Mentari bersinar terang,panasnya yang terik membakar kulit epidermis yang terpapar.Sang Bayu rupanya juga enggan untuk bergoyang menyeka hawa panas yang melanda.
Dengan cepat kukayuh sepeda miniku yang sudah usang.Meskipun dengan sekuat tenaga menggerakkan sepeda agar melaju kencang.Akan tetapi,beban barang tumpukan laundry tetap memperlambat kayuhanku.
"Bismillah, Masya Allah wa Laahawla wa Laquwwata Illa Billah.Tiada daya dan upaya kecuali dengan kekuatan Allah yang maha tinggi lagi maha agung,"ucap lisanku dengan lirih.
Terus kukayuh sepedaku,melaju dengan perlahan menjauhi kencang.Terik matahari semakin menyengat.
Duhh...rasanya ingin segera sampai tujuan dan lekas pulang dirumah.Walaupun rumahku tidak memiliki penyejuk udara tetapi ada kipas angin yang dapat menyeka keringatku.Namun, sebelum mengharapkan semua angan itu,aku harus menyelesaikan mengantar semua pakaian ini kepada pemiliknya.
BRAKKkkkkk!!!
Tiba-tiba aku terjatuh dari sepeda.Keseimbanganku goyah saat ada mobil mewah berusaha menyalipku.Sontak aku kaget mendengar bunyi klakson yang nyaring memekakkan pendengaranku.
"Innalillahi, aduh....,"jeritku sambil memegangi lututku yang terasa nyeri.
Aku meringis menahan sakit yang mulai menjalar.Pandanganku beralih pada deru mesin mobil yang menyala di belakangku.Lalu keluar dua orang pria memakai jas abu-abu gelap.Salah satu pria itu sudah paruh baya dan satunya sudah cukup dewasa.Mereka berjalan dengan cepat menghampiriku.
"Ya ampun,adek nggak apa-apa?" tanya pria dewasa satunya padaku sambil memegang pundak ku.
Kupandangi dia sekejap dengan aroma minyak wanginya yang sangat menusuk Indra penciumanku.
"Akhh...nggak apa-apa pak,cuma agak sedikit nyeri,"jawabku sambil berusaha untuk berdiri semampuku.
"Kamu terluka nak?" tanya pria tua satunya dengan raut muka kecemasan padaku.
"Nggak apa-apa pak,"jawabku dengan senyum meringis.
"Maafkan saya ya dek,saya ceroboh sampai menyenggol sepeda adek.Ayo,saya antar ke rumah sakit untuk memastikan adek tidak apa-apa," ucap pria dewasa itu sambil terus memandangku.
"Iya nak,ayo ke rumah sakit saja,"ucap pria tua.
"Ini sayaAllah nggak apa-apa kok pak."
Perlahan aku kembali dapat berdiri dan memandang pakaian laundry yang harus segera kukirim.
Alhamdulillah,tidak ada satu plastik yang robek hanya jatuh saja beberapa.Segera aku bergegas mengambilnya dan kedua pria itu berusaha membantuku.
"Sudah tidak apa-apa kok pak," aku merasa tidak enak hati.
"Tidak apa-apa dek,saya yang salah," sambil membantu menaruh pakaian laundry di belakang sepedaku dan mengikatnya.
"Kamu rumahnya dimana nak,biar kami antar ya,bapak takut kamu kenapa-kenapa nak,"ucap pria tua yang terus menatapku.
"Oh,tidak apa-apa pak,saya baik-baik saja Ini syaAllah,"jawabku sambil membetulkan kerudungku yang agak miring.
Kemudian pria satunya mengeluarkan dompet dari sakunya.Perlahan ditariknya beberapa lembar uang dan mencari kartu dari balik dompetnya.
"Dek,ini ada sedikit uang sebagai pengganti biaya pengobatan dan juga kartu nama saya ya,nanti jika ada apa-apa adek dapat menghubungi saya," tangannya sambil menyodorkan uang dan kartu namanya padaku.
"Iya nak,tolong diterima ya.Anggap saja ini sebagai wujud rasa permintaan maaf dari kami," pria tua tersebut menangkupkan kedua tangannya di dada sebagai tanda rasa bersalahnya.
"Mohon maaf sebelumnya pak,saya tidak bisa menerimanya.In syaAllah saya tidak apa-apa kok pak.Alhamdulillah tidak ada yang luka."
