PART 1
Sementara itu, di hutan Moam..
"Tidak bisa. Pokoknya, kamu dilarang keluar mencari Violet! Kamu adalah satu-satunya harapan kaum peri di hutan ini. Jika kamu pergi, tidak akan ada orang yang memimpin seluruh kegiatan peri dan mampu menjinakkan hewan buas dengan kemampuan sihir setingkatmu!" ucap Elton, seorang tetua dan Penasihat Agung bangsa peri.
"Tapi, Elton.." ucap Blue khawatir.
"Tolong dengarkan Elton, Nak. Dialah yang paling mengkhawatirkanmu.. Semenjak kedua orang tuamu dan Violet meninggal dunia karena tragedi itu, Elton dan aku sudah bersumpah untuk mengurus kalian dengan baik." kata Maya, istri Elton.
Meski mendengar ucapan lembut Maya, kekhawatiran Blue tidak kunjung mereda. Ia terbang kesana-kemari dengan gelisah.
"Kami tahu kamu sangat mengkhawatirkan adikmu. Saat kedua orang tua kalian meninggal, Violet masih bayi.. Kami tahu kamu sangat menyayanginya. Bersabarlah, Nak." bujuk Maya lagi.
Akhirnya, ketegangan Blue mulai mencair dan perlahan pemuda itu terlihat bersemangat seperti biasanya.
Sambil menghela nafas, ia meyakinkan Elton dan Maya agar tidak terlalu khawatir. Sementara, dalam benaknya ia masih memikirkan cara untuk menolongku. Blue memang dikenal ahli menyamarkan kepanikan dan pemikiran tertentu yang dapat tersirat pada ekspresi wajahnya.
Kamu dimana Violet? Kuatkan dirimu.. Kakak pasti akan menolongmu.
Entah apakah suara Kak Blue masih mampu menjangkau hatiku, ataukah kini aku semakin ketakutan?
- - - - - PART 2
Beberapa hari kemudian..
"Siapa di situ?" tanyaku waspada, sambil bersembunyi di belakang punggung nenek.
"Hm? Siapa anak ini?" ucap seorang lelaki asing yang kini berdiri di depan pintu rumah.
"Haha. Anak ini.. untuk sementara dia tinggal di sini. Namanya Violet. Dia manis, bukan? Kamu juga harus memperkenalkan dirimu, hai pemuda pemburu!" goda nenek.
"Ah, begitu. Perkenalkan, namaku Hazel."
Pemuda bertubuh tinggi dan kekar itu melirik ke arahku yang masih berdiri di balik punggung nenek, lalu mengulurkan tangannya untuk bersalaman.
"N-namaku Violet.." balasku, sambil menerima uluran tangan itu.
"Hmm.. Sejak kapan kalian memiliki seorang cucu? Tapi, kalian benar. Dia memang manis." kata Hazel ramah.
"Eh.. tidak. Aku tidak manis." kataku canggung, dengan pipi yang sedikit merona.
"Ahaha, berapa usiamu, Nona Violet?" tanya pemuda itu.
"... Enam belas tahun." jawabku pelan.
"Oh. Kamu lebih muda 5 tahun dariku. Andai aku memiliki seorang adik yang semanis dirimu."
"Eh.."
Ucapan-ucapan Hazel memang terdengar ramah. Namun, sangat kentara bahwa aku menjadi murung karenanya, sehingga pemuda itu berhenti berbicara dan beralih kepada kakek dan nenek. Sejak awal, aku memang selalu memikirkan kakakku, Blue.
"Silahkan masuk. Kami sudah menyiapkan banyak makanan sebagai ucapan terima kasih, karena kamu telah membantu kami waktu itu." kata nenek, sambil menuntun Hazel ke ruang makan.
"Bicara apa kamu, Nek? Bukankah Hazel sudah sering membantu kita?" goda kakek.
"Diamlah. Aku juga tahu itu!" bentak nenek.
Kami pun mulai makan. Ketiga orang itu makan sambil bertukar sapa dan berbagi cerita dengan serunya, sementara aku masih tenggelam dalam pikiranku.
Melihatku seperti itu, Hazel mendekatkan diri kepada kakek sambil bertanya-tanya.
"Nampaknya dia anak yang murung ya?" bisik Hazel.
"Hmm? Maksudmu Violet? Tidak juga. Kemarin dia sempat tertawa-tawa bersama nenek." jawab kakek, sambil sesekali melihat ke arah nenek yang mulai mengajakku berbicara.
"Begitu ya? Umm, menurutku sih, itu karena nenek memang sangat ramah. Orang seperti nenek akan mudah akrab dengan siapapun. Benar bukan, kakek?"
