain ke sini." Ucap Anisa menetralkan dirinya. Ia pun duduk.
Andi santai saja, dia malah menyilangkan tangannya seolah marah
" Kamu tuh ceroboh sekali. masak tidur pintu tidak di kunci, untung saya yang datang. jika maling yang datang gimana. apa kamu nggak takut di apa apain tuh sama maling." Kesal Andi.
Anisa melongo heran." Hm. saya ketiduran. kamu kenapa ke sini lagi. ada perlu apa." Tanya Anisa yang belum sepenuhnya sadar.
" Tadi aku kan bilang, balik lagi. ini ponsel mu. oh ya aku lapar. aku mau makan." Ucap Andi berlalu dari kamar Anisa.
Anisa terkejut, baru ia sadar. Akhirnya ia keluar dari kamar. dan ke kamar mandi dulu untuk mandi rasanya tubuhnya beneran lengket rasanya.
Dia tidak peduli dengan Andi yang asyik main HP. Setelah selesai mandi ia pun menyiapkan makan.
" Oh ya. tadi saya cuman masak ini. nggak tahu kamu beneran balik lagi. saya nggak tahu apakah ini enak dan makanlah." Ucapnya dan duduk berhadapan di tikar.
Tanpa suara Andi terus makan, ia diam saja sampai makanannya habis. " HP kamu bunyi terus semenjak sore tadi." ucap Andi jutek.
" Oh." Jawab Anisa santai.
" Kenapa jawaban begitu saja. nggak penasaran siapa yang telpon.? " Tanya Andi antusias.
" Nggak. " Jawab Anisa. ia pergi ke dapur mencuci piring kotor bekas mereka pakai.
Andi mengikuti." Kenapa..? " Tanya Andi yang mendekatinya.
" Hm. nggak baik kamu bersikap seperti itu pada saya. kamu tahukan saya ini siapa.? " Tanya Anisa menghindar.
" Di sekolah kamu guruku. tapi ini bukan sekolah jadi bebas." Ucap Andi makin mendekatkan diri.
Anisa menarik nafas dalam. setelah selesai cuciannya ia pun kembali ke depan membersihkan sisa makan mereka.
" Pulang lah.. nggak baik kamu terlalu lama di sini. apa kata orang." Ucap Anisa setelah selesai membersihkan tempat makan mereka tadi.
' Aku akan pulang tapi dengan satu syarat." Ucap Andi memegang tangan Anisa.
Anisa berusaha melepaskan genggaman tangannya. Namun di tidak kalah kuat dengan laki-laki di depannya.
Akhirnya Anisa mengalah." Baiklah. apa syarat nya." Tanya Anisa tenang.
" Menikahlah denganku." Ucap Andi yang membuat Anisa melotot kan matanya tidak percaya.
" Kamu gila ya. kamu sadar apa yang kamu ucapkan." Hardik Anisa.
" Sadar... se sadarnya malah. Tadi aku menemui kakek dan meminta meminang mu. tapi juga satu syarat. Aku akan harus tamat tahun ini. dan mengelola usaha kakek. dan melupakan cita-citaku. itulah sebabnya aku nggak mau tamat beberapa tahun ini. karena jika aku tamat. kakek akan memaksaku untuk mengelola usahanya. aku tidak Mau." ucap Andi panjang lebar.
Anisa mendesah berat. " Kamu pikir menikah itu gampang. Apalagi kamu itu siswaku. apa kata mereka. lagian kita tidak saling mencintai. jadi apa rumah tangga kita jadinya." jawab Anisa tegas
" Jika kamu setuju menikah dengan cucuku. kalian nikah siri saja dulu. setelah tamat nanti baru di umumkan." Ucap seseorang dari balik pintu.
Anisa menoleh keluar. ia heran dengan kehadiran seorang laki-laki tua namun masih terlihat tegas dan tampan. Namun baru tersadar. Kalau laki-laki tersebutlah yang memintanya untuk jadi wali kelas Andi. jadi Andi cucunya.
" Buk guru terkejut. hingga tidak mempersilahkan tamu untuk duduk." Ucap Laki-laki tersebut.
Anisa terkejut. dan menundukkan wajahnya
." Maaf Pak. Silahkan masuk di tempat yang sempit ini. " ucap Anisa merendah.
" Kamu ingat saat saya meminta jadi wali kelasnya.? " Tanya Laki-laki tersebut yang tak lain Pak Wijaya pemilik yayasan SMA tempat ia mengajar. menunjuk Andi yang duduk di dekatnya.
Anisa mengangguk" . Itu semua karena anak bodoh ini yang minta, saya minta dia untuk bersabar sampai ia lulus baru boleh menikahi mu. Tapi dasar anak bandel dia mengancam ku." Gerutu pak Wijayakrama tersenyum.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments