Di lain tempat, tepatnya di sekolahan. Waktu sudah menandakan hampir berakhir jam pertemuan murid baru, tidak terasa juga suara alrm tengah membangunkan mata mengantuk pada murid murid tengah fokus mendengar seorang guru yang sedang memberi nasehat nasehat yang bermanfaat.
Setelah jam pertemuan berakhir, semua siswa siswi keluar dari dalam kelas dengan sangat teratur dan tertib. Tidak ada satupun yang berani berdesak desakan untuk keluar.
Aishwa sendiri memilih untuk keluar paling terakhir, selain bisa santai dan juga lebih nyaman. Begitu juga dengan Yahya yang selalu mengikuti Aishwa dari belakang, sedari dulu Yahya tidak pernah mendahuluinya.
"Cie ... Yahya, mau sampai kapan kamu terus terusan selalu berada dibelakang Aish. Jangan bilang jika kamu sedang memperagakan suami takut istri." Ledek Afwan sambil cekikikan.
"Hem! tidak lucu, aku hanya ingin menjaga Aish. Biar tidak sering kamu goda, wek ..." Jawab Yahya sambil menjulurkan lidahnya layaknya ledekan. Sedangkan Aish sendiri tidak pernah memperdulikannya, percuma bagi Aish untuk meminta Yahya agar tidak selalu berada dibelakangnya kita dirinya melangkahkan kakinya.
"Aish, nanti kamu jadi belajar ngaji, 'kan?" tanya Yahya sambil berjalan dibelakang Aish.
"Kurang tahu, aku nunggu papaku pulang. Jika papaku sudah pulang, maka sore nanti aku berangkat untuk mengaji dengan yang lainnya." Jawab Aish sambil berjalan beriringan dengan Yunda.
"Kenapa kamu tidak mengaji di pondok saja, Aish? bukankah akan lebih mudah dan fokus untuk belajar?" tanya Afwan ikut menimpali.
"Aku tidak mau angkat kaki dari rumah, biarlah aku mengaji kesana kemari. Terkadang ke pondok, terkadang pula di tempat Yahya. Aku tidak bisa membagi waktuku jika aku terus terusan mengaji di pondok, padahal itu impianku sejak dulu. Tapi, apalah dengan kondisiku yang ekonomi papaku tidak bisa ditentukan. Terkadang aku harus membantu Papa untuk bekerja, walaupun harus menjadi buruh cuci baju keliling." Jawab Aish setegar mungkin.
"Maafkan aku ya, Aish. Aku tidak bermaksud untuk melukai perasaan kamu, aku bangga denganmu yang penuh semangat untuk belajar meski banyak hambatan." Ucap Afwan merasa tidak enak hati.
"Terima kasih, Wan. Aku tidak mempermasalahkannya, kok." Jawab Aish, kemudian segera duduk ditempat menunggu angkutan umum.
Yahya sendiri mencoba duduk disebelah Aish, namun lagi lagi Aish menggeser posisi duduknya hingga berdekatan dengan Yunda.
Yahya yang mengerti maksud dari Aish, segera ia bangkit dari posisi duduknya. Yahya memilih untuk berdiri dibelakang Aish, sedangkan Afwan duduk disebelah Yunda.
'Begitu berharganya kamu, Aish. Maafkan aku, jika terkadang aku membuatmu kesal.' Batin Yahya sambil menatap lurus kedepan.
Tidak lama kemudian, mobil angkot tengah berhenti. Aish dan ketiga temannya segera masuk kedalam mobil, namun tidak bisa dipungkiri jika Aish harus duduk bersebelahan dengan Yahya. Mau tidak mau, Aish tidak bisa menghindarinya. Aroma parfum pada Yahya begitu menusuk indra penciuman Aish.
Tidak memakan waktu yang lama dalam perjalanan pulang, Aish dan ketiga temannya telah sampai di perempatan jalan. Kemudian segera turun dari mobil, lalu ke empatnya kembali berjalan kaki beriringan. Sedangkan Aish mempercepat langkahnya, berharap tidak menjadi bahan fitnah bagi orang orang mengenalnya dan memperhatikannya.
Aish telah sadar diri akan statusnya yang memang bukan dari kalangan orang yang berpunya. Namun langkah Yahya pun tidak kalah cepatnya dengan Aish, hingga keduanya tetap berjalan beriringan. Meski dengan langkahnya yang terbilang sangat gesit.
"Aish, tunggu! kenapa kamu terburu buru." Seru Yunda tengah memanggilnya, ia sendiri kualahan untuk mengejar sahabatnya itu.
"Aku ada tugas di rumah, Yun. Maafkan aku yang terburu buru, besok lagi aku akan berjalan dengan santai." Jawab Aish beralasan, berharap tidak dapat mengetahui alasannya.
