PART 1
Hari ini, setelah memohon kepada kakek, aku ikut ke desa untuk menjual kayu bakar, makanan ringan, serta membeli beberapa barang keperluan.
Namun, kakek nampaknya ragu untuk membawaku.
"Hmm.. Sudah kubilang, ini bukan jalan-jalan. Kunjungan ini tidak akan menyenangkan. Lebih baik kamu tadi tinggal di rumah bersama nenek." keluh kakek.
Biasanya, kakek jarang mengeluh. Aku pun merasa sungkan. Namun, kali ini aku tidak dapat menahan rasa penasaranku.
Melihatku yang tidak bergeming dan teguh pada keputusanku, kakek pun mendesah dan terpaksa menyuruh nenek membantu mempersiapkan barang bawaanku agar tidak terlambat.
Untuk pertama kalinya, aku dapat mengamati wilayah yang membentang luas seolah tak berujung itu, serta menikmati udara segar setelah beberapa hari tinggal di rumah.
"Ya sudahlah. Yang penting kamu menikmati udara bersih dan pemandangan di sekelilingmu." ujar kakek, seolah memahami diriku yang terlihat bersemangat.
Aku hanya tersenyum kepada kakek. Kami pun terus berjalan hingga memasuki desa. Aku cukup terkagum dan tertarik dengan apa yang ditawarkan para pedagang dan bau harum makanan yang khas di desa itu.
Langkah kami terhenti saat kakek berdiri di depan sebuah bangunan yang nampak besar dan berbeda dari rumah-rumah penduduk ataupun pertokoan.
Seorang lelaki keluar dari pintu masuk dan langsung menghampiri kami.
"Oh, kakek sudah datang rupanya. Silahkan masuk, Ibu Lucia sedang menunggu di dalam." kata orang itu.
Hingga saat itu, aku belum bertanya. Kami pun hanya menurut dan masuk.
"Selamat pagi, Nyonya Lucia. Saya datang membawa kudapan kesukaan Anda." kata kakek kepada wanita yang sedang duduk menghadap dinding sambil memunggungi kami.
Dalam sekejap, kursi wanita itu berputar dan ia mulai berbicara kepada kakek.
"Oh, kau sudah datang! Keluarkanlah sekarang juga, kakek tua. Aku sudah menanti kue beras khas buatan istrimu yang terkenal itu!"
Alih-alih menyapa dengan sopan, wanita itu sepertinya menganggap kami orang-orang dari kelas berbeda dan sesekali terasa seperti merendahkan.
Aku sangat tidak menyukai sikap dan caranya memanggil kakek!
"Oh, siapa gadis muda ini?"
Tiba-tiba saja, perhatian mereka tertuju padaku.
"Oh, anak ini. Dia adalah cucuku. Perkenalkan dirimu, Violet." jawab kakek asal.
"Cucu? Hmm.. Mengapa kau tidak pernah bilang bahwa cucumu ternyata sangat cantik?" kata wanita asing bernama Lucia itu.
"Perkenalkan, nama saya Violet." kataku, sambil membungkuk hormat.
"Hmm.. Sungguh sangat disayangkan. Andai anak ini adalah anak dari seorang bangsawan atau orang kelas atas, sudah pasti akan ada banyak pemuda berkualitas yang tertarik untuk meminangnya." celoteh Lucia.
Entah mengapa, telingaku panas mendengarnya.
"Dengan wajah dan penampilan seperti itu, seharusnya mudah untuk mendandaninya menjadi mirip seorang putri bangsawan."
Wanita itu terus berkata-kata, sementara aku mulai merasa muak.
"Kakek, apakah urusan kita sudah selesai?"
Akhirnya, pertanyaan itu keluar dari bibirku, setelah menahan diri selama beberapa saat.
Kakek mengangguk, lalu hendak berpamitan dengan Lucia.
"Tunggu."
Tiba-tiba, Lucia menyela.
"Kalian tidak bersungguh-sungguh ingin pergi sekarang, bukan? Aku baru saja hendak menjamu kalian." ucap wanita itu secara tidak terduga.
"Oh, tawaran yang sangat--"
"Kami harus pergi sekarang."
Sebelum kakek sempat menjawab, aku nekat menyanggahnya. Entah bagaimana reaksi Lucia selanjutnya.. Aku hanya mengikuti instingku sebagai seorang peri bunga. Biasanya, instingku tidak pernah salah. Dan instingku mengatakan bahwa Lucia mungkin saja seorang yang berbahaya.
- - - - - PART 2
Sesaat, dapat kulihat perubahan ekspresi pada wajah Lucia. Namun, berikutnya ekspresi wajahnya kembali ceria dan ia mulai membujuk kami..
"Ayolah. Apa salahnya jika aku ingin berterima kasih kepada kakek dan nenekmu? Mereka sudah repot-repot menjual kayu bakar dan makanan ringan. Nampaknya, kakek dan nenek tidak pernah memberitahumu bahwa aku adalah pelanggan tetap mereka?"
Dalam beberapa detik, aku menyesali perkataanku. Namun, setelah menelaah sindiran wanita itu sekali lagi, keberanian memenuhi diriku.
"Maafkan kami, Nyonya Lucia. Namun, kurasa kami tidak seharusnya mengganggu Anda. Silahkan menikmati santapan pagi Anda." kataku tegas.
"Hmm, begitu." respon wanita itu, tanpa terpengaruh.
Tiba-tiba, para lelaki misterius yang sedari tadi berdiri di setiap sisi ruangan mulai bergerak maju.
"I-ini.. Ada apa dengan orang-orang ini?" kataku, dengan nada suara yang menyalak.