Kakek hanya tersenyum, alih-alih menjawab. Namun, Hazel langsung mampu mengartikannya.
"Entahlah, kami masih belum melihat seluruh sifat atau mendengar kisahnya. Namun, kami yakin dia adalah anak yang baik. Setiap hari, dia menawarkan diri untuk membantu kami. Sebagai contoh; membantu nenek mencuci dan menjemur pakaian, atau bekerja membersihkan salju di ladang bersamaku." jelas kakek.
Hazel mengangguk. Nampaknya, ia cukup tertarik untuk mengenalku lebih dalam.
"Violet, mengapa sedari tadi kamu diam saja? Berbicaralah apa saja dengan Hazel. Jarang sekali ada anak muda di tempat seperti ini. Siapa tahu, kalian akan cepat akrab." kata kakek, langsung memecahkan lamunan kecilku.
"Umm.. itu.." aku pun mulai berbicara.
"Ya? Ada yang ingin kau tanyakan, Violet?" Hazel merespon dengan cepat.
"Kamu.. sebenarnya.. apa tugasmu sebagai seorang pemburu?" tanyaku, akhirnya mampu menyusun kata-kata.
"Oh, pertanyaan menarik. Begini, aku sebenarnya hanya membantu ayahku. Kami tinggal berdua jauh di bukit seberang sana. Di situ ada banyak sekali hewan liar dan bahkan mahkluk buas." Hazel mulai membuka pembicaraan mengenai dirinya, sambil merentangkan salah satu tangan ke arah timur.
"Lalu, apakah ayahmu akan baik-baik saja?"
"Ah, tentu saja! Jangan khawatir, dia adalah seorang lelaki yang kuat dan berpengalaman. Bahkan, aku saja masih belum dapat mengimbangi kekuatannya." kata Hazel.
"Eh? Apakah ayahmu sekuat itu?" tanyaku spontan, karena sedikit terkejut.
Hazel tersenyum, lalu menjawab dengan kedipan salah satu matanya.
"Terima kasih sudah mengkhawatirkan ayahku, Nona manis."
DEG
Aku sedikit gugup mendapat respon seperti itu darinya. Belum pernah aku berbicara, apalagi menjadi akrab dengan seorang anak lelaki, selain kakakku sendiri.
"Jika kamu penasaran, bagaimana jika kamu ikut ke rumahku?"
Usulan tiba-tiba dari Hazel membuat kedua mataku membesar. Entah apakah karena terkejut, gelisah, atau penasaran.
Sambil menimbang-nimbang, kualihkan pandanganku kepada kakek dan nenek. Yang membuatku bingung adalah ekspresi senang pada wajah mereka.
"Kamu ikut saja, Violet. Lagipula, hari masih siang dan Hazel pasti akan melindungimu sepanjang perjalanan." kata nenek, diikuti oleh anggukan kepala kakek yang sependapat dengan nenek.
Aku melihat ke arah Hazel yang nampak berharap.. Namun, aku gagal menyembunyikan kecurigaan pada ekspresi wajahku.
Apakah tatapanku terlalu menusuk? Mengapa dia malah tertawa? Entahlah.. Aku tidak peduli.
Apakah aku akan menerima ajakan itu? Kurasa hal itu terlalu berani dan gegabah. Lagipula, aku sama sekali belum mengenal pemuda bernama Hazel ini.
Walaupun kakek dan nenek nampaknya dekat dan sangat mempercayainya, kini keselamatanku adalah hal yang terpenting. Bukan hanya demi diriku, melainkan juga demi Kak Blue yang bersedia menungguku jauh di luar sana. Aku tidak boleh egois dengan mengikuti rasa penasaranku terhadap dunia dan interaksi antar manusia ini.
Sejauh yang kudengar dan dapat kulihat secara langsung saat ini, manusia memang tak jauh berbeda dengan peri dalam berbagai aspek. Namun, karena dunia manusia berbeda dengan dunia peri yang dipenuhi keharmonisan dan ketulusan, aku harus menolak tawaran Hazel kali ini.
Akhirnya, dengan sedikit kecewa, Hazel berpamitan kepada kami. Setelah itu, ia hampir tidak pernah berkunjung lagi untuk sekian lama. Mungkin dia juga telah mengabaikanku. Aku terus meyakinkan diri dalam hati, bahwa aku telah mengambil keputusan yang tepat.
- bersambung -
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
Claude Asmodeus
MANTAP
2021-05-06
2
Daisuke A
👍👍😎
2021-05-04
1
Yuma-kun
OK GIRL 😎😊
2021-05-02
2