Aku tersenyum kepada mereka seraya menangkupkan kedua tanganku bahwa aku tulus memaafkan mereka tanpa mengharapkan imbalan apapun.
"Tidak apa-apa nak,tolong diterima saja ya nak.Bapak jadi tidak enak perasaannya."
Pria tua tersebut menjelaskan kepadaku agar aku menerima pemberiannya.Namun,tetap saja kutolak .
"Mohon maaf sebelumnya pak,bukan maksud saya tidak membuat perasaan bapak tidak nyaman tetapi saya tidak apa-apa.In syaAllah saya memaafkan bapak.Kemungkinan juga saya kurang hati-hati dan waspada saat mengayuh sepeda."
"Baiklah nak,jika kamu berkata demikian.Kalau begitu boleh bapak meminta alamat rumahnya nak,supaya nanti bapak bisa memastikan jika kamu tidak apa-apa."
Karena pria tua tersebut terus memaksaku.Akhirnya aku berikan kepadanya alamat tempat tinggal ku.
"Baiklah pak,jika hal tersebut dapat membuat bapak merasa nyaman,"jawabku dengan senyum.
"Alhamdulillah,terima kasih nak,"pria tua itu tersenyum lega.
"Oh,ya kalau boleh tahu adek namanya siapa?"tanya pria dewasa satunya.
"Nama saya Rani pak,"jawabku.
"Oh..dek Rani ya."
"Iya pak," kubalas senyumnya.
"Nak Rani,perkenalkan saya Sukiman Suprapto dan ini adalah putra saya Sugeng Suprapto,"
pria tua tersebut menjelaskan.
"Oh,iya pak,"sambil kuanggukan kepala tanda mengerti.
"Tadi saya terburu-buru harus meeting dengan klien.Sehingga bapak menabrak Dek Rani," tutur pria dewasa tersebut sambil mengeluarkan telepon genggam miliknya.
"Baiklah,Dek Rani bisa memberitahu alamat Dek Rani dan nomor handphonenya?"
"Alamat rumah saya di jalan teratai nomor 24 pak, bapak bisa bilang rumahnya Ibu Tari yang memiliki warung makanan insyaAllah semua orang sudah kenal pak."
"Baiklah Dek Rani dan nomor hpnya?"
sambil mengetik di telepon genggamnya.
"Maaf pak saya tidak punya hp."
Lalu pria tua masuk ke mobil dan mengambil tas miliknya dan kembali menuju ke arahku. Dikeluarkan sesuatu benda dari dalam tasnya.Tiba-tiba disodorkan benda tersebut padaku.
"Ini nak Rani,tolong bawa hp ini ya agar bapak bisa menghubungi nak Rani dan dapat memastikan kondisi nak Rani baik-baik saja,"
"Mohon diterima ya nak," ucapnya dengan wajah berharap.
"Tapi pak,saya tidak bisa menerima barang ini.Terlalu mahal untuk saya pak,"kelasku dengan lembut dan santun.
"Baiklah jika nak Rani berkata demikian,kamu sangat baik sekali nak,"senyumnya mengembang menatapku dalam guratan wajahnya yang mulai menua.
"Bapak izin melanjutkan perjalanan kami ya nak Rani,semoga kita bertemu lagi di momen yang baik dan menyenangkan pada pertemuan kita selanjutnya."
"Aaamiin.In syaAllah pak,"jawabku tersenyum padanya.
Akhirnya mereka berdua berpamitan kepadaku untuk pergi.Tangan mereka melambai dengan anggukan kepala menatapku dari balik kaca jendela mobil mereka.Lalu kubalas dengan senyum dan anggukkan kepala.
Mobil mereka melaju perlahan dalam teriknya kilau mentari.Lambat laun mulai samar dan akhirnya menghilang.
Aku tersadar dari lamunanku dan bergegas menyelesaikan tugasku mengantar pakaian laundry.Kuperiksa kondisi sepedaku dan barang-barang.
Alhamdulillah tidak ada yang rusak dan semua barang terikat kencang.Kunaikki sepedaku perlahan.Kukayuh dengan sisa kemampuanku meski ada rasa nyeri di lutut dan siku.Kupanjatkan doa' kepada Allah ta'ala sebelum mengayuh sepeda.
"Bismillahirrahmanirrahim,Subhaanalladzi sakh-khoro lanaa haadza wa maa kunnaa lahuu muqriniina wa Inna ilaa Robbinaa lamun-qolibuun."
Sepedaku pun melaju...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 295 Episodes
Comments