"Fufufu. Rupanya, kau anak yang bandel. Namun, kau tidak bodoh." tawa Lucia sinis.
"Nyonya?" ucap kakek kebingungan.
"Dasar kakek dan cucu! Kalian sama saja, benar-benar bodoh dan kampungan. Aku baru saja mendapat ide untuk membeli cucumu, lalu menjualnya sebagai gundik atau budak jika ia tidak berguna. Sayangnya, kebaikanku dibalas dengan ucapan liar gadis kecil ini."
Ucapan Lucia saat itu bagaikan tamparan keras bagi kakek.
"A-apa maksud Nyonya? Mengapa Anda dapat berpikiran seperti itu?!" kata kakek marah.
"Oh, kini sang kakek juga menyalak seperti anjing. Penjaga, cepat tangkap mereka!" seru Lucia menghina.
Dengan cepat, kakek menarikku ke balik punggungnya dan berkata kepadaku agar terus mengikuti pergerakannya.
"Kakek.." ucapku khawatir.
"Violet, maafkan kakek. Kamu harus kabur setelah kakek memberimu aba-aba." kata kakek memelas.
"Tidak.. Tidak mau! Kita harus keluar bersama!" balasku sambil menangis.
"Stt, jangan sampai mereka mendengar rencana kita. Violet.. Sedari tadi kamu tidak mau menuruti kakek. Kali ini, menurutlah dan beritahu nenek ketika kamu telah berhasil kabur. Jangan khawatir, kakek akan baik-baik saja." bujuk kakek.
DEG DEG DEG
"Kakek.."
Seketika, aku berjalan mundur dan melihat ke sekelilingku. Mungkinkah ada sesuatu yang dapat kugunakan untuk mengalihkan perhatian mereka?
Namun..
"Beraninya kalian melawan kepada Ibu Lucia. Sekarang, terimalah hukuman kalian!!" sentak salah seorang lelaki yang tadinya bersikap ramah kepada kami.
Orang itu dengan cepat mengayunkan sebuah kapak yang telah tersedia di sudut ruangan ke arah kakek dan..
"TIDAAKK!!" teriakku histeris.
SRIIINGGG
Tiba-tiba, sebuah cahaya terang berpendar dari tubuhku dan membuat lelaki penyerang itu terpukul mundur. Mereka semua nyaris tidak dapat membuka mata karena terang yang luar biasa itu..
"S-siapa anak ini?! Penyihir! Dia seorang penyihir! Kita harus melaporkannya kepada Raja!" seru Lucia kalang kabut.
"Bukan." jawabku ringan, seketika cahaya itu mulai memudar dan keadaan kembali normal.
"Bukan? Apa maksudmu?! Sudah jelas kau bukan orang biasa! Dasar siluman!" sentak Lucia.
"Kau tidak perlu tahu. Namun, kau perlu tahu satu hal." kataku dingin.
"Satu hal? Fufufu. Apakah saat ini kau berusaha terlihat kuat? A-aku tidak takut!" tantang Lucia.
SRATTT
Dalam sekejap, aku mengangkat tubuh Lucia pada jarak beberapa meter di atas tanah tanpa menyentuhnya, lalu..
BRUUKK
Aku menghempaskannya ke atas kursi yang tadi diduduki olehnya.
"Orang sepertimu seharusnya duduk dan makan saja. Beraninya kau menyerang kakekku. Rupanya kau ingin diberi pelajaran." aku balik mengancam Lucia.
"Hiii.. Siluman! Dia anak siluman!"
Orang-orang jahat itu pun berhamburan keluar dan berlari entah kemana.
Sementara itu..
"Kakek..?" ucapku pelan, karena tahu bahwa kakek pasti sangat terkejut.
Kucoba menatap wajahnya, lalu berjalan mendekat secara perlahan. Untungnya, kakek tidak terlihat ketakutan atau langsung kabur.
"Violet.. Kamu sebenarnya.. siapa?"
Akhirnya, tiba saatnya bagiku untuk memberitahu tentang jati diriku kepada kakek dan nenek. Sebenarnya, aku ingin menyembunyikannya selama mungkin, karena keberadaanku pastinya akan sulit dipercayai oleh para manusia.
Aku menarik nafas panjang dan mulai mempersiapkan mental atas segala sesuatu yang mungkin terjadi setelah ini.
"Kakek.. Sebenarnya aku.." kataku sambil menutup mata.
DEG DEG DEG
"Tidak apa-apa, Violet."
"Eh..?"
Sesaat, aku terdiam dengan mata terbuka. Kemudian, sebelum membuka mulut untuk berbicara, kakek mendekatiku.
"Siapapun atau apapun kamu, pandangan kakek dan nenek tidak berubah. Kamu sudah seperti seorang cucu bagi kami. Jadi, jangan khawatir. Kamu tidak perlu memberitahu kami, bila hal itu memberatkanmu."
Aku begitu terpana mendengar ucapan kakek. Baru kali ini seorang manusia mau menerima dan mempercayaiku dengan tulus.
"Kakek..!"
Aku pun berlari ke dalam pelukan kakek. Dengan lembut, kakek membelai rambutku yang panjang serta mengusap air mataku.
Beberapa saat kemudian, aku dan kakek melanjutkan keperluan kunjungan kami. Lalu, sebelum pulang, kakek membelikan beberapa jajanan manis untukku dan nenek.
Kami pun bersama-sama berjalan pulang dengan hati bahagia.
- bersambung -
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
Salade
Bagus banget 😊 semangat author !
2021-05-30
2
Sobat
Semangat dan sehat selalu buat author 😉
2021-05-03
1
Yuma-kun
Remake ato ga tetep keren 👍
2021-05-03
1