Sedangkan Yahya sendiri pun ikut mengimbangi langkah kaki Aish. Seketika itu juga Aish tengah berhenti dengan cara mendadak, kemudian menatap Yahya yang juga tengah menatapnya.
Aish mengatupkan kedua tangannya penuh memohon.
"Yah, sebelumnya aku mau minta maaf. Aku mohon dengan sangat, jangan kamu terus terusan mendekatiku. Aku tidak ingin menjadi fitnah yang berkepanjangan, sungguh aku tidak ingin membuat nama baik kita menjadi buruk. Aku tidak ingin mengecewakan orang tuaku yang selalu memberi kesan padaku, aku mohon jangan kamu ulangi kembali." Ucap Aish dengan memohon, sedangkan Yahya masih saja diam. Tanpa menjawab sepatah katapun Yahya pergi begitu saja, seakan dirinya malas untuk menjawab pertanyaan dari Aishwa.
Aish sendiri merasa tidak enak hati tengah lancang terhadap temannya. Namun mau bagaimana lagi, demi menjaga dirinya dari fitnah, Aish terpaksa berterus terang terhadap Yahya.
"Maafkan aku, Yah. Bukan maksudku untuk membuatmu kesal, aku hanya tidak ingin terlena karena nafsu. Dan aku pun takut akan menjadi fitnah yang berkepanjangan, aku masih menginginkan untuk mengejar cita citaku." Gerutu Aish sambil melihat bayangan Yahya hingga tidak terlihat kembali.
Aish pun segera kembali melanjutkan perjalanannya untuk pulang, disaat tengah perjalanan menuju rumahnya. Tiba tiba Aish dihadang oleh salah satu tetangganya, yang tidak lain sudah memiliki rasa suka terhadap Yahya. Meski masih terbilang bau kencur, namun gadis itu layaknya seperti orang dewasa yang tengah jatuh cinta.
"Heh, Aish. Kamu pakai rayuan apaan sih, sampai sampai Yahya suka banget mendekati kamu. Awas saja ya, sampai aku melihatmu didekati Yahya. Aku akan membuat kamu menyesal, dan kamu tidak bisa menjadi buruh cuci baju." Ucapnya layaknya orang dewasa, namun tetap saja masih bau kencur.
"Aku tidak memakai rayuan apapun kepada Yahya, serius. Aku sendiri selalu menghindarinya kok, An. Jadi, kamu jangan menuduhku tanpa kamu mengetahuinya." Jawab Aish dengan tatapan sedikit takut, ditambah lagi Anna adalah anak dari keluarga terpandang. Jadi, Aish sedikit takut jika harus berhadapan dengan Anna.
Karena Aish tidak ingin urusannya bertambah panjang, Aish segera melanjutkan perjalanannya untuk segera pulang. Sedangkan Anna hanya tersenyum sinis saat Aish pergi meninggalkannya.
Tidak lama kemudian, Aish sudah sampai didepan rumahnya. Perasaan Aish sedikit lega, dikarenakan tidak lagi berurusan dengan sosok Anna yang terus mengancamnya.
"Aish ...." seru seseorang tengah memanggil nama Aish. Disaat itu juga Aish kaget dibuatnya, Aish yang hendak membuka pintu rumahnya, tiba tiba dikagetkan. Aish segera menoleh ke sumber suara, dan dilihatnya sosok wanita paruh baya yang tidak asing baginya.
"Tante Melan." ucap Aish menyebut nama yang tidak asing baginya.
"Kamu baru pulang sekolah, Aish?" tanyanya.
"Iya Tante, Aish baru pulang sekolah. Tante ada perlu apa datang kemari? papa belum pulang." Tanya Aish penasaran.
"Ini, Tante ada beberapa jajanan dari kota. Kebetulan, paman kamu tadi mampir ke rumah dan membawa oleh oleh." Jawab tantenya, kemudian memberikan bingkisan tersebut kepada Aish. Dengan perasaan senang, Aish pun menerimanya.
"Terima kasih ya, Tante. Oh iya, Tante. Ayo masuk ke rumah dulu, kebetulan Aish tidak ada kerjaan mencuci baju." Ucap Aish menawarkan tantenya untuk masuk.
"Lain kali saja, hari ini Tante ada pengajian ibu ibu dirumah sebelah. Jika kamu sendirian di rumah, kamu bisa ke rumah Tante. Kebetulan, Rena sudah ada di rumah." Jawab tantenya, Aish pun mengangguk mengerti.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 178 Episodes
Comments
Riana Kristina
Penasaran akoh thor🤭
2022-01-05
0
Hana Moe
melan 🤔 lupa lupa ingat q,,,siapa ya,,(d cerita angga qinan)??
2021-12-07
0
siti homsatun
idiiih si anna mentang " anak orang kaya sombong amat sih
2021-06-02
2